BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan informasi yang menyajikan tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam membuat keputusan-keputusan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 2004). Menurut Ikatan Akuntan Indonesia terdapat empat karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu dapat dipahami (understandability), relevan (relevance), keandalan (reliability), dan dapat dibandingkan (comparability). 1. Dapat Dipahami (understandability) Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dengan mudah segera dapat dipahami oleh pemakainya. Pemakai diasumsikan mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 9 9
2. Relevan (relevance) Informasi mempunyai kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai, yaitu dengan cara dapat berguna untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa sekarang, atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. 3. Keandalan (reliability) Informasi memiliki kualitas andal apabila bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang dapat disajikan secara wajar. 4. Dapat Dibandingkan (comparability) Suatu laporan keuangan dapat dibandingkan apabila informasi tersebut dapat dibandingkan baik antara periode maupun antara perusahaan. Sehingga pemakai dapat memperoleh informasi tentang kebijakan akuntasi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. 2.1.2 Audit Delay Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal dipublikasikan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia, (Kusumawardani, 2013). Audit Delay merupakan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan 10
untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen (Rachmawati, 2008). Maka semakin panjang audit delay semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Ketepatwaktuan merupakan kualitas yang berkaitan dengan ketersediaan informasi pada saat dibutuhkan. Waktu antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit (audit delay) mencerminkan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat keputusan. Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut (Scott 2003, dalam Rachmawati 2008). Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien sudah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Ketepatwaktuan penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal yang sangat penting, khususnya untuk perusahaan-perusahaan publik yang menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Perusahaan yang sudah go public harus menyerahkan laporan keuangan tahunannya kepada Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal). Peraturan Bapepam no. X.K.2 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala diatur bahwa laporan keuangan 11
tahunan wajib disampaikan ke bursa selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tahun buku berakhir dan telah diperiksa oleh akuntan publik. Jika melebihi batas yang telah ditentukan maka diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian laporan keuangan ini yang disebut sebagai audit delay. 2.1.3 Profitabilitas Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya. Profitabilitas menunjukkan tingkat efisiensi dan kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham (Dewi, 2013).Profitabilitas merupakan keberhasilan perusahaaan untuk menghasilkan laba dalam satu periode. Tingkat profitabilitas diperkirakan mempengaruhi audit delay. Menurut Givoly dan Palmon (1982), dalam Rachmawati (2008), ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik maka pihak manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu dan jika pengumuman laba berisi berita buruk, maka pihak manajemen cenderung melaporkan tidak tepat waktu. Menurut Supranoto (1990) dalam Yulianti (2011), Profitabilitas adalah kemampuan suatu kesatuan usaha (entity) untuk memperoleh laba. Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis 12
besar laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan akan mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitabilitas) baik dari tingkat penjualan, asset, modal maupun saham tertentu. Dalam rasio profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Penelitian ini melakukan perhitungan profitabilitas dengan rasio Return On Asset (ROA), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan tingkat asset tertentu. Profitabilitas mempengaruhi perusahaan yang mengumumkan rugi atau profitabilitas yang rendah. Ini berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan oleh pasar terhadap pengumuman rugi tersebut bagi perusahaan. Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur tingkat profitabilitas yaitu Return On Asset (ROA) yang diperoleh dengan persamaan berikut : Keterangan : Return On Asset =Rasio Tingkat Profitabilitas Laba Bersih setelah Pajak =Jumlah laba perusahaan setelah pajak Total Asset = Jumlah asset yang dimiliki perusahaan 13
