BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua ruang yaitu atrium kiri (sinister) dan kanan (dexter), dan dua ventrikel sinister

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4 ruang yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan, serta memiliki

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel,

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

TINJAUAN PUSTAKA Fisioanatomi Jantung

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA

PERBANDINGAN STABILITAS ELEKTROKARDIOGRAM PADA ANJING DOMESTIK YANG DIANESTESI ANTARA KETAMIN, PROPOFOL DAN KOMBINASINYA I PUTU GEDE YUDHI ARJENTINIA

JANTUNG 4 RUANG POMPA ATRIUM KA/KI, VENTRIKEL KA/KI SISTEM HANTAR KHUSUS YANG MENGHANTARKAN IMPULS LISTRIK DARI ATRIUM KE VENTRIKEL : 1.

ELEKTROKARDIOGRAM ANJING DOMESTIK YANG DIBERIKAN KOMBINASI XILASIN DAN KETAMIN SECARA SUBKUTAN SEBAGAI PEMELIHARA ANESTESI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum pemberian agen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sinyal ECG. ECG Signal 1

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan belum bisa dilakukan tanpa anestesi (Hall dan Clarke, 1983).

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, baik anjing ras maupun anjing lokal. Selain lucu, anjing juga

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER

Intro. - alifis.wordpress.com

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN

Jurnal Einstein 2 (3) (2014): Jurnal Einstein. Available online

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian B. Tujuan tindakan C. Indikasi, kontra indikasi, dan komplikasi tindakan Indikasi tindakan Kontraindikasi

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensial permukaan tubuh (Sumber: Clark Jr, 2010).

Identifikasi Karakter Temporal dan Potensial Listrik Statis Pada Elektrokardiografi (EKG) akibat Penyakit Otot Jantung Myocardial Infarction (MI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kontrol Dari Kecepatan Denyut Jantung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

dampak autotransfusi preoperatif, intraoperatif sederhana, dan intraoperatif pencucian terhadap aktivitas listrik jantung.

ANATOMI JANTUNG MANUSIA

Elektrokardiogram Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang Teranestesi Kombinasi Ketamin-Silasin

UNIVERSITAS GADJAH MADA

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pemeriksaan Klinis dan Tekanan Darah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR. 1. Dosen Pembimbing 2. Pembimbing Lapangan 3. Bagian Lab TelkoMedika 4. TelkoMedika

Klasifikasi dan Pengenalan Pola pada Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy) dengan 6 Channel

I. PENDAHULUAN. pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

I. PENDAHULUAN. Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital, karena jantung

PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT

KETERAMPILAN DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

KELISTRIKAN DALAM TUBUH. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mekanika dan Keelektromagnetan yang dibina oleh Bapak Sutarman dan Ibu Erni Yulianti

JANTUNG dan PEREDARAN DARAH. Dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. hilangnya kesadaran. Pada dasarnya anestesi digunakan pada tindakan-tindakan

Lampiran 1 Klasifikasi status pasien pada prosedur anestesi menurut American Society of Anaesthesiologist (ASA)

ADVANCED ECG INTERPRETATION ARITMIA DISRITMIA. Oleh : Bambang Sutikno

ECG ElectroCardioGraphy. Peralatan Diagnostik Dasar, MRM 12

KETERAMPILAN DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan

STRUKTUR JANTUNG RUANG JANTUNG KATUP JANTUNG tiga katup trikuspidalis dua katup bikuspidalis katup mitral Katup pulmonal Katup aorta Arteri Koroner

PENDAHULUAN Latar Belakang

Rekayasa Biomedik Terpadu untuk Mendeteksi Kelainan Jantung

Oleh Arif Widodo NRP Dosen Pembimbing Dr. Tri Arief Sardjono, ST. MT.

