BAB VIII PENUTUP. diunggulkan dibandingkan dengan SMA yang lain di wilayah kabupaten

dokumen-dokumen yang mirip
POTRET PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KIMIA PADA SMAN UNGGULAN DI PROVINSI BALI

BAB VII DAMPAK DAN MAKNA PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KIMIA PADA SMAN 1 SINGARAJA DAN SMAN 1 GIANYAR

BAB VI FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KIMIA PADA SMAN 1 SINGARAJA DAN SMAN 1 GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sorotan yaitu pada sektor pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

FISHBONE ANALISIS PERMASALAHAN NILAI UJIAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi. Karena itu, sumber daya manusia perlu dikelolah secara. organisasi dalam memenangkan berbagai macam persaingan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk-bentuk pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMAN 1 dan 2 Kecamatan. pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas guru dan tenaga kependidikan (kepala sekolah, pengawas), kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional, pasal 1 ayat 1 tentang ketentuan umum menyatakan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam

BAB IV PENUTUP. Dari analisis mengenai; Kurikulum 2006 dalam Perspektif Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004)

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bagian ini akan dikemukakan simpulan dan saran berdasarkan hasil

SIKAP DAN PANDANGAN GURU MATEMATIKA TERHADAP EFEKTIVITAS PENINGKATAN KOMPETENSINYA MELALUI PENDIDIKAN LATIHAN PROFESI GUR U (PLPG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

DAFTAR ISI. ABSTRACT... ABSTRAK... HALAMAN DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... xvii HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xx

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang tertentu. Untuk menciptakan keluaran SMK yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan

OLIMPIADE MATEMATIKA DAN IPA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan berfungsi sebagai pencetak SDM

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia serta kemajuan bangsa, sehingga maju dan mundurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional terdapat penjelasan mengenai standar nasional. dan afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

I. PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

RELASI KEKUASAAN DALAM PEMBELAJARAN KIMIA PADA SMA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Wajib belajar 9 tahun menjadi kebutuhan mendasar bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan satu jenis karya sastra yang berbentuk fiksi maupun

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor sangat penting dalam pembangunan nasional dimana pembangunan itu sendiri membutuhkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB V Kesimpulan

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian dan analisis

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber daya manusia yang memiliki peran sentral dalam. menentukan output pendidikan. Peran sentral tersebut terkait dengan

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pengembangan pendidikan. Dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun. sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, baik dalam aspek fisik-motorik, intelek, sosial-emosi maupun sikap

LAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

BAB I P E N D A H U L U A N. Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang harus diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang mampu bersaing di era globalisasi. Negara dengan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi pelajaran kimia di SMA/MA secara umum memiliki karakteristik bersifat abstrak sehingga diperlukan

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI BAHASA PENGANTAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS X IMERSI SMA NEGERI 4 SURAKARTA

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

Nama Sekolah : SMA Negeri 5 Bukittinggi NSS : NPSN : Propinsi : Sumatera Barat : Bukittinggi Kecamatan : Mandiangin Koto

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

yang diperoleh sebaik mungkin. Seiring dengan kemajuan zaman, proses belajar mengajar masih kurang efektif karena belum terdapat kerjasama yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai

SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak boleh ditinggalkan yaitu pengetahuan (cognitive, intelectual), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

267 BAB VIII PENUTUP SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gianyar merupakan sekolah yang diunggulkan dibandingkan dengan SMA yang lain di wilayah kabupaten bersangkutan. Keunggulan sekolah tersebut dapat dilihat dari hasil ujian nasional, keberhasilan dalam memenangkan berbagai lomba akademik, seperti olimpiade sains, lomba matematika, lomba teknologi informasi dan komputasi, serta lomba yang lain. Keunggulan dalam bidang akademik yang dimiliki oleh SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gianyar menjadikan masyarakat memiliki kesan baik terhadap sekolah itu dan senantiasa berharap putra-putrinya dapat masuk menjadi peserta didik di sekolah tersebut. Siswa yang diterima di sekolah tersebut pada umumnya anak-anak yang memiliki kecerdasan dan kesiapan belajar yang baik dan secara ekonomi berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas. Citra sebagai sekolah yang unggul dan diidolakan oleh masyarakat menarik untuk diteliti dan dikaji agar diketahui bagaimana sesungguhnya yang terjadi di sekolah tersebut. Penelitian ini membedah kualitas pengelolaan pembelajaran kimia pada SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gianyar yang dianalisis berlandaskan standar nasional pendidikan yang terdiri atas delapan standar, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Pendalaman kajian mengenai pengelolaan pembelajaran kimia

