BAB V PEMBAHASAN. 1. Hubungan umur ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. gizi selain dari air susu ibu (DepKes RI, 2006). berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat.

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Observasional Analitik study yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5%

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB V PEMBAHASAN. kesehatan ibu, yang akhirnya akan memengaruhi perilaku hidup sehat (Rossen et

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam tumbuh kembang, karena terbukti memiliki manfaat

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

ANALISIS PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SECARA DINI MENURUT FAKTOR PENYEBABNYA PADA BAYI DI PUSKESMAS MARGADANA KOTA TEGAL TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas dalam pembangunan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

MP - ASI dini kepada bayi adalah ASI PENDAHULUAN. Secara nasional cakupan ASI. belum keluar dan alasan tradisi dan. untuk bayi sampai umur 6 bulan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : SARI DEWI MINTARDJA J

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA KARYAWATI UNSIKA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB 5 PEMBAHASAN. selama periode 10 Juni-10 Juli 2014 terdapat 96 bayi atau 85,7% Hasil ini masih lebih rendah daripada penelitian yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

BAB IV HASIL PENELITIAN. Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Jayeng Prawiran No. 13 RT 019/04

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Global Mongolato merupakan salah satu Puskesmas yang

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

Nisa khoiriah INTISARI

1

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ERLIAN AWAL SETIANI R

BAB I PENDAHULUAN. Makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah berusia 6 bulan sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. PEMBAHASAN 1. Hubungan umur ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di kelurahan Pablengan wilayah kerja puskesmas Matesih Karanganyar Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yang berumur 20-35 tahun memberikan MP-ASI dini yakni sebanyak 31 responden (58,5%). Nilai ϸ value = 0,52 artinya hipotesis ditolak. Kesimpulan dari uji tersebut adalah tidak ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di kelurahan Pablengan wilayah kerja puskesmas Matesih Karanganyar. Hasil wawancara yang dilakukan pada ibu yang memberikan MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di kelurahan Pablengan wilayah kerja puskesmas Matesih Karanganyar berdasarkan lembar cheklist didapatkan rata-rata yang memberikan MP- ASI dini yaitu pada umur 20-35 tahun. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2011) selaras dengan penelitian ini, bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 0-4 bulan dengan nilai ϸ value (0,231). Selain itu penelitian ini diperkuat oleh Hadyana (2012) menunjukan bahwa dari 85 orang ibu yang berumur 35 tahun, 55 orang (64,5%) diantaranya telah memberikan MP-ASI dini kepada bayi usia <6 bulan. Ibu yang berumur >35 tahun, 13 orang (86,7%) telah memberikan MP- ASI dini kepada bayinya. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,079 maka dapat 42

disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan. Menurut Suhardjo (2010) pengalaman hidup atau lamanya waktu ibu hidup tidak sepenuhnya memberikan ibu pengetahuan dalam pemberian MP-ASI dan pengambilan keputusan untuk memberikan MP-ASI sesuai yang dianjurkan pemerintah atau tidak, oleh karena itu umur ibu kurang mempengaruhi dalam pemberian MP-ASI. Abrams (2011) mengemukakan bahwa orang yang berumur kurang dari sama dengan 35 tahun dianggap sebagai usia muda, kemudian umur > 35 tahun dianggap sebagai usia tua. Umur muda tidak mempengaruhi dalam mengambil keputusan dalam dirinya tetapi faktor lingkunganlah yang berperan dalam mempengaruhi setiap tindakan yang ada dimasyarakat (Priyoto, 2014). 2. Hubungan pendidikan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di kelurahan Pablengan wilayah kerja puskesmas Matesih Karanganyar Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa ibu yang berpendidikan rendah (SD, SMP) sebagian besar memberikan MP-ASI dini yaitu sebanyak 49 responden (92,5%). Nilai ϸ value = 0,001 artinya hipotesis diterima sehingga dapat disimpulkan dari uji Chi-Square tersebut adalah ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan. Hasil wawancara yang dilakukan pada ibu yang memberikan MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di kelurahan Pablengan wilayah kerja puskesmas Matesih Karanganyar berdasarkan lembar cheklist didapatkan rata-rata yang memberikan MP- ASI dini yaitu ibu dengan pendidikan dasar (SD,SMP).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Visyara (2012) mendapatkan hasil bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pemberian MP-ASI dini, dari 19 responden (63,3%) berpendidikan rendah memberikan MP-ASI dini sebanyak 17 responden (56,7%) dengan nilai ϸ value 0,001, selain itu diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Kingsley E. Agho di Nigeria yang menyatakan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia < 6 bulan. Kingsley E. Argo, mengatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah memiliki risiko lebih besar untuk memberikan MP-ASI dini kepada bayinya. Pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Semakin rendah pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu memberikan MP-ASI dini karena ibu kurang mengetahui tentang pemberian MP-ASI yang benar (Depkes RI, 2006). Pengetahuan yang kurang akan berdampak besar pada perubahan sikap seseorang, semakin rendah pendidikan dapat menimbulkan kekhawatiran terhadap kemungkinan bayi menderita kurang gizi tertentu karena konsentrasinya dalam ASI menurun jumlahnya sehingga ibu cenderung memberikan makanan tambahan (Suhardjo, 2010). Luluk (2009) mengatakan bahwa kelompok ibu yang berpendidikan dasar dalam memberikan MP-ASI kepada bayinya pada usia 2 bulan, pada kelompok ibu yang berpendidikan menengah dalam memberikan MP-ASI kepada bayinya usia 4-5 bulan, sedangkan pada kelompok ibu yang berpendidikan tinggi dalam memberikan MP-ASI bayinya setelah berusia 6 bulan. 3. Hubungan pekerjaan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di kelurahan Pablengan wilayah kerja puskesmas Matesih Karanganyar