Identifikasi dan Klasifikasi Pola Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENALAN CITRA REKAMAN ECG ATRIAL FIBRILATION DAN NORMAL MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI WAVELET DAN K-MEAN CLUSTERING

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Cara Kerja Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik loading...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang

SISTEM CARDIO VASCULAR

0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67 tahun dan lakilaki

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

ELEKTROKARDIOGRAM MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) YANG TERANESTESI KOMBINASI KETAMIN-SILASIN SKRIPSI

SIMULATOR ECG BERBASIS PC SEBAGAI ALAT BANTU AJAR PENGOLAHAN SINYAL BIOMEDIS

ABSTRAK. Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SISTEM CARDIOVASCULAR

PENGARUH PENGGUNAAN JELLY DAN AIR LEDENG TERHADAP POTENSIAL AKSI ELEKTROKARDIOGRAM

Rancang Bangun Sistem Monitoring RR Interval pada Data Elektrokardiogram Berbasis Metode First Derivative Based Technique (FDBT) untuk User Bergerak

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Macaca fascicularis (Anonim )

BIOFISIKA SEL KULIAH SMT IVA FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS Paul S. Poli/Biofisika/2006 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengecek alat EKG. Penulis membandingakan dengan alat simulator pada

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX STAGE METHOD (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

KARAKTERISTIK ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

listrik Gaya fundamental Berkas Elektron Sinar - X Hukum Coloumb Induksi Tabung Katoda Tabung Televisi Isolator dan konduktor Sistem Syaraf

Cara Kerja Fungsi Anatomi Fisiologi Jantung Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

EVALUASI KERJA ELECTROCARDIOGRAPH (ECG) RSUD ZAINOEL ABIDIN LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTIK

sebagai denyut jantung yang bermula dari lokasi normal yakni bukan bermula dari SA node 2. Atrial flutter merupakan salah satu jenis aritmia yang

PROFIL GAMBARAN EKG MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa

DAFTAR ISTILAH. EKG Elektrokardiogram, lebih sering digunakan untuk menunjukkan perangkat.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomifisiologi Jantung Anjing Secara anatomi, jantung anjing memiliki empat ruang yang terbagi atas dua ruang yaitu atrium kiri (sinister) dan kanan (dexter), dan dua ventrikel sinister dan dexter. Jantung juga dilengkapi katup yang memisahkan ruang atrium dan ventrikel yang berupa katup terdiri dari dua katup atrio ventrikular (AV) dan dua katup semilunar. Sistem sirkulasi sitemik pada jantung berupa arteri dan arteriole dengan sirkulasi pulmonik yang terdiri dari vena dan venula (Cunningham, 2002). Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung dan pembuluh darah yang memiliki fungsi memompa dan mendistribusikan darah serta kandungannya ke seluruh tubuh (Guyton dan Hall, 2008). Jantung memiliki empat tipe otot yaitu otot atrium, otot ventrikel dan serabut otot eksitatorik serta serabut konduksi khusus (Mahmud, 2011). Serabut otot eksitatorik dan konsduksi melepaskan muatan listrik berirama secara otomatis dalam bentuk potensial aksi maupun konduksi yang membuat detak jantung memiliki berirama (Guyton dan Hall, 2008). Detak jantung yang mendistribusikan darah dan kandungannya untuk dapat sampai pada organ-organ sehingga dapat mendifusikan zat-zat yang terkandung dalam sel darah sesuai dengan kebutuhan organ (O Grady dan O Sullivan, 2004). Jantung berdetak menghasilkan suatu frekuensi yang teratur. Frekuensi detak jantung merupakan jumlah detak jantung yang dihitung dalam waktu satu menit (Nelson, 2003). Kemampuan jantung sangat dipengaruhi oleh frekuensi 5