268 analisisnya menggunakan indikator pelaksanaan standar proses. Dalam penelitian ini dilibatkan informan guru kimia, siswa, kepala sekolah, pengawas sekolah. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif interpretatif dengan menggunakan data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara, dokumen, dan observasi. Data di analisis dengan cara pemaparan informasi, reduksi data, kemudian interpretasi, membuat simpulan melalui pendekatan induktif. Potret SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gianyar dari luar yang dilihat oleh masyarakat ternyata banyak siswanya berhasil memenangkan lomba akademik, berhasil memeroleh nilai tinggi dalam ujian nasional, dan banyak lulusannya yang diterima pada perguruan tinggi favorit di Indonesia. Kesan unggul yang ada di hati masyarakat mencakup seluruh pembelajaran termasuk juga dalam pembelajaran kimia. Penelusuran lebih mendalam dilakukan terutama membedah pengelolaan pembelajaran kimia pada SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gianyar yang dilihat dari implementasi standar proses sebagai salah satu standar nasional pendidikan. Setelah dilakukan pengkajian kritis dan mendalam terhadap pengelolaan pembelajaran kimia yang meliputi proses perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran diuraikan menjadi simpulan dan saran sebagai berikut.

269 8.1 Simpulan Dalam simpulan berikut diuraikan jawaban terhadap beberapa masalah yang telah dirumuskan dan beberapa temuan tambahan sebagai hasil kajian. Adapun simpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut. 1. Pengelolaan pembelajaran kimia pada SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gianyar adalah sebagai berikut. Pertama untuk aspek perencanaan pembelajaran ditemukan, bahwa proses penyusunan diawali dengan sosialisasi oleh kepala sekolah kemudian dilakukan workshop dilanjutkan dengan bimbingan teknis, serta diskusi antar guru mata pelajaran. Selanjutnya guru melakukan penyusunan perangkat pembelajaran. Berdasarkan dokumen RPP ditemukan, bahwa perencanaan pembelajaran jika dikomparasi dengan standar proses pada aspek perencanaan sudah sesuai, dan malah ada hal yang lebih, yaitu ada komponen penilaian karakter, ada yang berisi lembar kerja siswa (LKS), dan ada yang dibuat dalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Proses terstruktur yang dilakukan oleh pihak sekolah agar dihasilkan perangkat pembelajaran yang lengkap. Hal itu dilakukan, karena adanya tuntutan diberlakukannya manajemen ISO. Dengan demikian, kualitas aspek perencanaan dikategorikan baik. Kedua, untuk aspek pelaksanaan pembelajaran ditemukan bahwa guru ada yang mengajar beracuan pada RPP, dan ada yang mengajar tidak beracuan RPP atau hanya dengan acuan buku teks. Metode pembelajaran lebih dominan dengan penjelasan konsep dan latihan soal sebagai usaha guru untuk meningkatkan aktivitas siswa. Sementara itu, kegiatan praktikum sangat minim jauh dari tuntutan kurikulum. Sekolah melaksanakan program akselerasi

270 sebagai pembelajaran tambahan pada sore hari khusus membahas soal-soal mata pelajaran yang di-un-kan, termasuk pelajaran kimia. Jadi dapat dikatakan bahwa, aspek pelaksanaan pembelajaran belum optimal, dikategorikan kualitasnya rendah. Ketiga, untuk aspek penilaian pembelajaran ditemukan bahwa guru melakukan penilaian dalam tiga domain yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian kognitif cukup bervariasi dilihat dari bentuk, dan jenis penilaian. Guru melakukan penilaian dalam bentuk tes dan nontes termasuk portofolio. Sementara itu, penilaian afektif, dan psikomotorik sangat minim dilakukan karena pola berpikir guru telah terpaku pada kegiatan yang mendukung keberhasilan siswa pada UN. Oleh karena itu, penilaian lebih diutamakan pada ranah kognitif. Dengan demikian dikatakan, bahwa aspek penilaian pembelajaran belum optimal dikategorikan rendah. Keempat, untuk aspek pengawasan ditemukan, bahwa pengawasan pihak internal lebih memberikan arti di mata guru dibandingkan dengan pengawas eksternal. Untuk pengawasan eksternal ternyata ada pengawas yang bidang keahliannya tidak sesuai dengan bidang kimia. Intensitas pengawasan sangat minim dan dalam pengawasan cenderung hanya memantau kelengkapan administrasi guru. Dalam hal ini, tampak ketidakseriusan Diknas dalam melakukan pengawasan dan pembinaan kepada guru. Jadi dapat dikatakan, bahwa aspek pengawasan pembelajaran belum optimal dikategorikan rendah. 2. Faktor-faktor yang memengaruhi pengelolaan pembelajaran kimia pada SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gianyar adalah (1) guru, (2) kekuasaan, (3) dana, dan (4) pola berpikir. Faktor guru berkaitan dengan aspek perencanaan, pelaksanaan

