BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam arti cerdas dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa tertuang didalam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dera Fitria, 2014 Studi Relevansi Antara Program Studi Ketenagalistrikan Dengan Dunia Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang tercantum pada UU RI No.14 tahun 2005 pasal 1,

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama,

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya sistim dan praktik pendidikan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

Arif Rahman ( ) Eny Andarningsih ( ) Nurul Hasanah ( ) Rahardhika Adhi Negara ( )

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah komponen yang berperan penting sebagai modal utama

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan merupakan sebuah. persoalan kompleks, karena untuk mewujudkannya dibutuhkan saling

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan semakin banyak menghadapi masalah yang perlu. mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak baik pemerintah,

KOMPETENSI PENGAWAS. OLEH YAYA SUNARYA, M.Pd. PPB UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Melalui pendidikan orang-orang lebih dapat mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia dipandang sebagai faktor kunci dalam era

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. lulusan yang siap terjun secara profesional dan ikut bergerak di dunia usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini tantangan dunia pendidikan adalah mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendri Risfandi, 2014

2016 PERSEPSI SISWA SMA TERHADAP KETERAMPILAN MENJELASKAN MAHASISWA PPL DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI UPI SEMSETER GENAP TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rendahnya kualitas pendidik di Indonesia merupakan cerminan rendahnya

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja

Kata Kunci: guru, kejuruan, kompetensi, profesional.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Salah satu unsur tenaga

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

Profil Keterampilan Mengajar Mahasiswa Calon Guru Melalui Kegiatan Induksi Guru Senior

KINERJA GURU SEBELUM DAN SESUDAH SERTIFIKASI GURU DI SMU NEGERI I POSO. Serlia R. Lamandasa *)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yakni: SMK adalah suatu bentuk pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga siswa memiliki kemampuan sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang trampil, terdidik, dan profesional, serta dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mencapai apa yang diharapkan tersebut maka arah pengembangan pendidikan SMK berorientasi pada penyiapan sumber daya manusia yang menjadi aset negara sekaligus mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki daya saing untuk menghadapi era globalisasi. Output yang bermutu tidak lepas dari proses pendidikan yang bermutu. Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Kriteria kualitas pembelajaran yaitu pembelajaran dikatakan berkualitas ketika intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, siswa, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Sukamto, 2005:6). Hasil pendidikan SMK saat ini masih belum bisa terserap oleh dunia kerja dan industri, data dari BPS Tahun 2011 menyatakan bahwa tingkat pengangguran

2 terbuka dari lulusan SMK berada pada urutan kedua, dengan rincian sebagai berikut: Lulusan Sarjana 8,02 %, Diploma 7,16 %, SMK 10,43 %, SMA 10,66 %, SMP 8,37 %, dan SD kebawah 3,56 %. Pengangguran dari lulusan sebuah lembaga pendidikan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain: kompetensi lulusan tidak sesuai dengan kompetensi yang diharapkan oleh pengguna lulusan dan jumlah lulusan melebihi dari kebutuhan yang diperlukan di dunia kerja. Guru berperan dalam proses pendidikan, seperti penelitian di negaranegara berkembang antara lain: India, Mesir, Botswana, Thailand, Chile, El Salvador, Kolumbia, Meksiko, Brazil, Argentina, Peru, Uganda, Hongaria, Paraguai, Iran, dan Bolivia. Melalui studi terhadap keenam belas Negara itu tersimpulkan bahwa penentu keberhasilan belajar di sekolah adalah faktor guru 34%, manajemen 24%, waktu belajar 16%, sarana 26% (Nursisto, 2002:5). Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa selain kemampuan siswa sendiri, ternyata kualitas kemampuan guru merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru merupakan ujung tombak dalam pencapaian tujuan proses pembelajaran. Sehingga hanya guru yang profesional yang dapat memberikan sumbangan positif dalam pencapaian tujuan pembelajaran dan peningkatan prestasi belajar siswa. Proses-belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola

3 kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal (Usman, 2009:9). Guru profesional yang dibuktikan dengan kompetensi yang dimilikinya akan mendorong terwujudnya proses dan produk kinerja yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan. Di dalam Undang-undang RI No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen Bab IV Pasal 8 disebutkan bahwa: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, dan pada Pasal 9 sebagai berikut: kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. Demikian pula di dalam Pasal 28 ayat 1 PP RI No. 19 Tahun 2005 disebutkan bahwa: Guru harus memiliki kualifikasi akademik minimal D4 / S1 dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, yang memiliki kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran secara formal dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Kompetensi Guru Profesional berdasarkan Undang undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV bagian kesatu Pasal 10 ayat 1 dijelaskan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Secara konseptual kompetensi pedagogik seorang guru adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan perkembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya (Suyanto dan Djihad, 2012: 49). Hasil pengamatan di lapangan menunujukkan

4 terdapat guru yang mengajar tanpa melakukan perencanaan seperti tidak membuat silabus dan RPP, melakukan evaluasi tanpa pedoman, dan tidak berusaha untuk memaksimalkan kemampuan setiap peserta didik berdasarkan potensinya. Berdasarkan Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pada pasal 10 ayat 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik. Hasil pengamatan di lapangan masih terdapat guru-guru yang melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan untuk teladan bagi para siswanya. Kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik juga membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Hasil pengamatan di lapangan masih terdapat guru-guru yang tidak mempedulikan dan membimbing para siswanya dalam hal kompetensi sosial juga hidup di masyarakat sebagai pribadi yang tidak bermasyarakat. Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen Pada pasal 10 ayat 1 bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi secara luas dan mendalam. Hasil pengamatan di lapangan masih terdapat guru-guru yang kurang menguasai pokok bahasan yang semestinya disampaikan kepada para siswanya atau mengajar tidak sesuai dengan bidangnya. Berdasarkan uraian di atas masih terjadi kesenjangan antara teori yang ideal dengan hasil pengamatan yang ada di lapangan sehingga memerlukan

5 penelitian terhadap kompetensi yang menunjukan tingkat keprofesionalan yang dimiliki oleh guru. Ketika para guru telah memasuki ruangan kelas dan menutup pintu-pintu kelas itu, maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru (John Goodlad, 1970). Dalam penelitian tersebut dapat diketahui bahwa guru profesional merupakan kunci keberhasilan dari kualitas proses pembelajaran. Pentingnya profesionalisme guru terhadap kualitas proses pembelajaran siswa dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasannya, dapat dilihat juga dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 76,6 % hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru (Nana Sudjana, 2002: 42). Proses pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh latar belakang guru, yang mencakup pendidikan di perguruan tinggi, kelas sosial, umur, jenis kelamin, pengalaman pelatihan, pengalaman praktik mengajar, motivasi, kepribadian dan kecerdasan (Dunkin dan Biddle, 1974:38). Studi pendahuluan di beberapa SMK program studi teknik elektronika dan ketenagalistrikan di Kota Cimahi didapat data guru produktif dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda antara lain 9 lulusan S1 teknik non kependidikan, 41 S1 pendidikan teknik, 11 orang lulusan D4 teknik. Berdasarkan data guru di atas, terlihat bahwa guru SMK mempunyai latar belakang pendidikan yang beragam. Ditinjau dari fungsi kelembagaan tujuan Sarjana Pendidikan Teknik adalah mampu menerapkan ilmu produktif dan mengajarkannya dalam kegiatan pendidikan di masyarakat, mengerti peran dan kegiatan pengembangan ilmu melalui penelitian, dan cepat menyesuaikan diri

6 dengan lingkungan ilmiah yang ada. Menurut SK MENDIKNAS No.232/U/2000 tujuan Sarjana Teknik yaitu: mampu menerapkan ilmu dalam kegiatan produktif dalam pelayanan masyarakat, mengerti peran dan kegiatan pengembangan ilmu melalui penelitian, mampu mengantisipasi permasalahan dalam program studi keahliannya, cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan ilmiah yang ada. SK MENDIKNAS No.232/U/2000 tujuan Sarjana Sains Terapan yaitu: mampu melaksanakan pekerjaan yang kompleks dengan dasar kemampuan profesional tertentu termasuk keterampilan merencanakan, melaksanakan kegiatan, memecahkan masalah dengan tanggung jawab mandiri pada tingkat tertentu dan memiliki keterampilan manajerial, serta mampu mengikuti perkembangan, pengetahuan dan teknologi di dalam program studi keahliannya. Ditinjau dari fungsi kelembagaan Sarjana Teknik dan Sarjana Sains Terapan diberi bekal kemampuan profesional yang lebih banyak dibanding dengan Sarjana Pendidikan Teknik, tetapi Sarjana Pendidikan Teknik diberikan pembekalan kompetensi pedagogik, sosial, dan kepribadian, serta diberikan pembekalan yang cukup tentang kompetensi profesional yang sesuai dengan yang dibutuhkan di Sekolah Menengah Kejuruan. Penjelasan diatas mengungkapkan bahwa guru SMK yang ada di Kota Cimahi berlatar belakang pendidikan yang berbeda-beda, guru SMK memerlukan skill tertentu dibandingkan dengan guru - guru lainnya, kualitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan guru dan profesionalisme guru. Tujuan pendidikan SMK menurut RENSTRA Pendidikan Nasional sebagai berikut: menyiapkan peserta didik /tamatan sesuai program studi