6 jantung, kekuatan kontraksi miokardium, jumlah O 2 dalam miokardium, adanya hambatan dari aliran darah dan kekakuan miokardium (Boswood, 2008). Frekuensi jantung menggambarkan kualitas fungsi dari kardiovaskular (Smeltzer, 2007). Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi jantung seperti jenis hewan, ukuran tubuh, usia, dan jenis kelamin, sedangkan kondisi lainnya yang secara fisiologis dapat mempengaruhi frekuensi jantung adalah keadaan shock, exercise, posisi hewan, dan suhu (Guyton dan Hall, 2008). Menurut Gavahan (2003) pengukuran frekuensi jantung dan kelainan pada jantung dapat dideteksi dengan menggunakan elektrokardiogram. 2.2 Elektrofisiologi Jantung Otot jantung tidak memiliki kemampuan intrinsik untuk dapat membangkitkan potensial kerja yang memiliki ritme tersendiri (Smeltzer, 2007). Meski demikian, otot jantung diinervasi oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis yang memiliki fungsi terbatas pada pengaturan kecepatan detak jantung dan kekuatan kontraksi. Serabut saraf simpatis dan parasimpatis mencapai jantung melalui dua saraf vagus (Sherwood, 2001). Menurut Klabunde (2011) aktivitas listrik atau dikenal dengan bioelektrik yang terjadi pada jantung dihasilkan oleh sel-sel yang disebut dengan sel-sel pacemaker. Jantung juga terbentuk dari sel konduksi yang menghantarkan arus bioelektrik ke bagian lain dari jantung dan sel otot jantung yang akan berkontraksi setelah menerima hantaran arus bioelektrik. Pada keadaan normal, pacemaker

7 merupakan aktivitas kelistrikan awal nodus SA atau Sinus Atria Node (Atkins et al., 1995). Muatan listrik di dalam sel-sel jantung yang normal akan selalu mengalami fase depolarisasi dan repolarisasi (Guyton dan Hall, 2008). Repolarisasi ialah keadaan muatan listrik yang berada di dalam sel negatif dan muatan listrik positif berada di luar sel dan fase repolarisasi merupakan bagian yang terjadi bila sel otot kembali pada keadaan istirahat setelah berkontraksi (Guyton dan Hall, 2008). Depolarisasi ialah keadaan muatan listrik yang berada di dalam sel positif dan muatan listrik negatif berada di luar sel. Muatan-muatan listrik positif dan negatif ini merupakan ion-ion yang berdifusi melalui kanal ion yang terdapat pada membran sel otot jantung dan dikontrol oleh suatu mekanisme sehingga kanal tersebut dapat membuka dan menutup (Siagian, 2010). Terbukanya kanal tersebut akan mengakibatkan ion mengalir melewati membran dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang rendah (Cunningham, 2002). Perbedaan konsentrasi yang terjadi oleh adanya pompa sodium yaitu ion yang terdapat di dalam sel. Pompa sodium berperan penting dalam menjaga keseimbangan proses bioelektrik sel-sel jantung (Kusumoto, 2009). Aktivitas listrik jantung terjadi akibat perubahan permeabilitas yang memungkinkan terjadi transport ion melewati saluran cepat dan saluran lambat terutama ion Na, K, Ca disebut dengan potensial aksi. (Klabunde, 2011)

8 Gambar 1. Diagram Fase Potensial Aksi Sumber: http://cvphysiology.com Tabel 1. Mekanisme pada Fase Potensial Aksi Fase Mekanisme Peristiwa yang Terjadi Kedudukan Ion 0 Aktivasi Aktivasi cepat Na + masuk dan menurunkan (pembukaan) channel Na + permeabilitas sel 1 Repolarisasi Inaktivasi channel Na + dan K + keluar Awal permeabilitas dari K + meningkat 2 Plateau Aktivasi lambat pada Ca 2+ masuk 3 Repolarisasi Akhir 4 Repolarisasi Diastolik Sumber: Grant (2009) channel Ca 2+ Inaktivasi dari channel Ca 2+ dan peningkatan permeabilitas K + Permeabilitas normal (sel atrium maupun ventrikel) K + keluar K + keluar, Na + masuk, Ca 2+ masuk Sel penghantar listrik pada jantung merupakan sel yang tipis dan panjang dan menghantarkan listrik dengan cepat dan ekfisien ke seluruh daerah jantung. Sistem jalur konduksi pada atrium memiliki serabut di puncak septum intra-atrium pada bagian berkas Bachman yang memungkinkan adanya aktivasi yang cepat dari atrium kiri ke atrium kanan (Klabunde, 2011). Sistem konduksi jantung menggambarkan arah arus listrik jantung yang akan terekam sebagai hasil sadapan