Berdasarkan persamaan diatas, maka ROA merupakan perbandingan antara jumlah laba yang dihasilkan terhadap asset yang digunakan, sehingga menunjukan sejumlah perusahaan mampu untuk menghasilkan laba dari sumber daya (asset) yang dimiliki. Dengan demikian kemungkinan profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset (ROA) dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit. 2.1.4 Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban-kewajibannya dalam jangka panjang. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang utangtotalnya lebih besar dibandingkan total asetnya (Hanafi dan Halim, 1996, dalam Yulianti 2011). Kemampuan operasi perusahaan dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki olehperusahaan. Solvabilitas juga mengindikasikan jumlah modal yang dikeluarkan oleh investor dalam rangka menghasilkan laba (Dewi, 2013). Menurut Carslaw dan Kaplan (1991), dalam Rachmawati (2008), proporsi relatif dari hutang terhadap total aset mengindikasikan kondisi keuangan perusahaan. Proporsi hutang yang lebih besar atau banyak terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan management dalam pembuatan laporan keuangan dan dapat meningkatkan kehati-hatian auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini disebabkan karena tingginya proporsi dari hutang akan meningkatkan pula letter management. 14
Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat biasanya cenderung melakukan kesalahan manajemen dan kecurangan (fraud). Proporsi yang tinggi dari hutang terhadap total aset ini, akan mempengaruhi likuiditas yang terkait dengan masalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern), yang pada akhirnya memerlukan kecermatan yang lebih dalam pengauditan (Rachmawati, 2008). 2.1.5 Size Perusahaan Size perusahaan merupakan kecepatan pelaporan keuangan. Besar kecilnya size perusahaan juga dipengaruhi oleh kompleksitas operasional, variabilitas, dan intensitas transaksi perusahaan tersebut yang tentunya akan berpengaruh terhadap kecepatan dalam menyajikan laporan keuangan kepada publik. Size perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar. Pada dasarnya size perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994). Kategori Size Perusahaan yaitu: 15
a. Perusahaan Besar Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun. b. Perusahaan Menengah Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar/tahun. c. Perusahaan Kecil Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun. Size perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem pengendalian internal perusahaan yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Besar kecilnya ukuran perusahaan juga dipengaruhi, kompleksitas operasional, variabilitas dan intensitas transaksi perusahaan tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap kecepatan dalam menyajikan laporan keuangan dalam publik. 16
2.1.6 Ukuran Kantor Akuntan Publik Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik. Dalam menyampaikan laporan keuangan yang akurat dan terpercaya, suatu perusahaan membutuhkan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki reputasi atau nama baik untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Sehingga perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan kinerja perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mempunyai reputasi seperti Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berafiliasi dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Kantor Akuntan Publik yang masuk kategori KAP yang berafilisasi the big four di Indonesia adalah: 1. Kantor Akuntan Publik Price Water House Cooper, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Susanto dan rekan. 17
2. Kantor Akuntan Publik KPMG (Klynfeld Peat Marwick Goedelar), yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Sidharta dan Wijaya. 3. Kantor Akuntan Publik Ernst dan Young, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Prasetio, Sarwoko, dan Sanjadja. 4. Kantor Akuntan Publik Delloite Tauche Thomatshu, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta dan Mustafa, Osman Ramli Satrio dan Rekan. Pemilihan kantor akuntan publik yang berkompeten kemungkinan dapat membantu waktu penyelesaian audit menjadi lebih segera atau tepat waktu. Penyelesaian waktu audit secara tepat waktu kemungkinan dapat meningkatkan reputasi kantor akuntan publik (KAP) dan menjaga kepercayaan klien untuk memakai jasanya kembali untuk waktu yang akan datang. Dengan demikian besar kecilnya Ukuran Kantor Akuntan Publik kemungkinan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit laporan keuangan. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan replikasi penelitian-penelitian terdahulu. Ada beberapa penelitian tersebut antara lain : Penelitian Rachmawati (2008), menggunakan faktor internal seperti profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size perusahaan dan faktor eksternal ukuran kantor akuntan publik (KAP). Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor internal yang mempengaruhi audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternal ukuran kantor akuntan publik (KAP), sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay. 18