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa ibu yang bekerja dan memberikan MP-ASI dini lebih banyak yaitu ada 37 responden (69,8%). Nilai ϸ value = 0,01 dengan OR = 1,97 artinya hipotesis diterima sehingga dapat disimpulkan dari uji Chi-Square tersebut adalah ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di kelurahan Pablengan wilayah kerja puskesmas Matesih Karanganyar. Risiko untuk ibu memberikan MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan dengan ibu bekerja sebesar 1,97 kali lebih besar dari ibu tidak bekerja. Hasil wawancara yang dilakukan pada ibu yang memberikan MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di kelurahan Pablengan wilayah kerja puskesmas Matesih Karanganyar berdasarkan lembar cheklist didapatkan rata-rata yang memberikan MP- ASI dini yaitu ibu yang bekerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2011) juga selaras dengan penelitian ini, yaitu ibu bekerja sebanyak 95% dan didapatkan nilai ϸ value (0,025) bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI dini,, selain itu diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Yonatan (2013) dari 32 responden didapatkan hasil 52% ibu yang bekerja memberikan MP-ASI dini dan 48% ibu yang tidak bekerja tidak memberikan MP-ASI dini dengan p-value = 0,025 yang artinya ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI dini. Pemberian makanan pendamping dan susu formula adalah alternatif dengan anggapan bahwa anak akan tetap mendapatkan asupan nutrisi yang cukup merupakan

jalan yang ditempuh oleh ibu yang sedang bekerja. Jika dalam pemberian ASI dihentikan pada saat usia dini, maka penggunaan makanan bayi buatan sendiri dan makanan pendamping sangat tinggi (sumardiono, 2007). Secara teori faktor pekerjaan berhubungan dengan aktivitas ibu setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan ibu bisa dilakukan dirumah, ditempat kerja baik yang dekat maupun yang jauh dari rumah. Dalam hal ini lamanya seorang ibu meninggalkan bayinya untuk bekerja sehari-hari menjadi alasan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurnag dari 6 bulan (Suhardjo, 2010). Menurut Gybney (2012) ibu bekerja masih dapat memberikan ASI ekslusif dengan cara memerah ASI sebelum berangkat ketempat kerja dengan cara disimpan di dalam almari pendingin sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Hubungan status ekonomi dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di kelurahan Pablengan wilayah kerja puskesmas Matesih Karanganyar Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa ibu yang memiliki status ekonomi tinggi yang memberikan MP-ASI dini ada 35 responden (66%). Nilai ϸ value = 0,008 dengan OR = 2,24 artinya hipotesis diterima sehingga dapat disimpulkan dari uji Chi-Square tersebut adalah ada hubungan antara status ekonomi dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di kelurahan Pablengan wilayah kerja puskesmas Matesih Karanganyar. Risiko untuk ibu memberikan MP- ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan dengan status ekonomi tinggi sebesar 2,24 kali lebih besar dari status ekonomi bawah. Hasil wawancara yang dilakukan pada ibu yang memberikan MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di kelurahan Pablengan wilayah kerja puskesmas Matesih