9 elektrokardiogram (Martin, 2007). Gambar konduksi jantung pada kertas elektrokardiogram terlihat pada Gambar 2. Gambar 2. Gambar konduksi jantung pada kertas elektrokardiogram Sumber: http://faculty.ksu.edu.sa Aktivitas bioelektrik jantung mengarah dari Nodus SA menuju ke apex jantung tetapi ventrikel kiri yang memiliki sel otot lebih tebal menyebabkan intensitas aktivitas yang lebih besar sehingga elektrokardigram seperti hanya merekam aktivitas dari bagian tengah jantung dan berakhir di ventrikel kiri (Kusumoto, 2009). Arah aktivitas bioelektrik dikenal juga dengan istilah aksis jantung, hal ini merupakan pedoman penting dalam menilai ada atau tidaknya kelainan keadaan jantung (Guyton dan Hall, 2008). 2.3 Prinsip Elektrokardiograf Elektrokardiograf merupakan alat yang digunakan untuk melihat rekaman EKG dan detak jantung (Cunningham, 2002). Menurut Boswood (2008). Tujuan penggunaan elektrokardiograf adalah untuk mendeteksi aktivitas bioelektrik jantung yang kemudian diproyeksikan menjadi elektrokardiogram.

10 Elektrokardiogram yang digunakan untuk menunjang diagnosa kelainan jantung berhubungan dengan irama jantung awalnya dilakukan pemeriksaan secara auskultasi, sebagai tindakan monitoring sewaktu operasi dan sesudah operasi (tindakan pembedahan) serta radiografi thorak (Battaglia 2007; Martin 2007). Saat konduksi jantung bekerja, impuls listrik sebagian kecil juga akan menyebar ke seluruh tubuh melalui konduksi antar sel (Klabunde, 2011). Arus listrik yang menyebar pada permukaan tubuh akan dapat terekam oleh elektoda elektrokardiogram yang dipasangkan pada bagian-bagian tubuh (Guyton dan Hall, 2008). Arah defleksi ditentukan oleh dua hal yaitu arah penyebaran impuls depolarisasi dan letak elektroda. Arus depolarisasi dan repolarisasi yang bergantung pada letak elektroda inilah yang menjadi dasar hukum elektrokardiogram yang dikenal dengan istilah tiga hukum dasar Goldberger. Tabel 2. Tiga hukum dasar Goldberger Arah Impuls Arah Defleksi Menuju elektroda (+) Ke atas / (+) Menuju elektroda (-) Ke bawah / (-) Menuju - meninggalkan elektroda Sumber: Widjaja (2009) Bifasik Beberapa faktor sangat mempengaruhi hasil rekaman elektrokardiogram, contohnya posisi hewan, pengendalian (restrain), dan lokasi penempatan sadapan pada tubuh hewan akan menentukan ketepatan hasil perekaman (Colleman dan Robson, 2005).

11 2.4 Komponen Instrumen Elektrokardiogram 2.4.1 Elektrokardiograf Elektrokardiograf merupakan mesin yang berbentuk telemetri yang digunakan untuk mengamati aktivitas dan kondisi jantung dalam jangka waktu tertentu (Martin, 2007). Telemetri menggunakan sadapan yang diletakan pada tubuh anjing terutama pada bagian ekstremitas yang akan merekam aktivitas bioelektrik jantung (Battaglia, 2007). Menurut Martin (2007), pada anjing, posisi standar perekaman elektrokardiogram adalah dengan posisi right lateral recumbency dengan kaki depan dan kaki belakang tegak lurus dengan tubuh. 2.4.2 Kertas Elektrokardiogram Kertas Elektrokardiogram merupakan kertas grafik putih berlapis plastic dengan garis merah serta terbagi dalam kotak-korak kecil dengan luas 1 mm 2 yang membentuk kotak tebal dengan luas 5x5 mm (Gelter, 2007). Pada saat perekaman, kertas elektrokardiogram merekeam aktivitas bioelektrik jantung setiap detiknya dengan kecepatan 25 mm/detik ataupun 50 mm/detik. Tegangan listrik atau voltase yang digunakan umumnya berkekuatan 1 volt (Luna, 2007). Kecepatan perekaman dapat diatur tergantung pada kepentingan diagnose (Widjaja, 2009). 2.4.3 Elektroda Elektroda berdasarkan polaritasnya terdiri dari elektroda bermuatan positif atau anoda, elektroda bermuatan negatif atau katoda dan elektroda