Pada penelitian Febrianty (2011), menyatakan bahwa ukuran perusahaan dan tingkat leverage mempunyai pengaruh terhadap audit delay, sedangkan kualitas kantor akuntan publik tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Penelitian yang dilakukan Kusumawardani (2013), dengan variabel kondisi perusahaan, ukuran KAP, dan opini auditor dengan hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi perusahaan, ukuran kantor akuntan publik, dan opini auditor berpengaruh terhadap audit delay. Pada penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2010), dengan variabel penelitian ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas kualitas auditor dan opini auditor. Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan dan opini auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay, sedangkan profitabilitas, solvabilitas, dan kualitas auditor mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Pada penelitian Puspitasari dan Anggrahaeni (2012), yang menggunakan variabel penelitian ukuran perusahaan, solvabilitas, laba rugi perusahaan dan ukuran KAP. Dalam hasil penelitiannya menunjukan bahwa ukuran perusahaan, dan solvabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap audit delay, sedangkan laba rugi perusahaan, dan ukuran kantor akuntan publik mempunyai pengaruh negatif terhadap audit delay. Penelitian Yuliyanti (2010), ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan publik mempunyai pengaruh terhadap audit delay, sedangkan opini auditor, solvabilitas, dan profitabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay. 19
2.3 Kerangka Pemikiran Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal dipublikasikan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (Kusumawardani,2013). Berdasarkan penjelasan tersebut, kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan antara profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size perusahaan, ukuran KAP, dan audit delay penyampaian laporan keuangan adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Profitabilitas H1 (-) Solvabilitas H2 (+) h3 Size Perusahaan H3 (-) Audit Delay Ukuran KAP H4 (-) 20
2.4 Hipotesis Penelitian 2.4.1 Hubungan Profitabilitas terhadap Audit Delay Perusahaaan dengan tingkat profitabilitas tinggi, diperkirakan mempengaruhi audit delay. Penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), dalam Dewi (2013), mengatakan bahwa jika perusahaan menghasilkan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay akan lebih pendek dibandingkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang lebih rendah. Profitabilitas perusahaan erat hubungannya dengan informasi berita baik atau berita buruk dari laporan keuangan. Jika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi maka akan lebih cepat menerbitkan laporan keuangannya daripada perusahaan yang tingkat labanya rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Givory dan Palmon (1982), Courtis (1976) dan Wirakusuma (2004) dalam Dewi (2013), yang menemukan adanya hubungan negatif antara profitabilitas dan audit delay. Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H1= Profitabilitas secara statistik mempunyai pengaruh negatif terhadap auditdelay. 2.4.2 Hubungan Solvabilitas terhadap Audit Delay Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan menutupi seluruh kewajiban-kewajibannya (Rachmawati, 2008). Tingkat solvabilitas perusahaan yang tinggi akan membuat auditor lebih berhati-hati untuk melakukan auditnya, total debt to total assets ratio mengindikasikan kesehatan dari perusahaan. Proporsi total debt to total assets ratio yang tinggi akan meningkatkan kegagalan 21
perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Mengaudit hutang memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan mengaudit modal. Biasanya mengaudit utang lebih melibatkan banyak staf dan lebih rumit dibandingkan mengaudit modal. Dengan demikian solvabilitas yang diukur dengan total debt to total assets ratio dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit, sehingga menyebabkan audit delay semakin lama. Penelitian Carslaw dan Kaplan (1991), dalam Dewi (2013), menemukan adanya hubungan positif antara solvabilitas dengan audit delay. Hal ini karena proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva sehingga letter management meningkatkan kehati-hatian oleh auditor dalam mengaudit laporan keuangan. Rasio solvabilitas yang tinggi akan cenderung memiliki rentang waktu penyajian laporan keuangan yang lebih lama. Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H2 = Solvabilitas secara statistik mempunyai pengaruh positif terhadap audit delay. 2.4.3 Hubungan Size Perusahaan terhadap Audit Delay Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan penyampaian laporan keuangan karena perusahaan yang besar cenderung memiliki audit delay yang lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan besar diperhatikan oleh pihak investor, kreditor, pengguna laporan keuangan, dan masyarakat yang membutuhkan laporan keuangan untuk keputusan bisnisnya sehingga perusahaan besar dituntut untuk melaporkan laporan keuangannya lebih cepat. Hal ini sejalan dengan penelitian Dyer dan McHugh 22
(1975), Boynton dan Kell (1996), Subekti dan Widiyanti, (2004) dan Rachmawati, (2008) dalam Dewi (2013). Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H3 = Size perusahaan secara statistik mempunyai pengaruh negatif terhadap audit delay. 2.4.4 Hubungan Ukuran KAP terhadap Audit Delay Ukuran KAP berpengaruh terhadap audit delay, KAP yang berafiliasi dengan big four cenderung melakukan audit lebih cepat dibanding KAP yang bukan big four, karena KAP big four dinilai dapat melakukan auditnya dengan lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya dan menyebabkan audit delay semakin pendek (Subekti dan Widiyanti, 2004), dalam Dewi, 2013. Hal ini sejalan dengan penelitian Rachmawati (2008). Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H4 = ukuran KAP secara statistik mempunyai pengaruh negatif terhadap audit delay. 23