271 dan penilaian. Sementara itu, faktor kekuasaan, dana, dan pola berpikir berkaitan dengan aspek perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan. 3. Dampak dan makna pengelolaan pembelajaran kimia pada SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gianyar sebagai berikut. Dampak positif dari aspek perencanaan pembelajaran kimia yang berkualitas baik adalah (1) peningkatan wawasan guru dalam pembelajaran kimia, (2) peningkatan kemampuan guru membuat administrasi yang baik, dan (3) memberikan imbas pada guru lain dalam menyusun perencanaan pembelajaran. Dampak positif dari penilaian ranah kognitif yang berkualitas baik adalah (1) meningkatkan kemampuan siswa dalam mengikuti ujian atau mengikuti tes tertulis, (2) guru memiliki informasi/data yang lengkap tentang perkembangan keberhasilan pembelajaran, perkembangan kemampuan siswa dalam penguasaan materi, dan (3) meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dampak positif pengawasan internal berkualitas baik yang dilakukan oleh pimpinan di sekolah adalah (1) peningkatan disiplin guru dan siswa serta (2) peningkatan kualitas administrasi guru. Jadi, dampak positif pengelolaan pembelajaran kimia adalah (1) peningkatan kualitas kerja dan administrasi guru, (2) memberikan imbas kepada guru lain, (3) meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, dan (4) peningkatan disiplin guru dan siswa. Dampak negatif dari pelaksanaan pembelajaran yang belum optimal adalah (1) siswa tidak memiliki pengalaman yang lengkap dalam belajar, (2) perkembangan potensi siswa terbatas, (3) keterampilan dan kreativitas siswa rendah, dan (4)

272 kreativitas guru semakin menurun. Dampak negatif dari penilaian afektif dan psikomotorik yang kualitasnya kurang baik adalah (1) pengembangan kecerdasan siswa tidak seimbang, (2) siswa cenderung gagap menghadapi masalah-masalah sosial, (3) keterampilan dan daya cipta siswa rendah, serta (4) kualitas pembelajaran guru menurun. Dampak negatif dari pengawasan eksternal yang kualitasnya kurang baik adalah (1) guru cenderung menjadi kurang disiplin dalam melaksanakan tugas, (2) efektivitas pembelajarannya rendah dan pelaksanaan pembelajaran menjadi tidak baik, serta (3) kompetensi dan profesionalisme pengawas menurun. Jadi dampak negatif pengelolaan pembelajaran yang belum optimal adalah (1) siswa tidak memiliki pengalaman yang lengkap dalam belajar, (2) perkembangan potensi siswa terbatas, (3) keterampilan dan kreativitas siswa rendah, serta (4) kreativitas guru semakin menurun. Makna yang diperoleh dalam pengelolaan pembelajaran kimia pada SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gianyar adalah (1) makna keteraturan, (2) makna peningkatan motivasi, (3) makna profesionalisme, (4) makna pola berpikir pencitraan, dan (5) makna hegemoni struktural. Temuan penelitian pengelolaan pembelajaran kimia pada SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gianyar adalah (1) pengelolaan pembelajaran kimia belum optimal, (2) paradigma berpikir guru bersifat pragmatis, dan (3) pengembangan kompetensi peserta didik bersifat parsial.

273 8.2 Saran-saran Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam mata pelajaran tertentu merupakan salah satu wujud pengimplementasian kurikulum di lapangan. Pengimplementasian kurikulum yang dilakukan dengan benar dan baik berpotensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, semua pihak yang berkaitan dengan pendidikan, yakni guru, kepala sekolah, pengawas, pemerintah, dan masyarakat semestinya bahu-membahu dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan. Berkaitan dengan hasil penelitian yang diperoleh, saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. 1. Guru, khususnya guru kimia, agar melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan dalam kurikulum, karena tugas guru adalah membelajarkan siswa untuk mencapai kompetensi tertentu yang digariskan di dalam kurikulum. Guru, senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan karena perkembangan ilmu dan teknologi informasi yang sangat pesat, jangan sampai terjadi guru ketinggalan jauh dibandingkan siswa. 2. Kepala sekolah agar melaksanakan pembinaan dan pemantauan dengan saksama, sehingga kurikulum yang berlaku dilaksanakan dengan baik dan benar, karena pada umumnya jika dilakukan pemantauan dan pembinaan yang intensif, guru akan melaksanakan tugas dengan baik. 3. Pengawas agar meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dalam melaksanakan tugas pengawasan. Karena dengan pengawasan, pembinaan yang

274 intensif dilaksanakan sesuai dengan semestinya, maka guru cenderung melakukan tugas profesinya dengan baik. 4. Pemerintah agar ada keseriusan, keteladanan, dan komitmen yang baik dalam menugaskan pengawas ke sekolah-sekolah sehingga pengawas yang ditugaskan sesuai dengan bidang keahliannya, karena dengan keteladanan dan komitmen yang baik akan cenderung diikuti oleh struktur dibawah yakni kepala sekolah dan guru. 5. Semua pihak yang terkait dengan pendidikan yakni guru, kepala sekolah, pengawas, pemerintah, beserta masyarakat agar dalam membelajarkan dan mendidik anak-anak senantiasa berpikir untuk pengembangan seluruh kecerdasan siswa, baik intelektual, emosional, maupun spiritual secara seimbang dan proporsional. Hal ini dilakukan karena untuk membentuk manusia yang utuh dan terampil hidup di masyarakat anak-anak mesti memiliki kecerdasan yang seimbang antara intelektual, emosional, dan spiritual.