12 netral atau ground elektroda. Elektroda diperlukan untuk merekam gambaran elektrokardiogram yang dipasangkan pada ekstremitas (Battaglia, 2007). Pasangan elektroda dalam perekaman elektrokardiogram dinamakan sadapan disebut juga lead (Kertohoesodo, 1987). Di bidang kedokteran hewan pemasangan elektroda untuk menghasilkan sadapan umumnya menggunakan sadapan pada ekstremitas (Nelson, 2003). Sadapan yang digunakan terdiri dari tiga buah sadapan bipolar yaitu sadapan I, II dan III dan tiga buah sadapan unipolar ekstremitas yaitu sadapan avr, avl, dan avf (Thaler, 2009). Arus depolarisasi yang bergerak menuju ke elektroda positif menyebabkan jarum galvanometer memproyeksikan defleksi positif (grafik mengarah ke atas). Arus depolarisasi yang bergerak meninggalkan elektroda positif menyebabkan defleksi negatif (grafik mengarah ke bawah). Arus depolarisasi yang terdeteksi dengan arah menuju kemudian meninggalkan elektroda akan diproyeksikan dengan bentuk defleksi positif dan negatif yang dikenal dengan istilah bifasik (Siagian, 2010). Aktivitas bioelektrik tidak ada pada saat sel dalam keadaan istirahat dan pada keadaan ini jarum galvanometer tidak bergerak sehingga digambarkan dengan sebuah garis lurus yang disebut dengan baseline atau garis potensial nol (garis isoelektrik) (Martin, 2007).

13 2.4.4 Sadapan (Lead) Pada EKG terdapat tiga buah sadapan bipolar standard lead (I, II, III) dan tiga buah sadapan unipolar limb lead (avr, avl dan avf). Sadapan I menggambarkan perbedaan potensial antara extremitas cranialis dexter dan ekstremitas cranialis sinister. Sadapan II menggambarkan perbedaan potensial antara extremitas cranialis dexter dan extremitas caudalis sinister. Sedangkan sadapan III menggambarkan perbedaan potensial antara ekstremitas cranialis sinister dan extremitas caudalis sinister. Sadapan unipolar limb jarang digunakan di dunia kedokteran hewan (Cunningham, 2002). 2.5 Parameter Elektrokardiogram pada Anjing 2.5.1 Gelombang P Gelombang P yang diproyeksikan pada elektrokardiogram mewakili aktivasi listrik pada miokardium bagian atrium pada saat berdepolarisasi. Setengah bagian pertama gelombang P mewakili depolarisasi atrium kanan dan setengah lainnya mewakili depolarisasi atrium kiri. Gelombang P yang normal dapat berupa defleksi positif, negatif, maupun berupa bifasik. Aktivitas bioelektrik dipicu oleh nodus SA dan dan nilai normal amplitudo gelombang P pada anjing memiliki nilai tertinggi (maksimum) 0,4 mv (Nelson 2003; Tilley et al. 2008).

14 Gambar 3. Gelombang P Sumber: Interactive ECG for Windows 2.5.2 Kompleks QRS Terdapat tiga komponen yang membentuk kompleks QRS yaitu gelombang Q, gelombang R dan gelombang S. Kompleks QRS memproyeksikan seluruh fase depolarisasi ventrikel atau penyebaran impuls di seluruh bagian ventrikel. Secara klinis kompleks ini sangat penting dari seluruh gambaran elektrokardiogram. Bentuk kompleks QRS ditentukan oleh arah dan besarnya arus depolarisasi ventrikel terhadap sadapan EKG dari waktu ke waktu, sehingga setiap sandapan EKG akan merekam gambaran kompleks QRS yang berbeda (Gavahan, 2003). Gambar 4. Kompleks QRS Sumber: Interactive ECG for Windows