Karanganyar berdasarkan lembar cheklist didapatkan rata-rata yang memberikan MP- ASI dini yaitu dengan status ekonominya atas. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2012) yaitu terdapat hubungan antara status ekonomi dengan pemberian MP-ASI dini dengan nilai ϸ value 0,003. Kemudian diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Iin Indriyawati (2010) didapatkan nilai p-value = 0,004 dapat disimpulkan ada hubungan antara status ekonomi dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 0-6 bulan. Hal ini kemungkinan terjadi karena apabila status ekonominya atas merasa mudah dalam memberikan MP-ASI sehingga ibu akan memberikan MP-ASI dini kemudian ibu yang memiliki ekonomi atas memiliki gaya hidup atau pola makan dalam keluarganya yang berbeda dengan ibu yang memiliki status ekonomi bawah (Prambatini, 2010). Faktor ekonomi adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi keuangan yang menyebabkan daya beli untuk makanan tambahan semakin besar. Pendapatan merupakan hal yang penting karena semakin baik perekonomian keluarga maka daya beli makanan tambahan akan semakin mudah, sebaliknya jika semakin buruk perekonomian keluarga maka daya beli makanan tambahan semakin sukar (Pradana, 2010). Menurut Krisna (2012) dengan meningkatnya status ekonomi keluarga akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam susunan makanan baik jenis maupun jumlahnya. Semakin meningkatnya pendapatan semakin bertambah pula persentase pembelanjaan termasuk makanan pendamping ASI sehingga ibu cenderung tidak memberikan ASI secara ekslusif.

5. Hubungan budaya dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di kelurahan Pablengan wilayah kerja puskesmas Matesih Karanganyar Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa rata-rata ibu tidak terpengaruh terhadap budaya setempat yaitu sebanyak 38 responden (71,7%). Nilai ϸ value = 0,382 artinya hipotesis ditolak. Kesimpulan dari uji Chi-Square tersebut adalah tidak ada hubungan antara budaya dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan dikelurahan Pablengan wilayah kerja puskesmas Matesih Karanganyar. Tidak adanya hubungan antara faktor budaya dengan pemberian MP-ASI dini disebabkan karena mayoritas ibu-ibu yang berada di kelurahan Pablengan memberikan MP-ASI dini atas dasar kemauannya sendiri, hal ini terlihat pada saat dilakukan beberapa wawancara mendalam dengan menggunakan cheklist rata-rata ibu menjawab tidak yang artinya bahwa ibu memberikan MP-ASI dini karena atas kemauannya sendiri tidak karena keinginan orang tuanya atau pihak keluarga lainnya. Unsur kebudayaan mampu menciptakan suatu kebiasaan dalam masyarakat, dari hasil wawancara langsung yang sudah dilakukan didapatkan bahwa pihak keluarga lain tidak aktif dalam hal pemberian makanan maupun nutrisi pada bayi hal ini terlihat dalam keluarga tidak menganjurkan memberikan makanan padat pada bayi usia 2-6 bulan kemudian keluarga juga tidak menganjurkan memberikan ASI Ekslusif saja sampai bayi umur 6 bulan. Sehingga bisa di tarik kesimpulan tradisi yang merugikan atau membahayakan semakin banyaknya informasi akan semakin luntur atau bahkan menghilang seiring dengan modernisasi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh wulandari (2011) didapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh antara sosial budaya dengan pemberian

MP-ASI dini ϸ value 0,2. Kemudian diperkuat oleh penelitian yang di lakukan oleh Rani (2011) didapatkan nilai ϸ value 0,1 yang artinya tidak ada hubungan antara faktor budaya dengan pemberian MP-ASI pada bayi umur < 6 bulan. Hal ini kemungkinan terjadi karena semakin majunya jaman dan saranan informasi yang memadai menyebabkan orangtua atau keluarga yang lain tidak mau ikut campur dalam hal pemberikan makanan pada anak. Menurut Andeas (2013) kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat termasuk didalamnya pernyataan intelektual dan nilai-nilai artistik yang menjadi kebiasaan, sehingga pada akhirnya dapat mendorong masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan kemauannya sendiri atau sudah terbiasa dalam kehidupannya. Hal ini terlihat dari ibu-ibu di kelurahan Pablengan yang bekerja atau mempunyai kesibukan sosial lainnya, memberikan makanan pendamping sesuai dengan inisiatif sendiri tanpa adanya paksaan dari orang tua atau orang terkemuka di daerahnya. A. KETERBATASAN PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian langsung dengan cara mengikuti jadwal posyandu yang jadwalnya sama dengan jadwal kuliah sehingga apabila jadwal kuliah berbenturan dengan jadwal kuliah peneliti langsung mengunjungi rumah responden, maka peneliti tidak dapat memastikan apakah responden sedang berada dirumah atau tidak, selain itu lokasi penelitian sangat luas sehingga peneliti kesulitaan dalam menemukan rumah responden.