15 2.5.3 Gelombang T Gelombang T muncul sebagai akhir dari satu rangakaian gelombang elektrokardiogram. Gelombang T merupakan proyeksi fase repolarisasi ventrikel (Widjaja, 2009). Kepentingan gelombang T yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya infark jantung dan gangguan elektrolit (Gavahan, 2003; Schwartz, 2002). Gambar 5. Gelombang T Sumber: Interactive ECG for Windows 2.5.4 Segmen ST Segmen ST merupakan garis lurus dari akhir kompleks QRS yang diakhiri oleh bagian awal gelombang T. Fungsi pengukuran pada segmen ST adalah mengukur waktu antara akhir depolarisasi ventrikel sampai pada mulainya repolarisasi ventrikel (Gelter, 2007). Gambar 6. Segmen ST Sumber: Interactive ECG for Windows

16 2.5.5 Interval PR Interval PR adalah jarak antara awal gelombang P hingga ke awal gelombang dari kompleks QRS. Interval P memproyeksikan waktu yang dibutuhkan oleh impuls dari SA nodes berjalan melewati nodus AV hingga ke berkas His. Gangguan konduksi sepanjang jalur ini akan menyebabkan perubahan interval (Gavahan, 2003). Gambar 7. Interval PR Sumber: Interactive ECG for Windows 2.5.6 Interval QT Interval QT adalah jarak antara awal gelombang Q hingga akhir dari gelombang T. Memproyeksikan durasi aktivitas depolarisasi dan repolarisasi ventrikel (Widjaja, 1990). Gambar 8. Interval QT Sumber: Interactive ECG for Windows

17 2.5.7 Kisaran Sadapan Elektrokardiogram normal Anjing Tabel 3. Parameter Elektrokardiogram normal pada Anjing Parameter Kisaran Normal pada Anjing Nelson Tilley Detak jantung Gelombang P (maks.) Interval PR Interval QRS Gelombang R (maks.) Segmen ST Gelombang T Interval QT Aksis jantung 70 160 kali per menit 0,4 mv 0,06 0,13 detik 0,04 0,05 detik 3mV 0,2 mv Tidak lebih dari 1/3 R 0,15 0,25 detik 40 0-100 0 70 160 kali per menit 0,4 mv 0,06 0,13 detik Maks. 0,05 detik 3mV 0,2 mv Tidak lebih dari ¼ R (positif, negative, bifasik) 0,15 0,25 detik 40 0-100 0 Sumber: Nelson (2003); Tilley (2008). 2.6 Anestesia Pemberian premedikasi dan anestesi selalu menjadi perlakuan awal yang dilakukan dalam prosedur pembedahan. Tahapan yang paling strategis dan pentings pada prosedur pembedahan sendiri adalah anestesi. Pemberian anestesi pada pasien yang akan menjalankan prosedur pembedahan bertujuan agar pasien tidak dapat merasakan sakit dan tidak sanggup bergerak (Ganiswarna, 1995). Kata anestesi berasal dari Bahasa Yunani : An berarti tidak, dan Aesthesis berarti rasa atau sensasi yang dimaksudkan dalam perlakuan pembedahan merupakan rasa nyeri. Pengertian yang lebih luas dari anestesi berarti keadaan dimana rasa terhadap suatu rangsangan tidak ada sama sekali.

18 Pemberian anestesi selain untuk tindakan pembedahan, digunakan untuk melakukan tindakan pengendalian terhadap hewan (restraint), keperluan pengamanan pemindahan (transportasi) hewan liar, pemotongan hewan yang sesuai dengan standar tertentu, dan untuk melakukan euthanasia. Tujuan anestesi dapat dicapai dengan pemberian obat anestetikum secara tunggal maupun mengombinasikan beberapa agen anestetikum maupun dengan agen preanestetikum (McKelvey dan Hollingshead 2003; Tranquilli et al. 2007). Anestesi umum dilakukan dengan menggunakan obat-obatan secara injeksi dan atau inhalasi yang ditandai dengan hilangnya respon rasa nyeri (analgesia), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respon terhadap rangsangan atau refleks dan hilangnya gerak spontanitas (immobility), serta hilangnya kesadaran (unconsciousness) (McKelvey dan Hollingshead, 2003). 2.6.1 Atropin Atropin merupakan agen antikolinergik dan antispasmodik alkaloid yang umum digunakan untuk memberikan efek relaksasi pada otot polos dan meningkatkan serta mengatur detak jantung dengan memblokir saraf simpatik. Atropin merupakan alkolid yang penting digunakan dalam pemberian anesthesia sebagai sulfat larut air. Fungsi atropin adalah menekan sekresi eksokrin dan mengurangi produksi saliva (Welsh, 2009). 2.6.2 Xilasin Xilasin memberikan efek sedatif, anestesi, analgesia, dan efek relaksasi otot dengan baik karena xilasin menghambat efek postganglionik. Kelemahan

19 xilasin adalah efek analgesia yang tidak dapat diukur, bradikardi, hipotensi, hipoventilasi, disrrithmia, menghasilkan efek seperti tertidur, khususnya pada anjing dan kucing disertai muntah. xilasin hanya digunakan pada hewan (Ilback and Stalhandske, 2003). 2.6.3 Ketamin Anestikum injeksi yang sering digunakan adalah ketamin. Ketamin merupakan anestetikum golongan cylohexamine yang dapat digunakan secara tunggal atau dapat dikombinasikan dengan zat lain sebagai preanestetikum. Kekurangan pemakaian ketamin secara tunggal adalah kurangnya relaksasi pada otot, terjadinya hipersalivasi, hipertonus dan masa pengembalian kesadaran yang lama (Stawicki, 2007). Sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan ketamin secara tunggal, maka ketamin sering dikombinasikan dengan obat lain sebagai preanestesi, contoh yang umum adalah zat sedatif hipnotik golongan α2-adginjaloceptor seperti xilasin, dan golongan benzodiazepin seperti diazepam atau midazolam (Kul et al., 2003). Tetapi kombinasi ini tidak sepenuhnya berdampak positif. Penggunaan premedikasi xilasin pada anjing umumnya menyebabkan muntah, hipersalivasi dan bradikardi (Ilback and Stalhandske, 2003). Sehingga dikombinasikan kembali untuk mengatasi dampak negatif tersebut dengan pemberian Atropin secara bersamaan karena Atropin dapat menurunkan pengaruh hipersalivasi dan bradikardi (Welsh, 2009). Fungsi EKG adalah salah satu alat diagnosa untuk memastikan ada atau tidaknya gangguan pada jantung, dari serangkaian pemeriksaan biasa yang

20 dilakukan oleh dokter hewan (Battaglia, 2007). Maka dari itu untuk mendeskripsikan penggunaan anestesi yang aman pada perlakuan pemberian anestesi secara subkutan membutuhkan tindakan untuk mengetahui keadaan otot jantung dengan menggunakan elektrokardiogram (EKG) selama anjing berada dalam fase anestesi. 2.7 Kerangka Konsep Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah dan didukung tinjauan pustaka mendorong penulis untuk melakukan penelitian untuk melihat gambaran elektrokardiogram anjing yang teranestesi kombinasi xilasin dan ketamin secara subkutan. Setelah gambaran elektrokardiogram didapatkan maka diharapkan dapat disimpulkan apakah tindakan pemberian anestesi xilasin dan ketamin secara subkutan merupakan tindakan pemberian anestesi aman terhadap keadaan jantung. Anestesi Umum Injeksi Xilasin (2 mg/kg BB) yang dikombinasikan dengan Ketamin (10 mg/kg BB) yang diberikan secara Subkutan sebagai pemelihara fase anestesi. Keadaan organ vital (jantung) selama anjing teranestesi Gambaran Elektrokardiogram 1. Sadapan (Lead) I 2. Sadapan (Lead) II 3. Sadapan (Lead) III 4. Heart rate 5. Aksis jantung Seluruh sadapan akan diamati bagian: a. Gelombang P b. Kompleks QRS c. Gelombang T d. Segmen ST e. Interval PR f. Interval QT Gambar 9. Skema kerangka konsep penelitian