7 keahlian, yakni (1) memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional dalam lingkup keahliannya; (2) mampu memilih karier, mampu berkomunikasi dan mampu mengembangkan diri dalam lingkup keahlian yang dipilih dan ditekuni; (3) menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan Dunia Usaha dan Industri (DU/DI). Tetapi kenyataannya masih banyak lulusan SMK yang tidak bekerja sesuai dengan pendidikannya dan masih terdapat kesenjangan antara kompetensi guru yang seharusnya secara teori dan yang terjadi dalam kenyataan di lapangan yang mungkin saja dapat terjadi karena pengaruh latar belakang pendidikan guru sebelumnya. Berdasarkan rangkaian uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian mengenai Perbedaan Tingkat Profesionalisme Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Sarjana Guru yang Berbeda di SMK Program Studi Keahlian Teknik Elektronika dan Ketenagalistrikan di Kota Cimahi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka timbul beberapa pertanyaan yang merupakan rumusan masalah penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan tingkat profesionalisme guru SMK program studi keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan berdasarkan latar belakang pendidikan sarjananya, yakni Sarjana Pendidikan Teknik, Sarjana Teknik, dan Sarjana Sains Terapan?

8 2. Apakah terdapat perbedaan kualitas proses pembelajaran guru SMK program studi keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan berdasarkan latar belakang pendidikan sarjananya, yakni Sarjana Pendidikan Teknik, Sarjana Teknik, dan Sarjana Sains Terapan? 3. Apakah terdapat hubungan antara profesionalisme guru dengan kualitas proses pembelajaran? C. Pembatasan Masalah Profesionalisme guru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, motivasi, pengalaman pelatihan, kepribadian, kelas sosial dan umur. Pada penelitian ini hanya ingin dilihat perbedaan tingkat profesionalisme guru berdasarkan latar belakang pendidikan kesarjanaannya, untuk guru produktif SMK program keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan di Kota Cimahi. Kualitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan guru, tingkat profesionalisme guru, sumber belajar (Buku, Internet, lingkungan), media pembelajaran, fasilitas belajar, suasana belajar, dan bekal belajar siwa. Pada penelitian ini hanya ingin melihat perbedaan kualitas proses pembelajaran berdasarkan latar belakang pendidikan kesarjanaannya, untuk guru produktif SMK program keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan di Kota Cimahi. Pada penelitian ini ingin diketahui pula hubungan profesionalisme guru mata pelajaran produktif dengan kualitas proses pembelajaran di SMK program keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan di Kota Cimahi.

9 Latar belakang pendidikan sarjana guru yang dijadikan variabel pada penelitian ini terdiri dari tiga kategori yakni, Sarjana Pendidikan Teknik (S.Pd), Sarjana Sains Terapan (SST), dan Sarjana Teknik (ST), yang diasumsikan berasal dari perguruan tinggi yang mempunyai kualitas yang sama. Dengan kata lain tidak dilihat dari perguruan tinggi negeri atau swasta dan akreditasi perguruan tingginya. SMK yang dijadikan lokasi penelitian adalah SMK program keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan di Kota Cimahi baik SMK negeri maupun swasta. Pada pengujian hipotesis penelitian tidak diperhitungkan status dan kualitas SMK tersebut. Kompetensi guru yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Pada penelitian ini tidak dilakukan uji kompetensi guru secara lebih mendalam. Pengambilan data dilakukan melalui evaluasi diri menggunakan kuesioner dan penilaian atasan. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui perbedaan tingkat profesionalisme guru SMK program studi keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan berdasarkan latar belakang pendidikan sarjananya, yakni Sarjana Pendidikan Teknik, Sarjana Teknik, dan Sarjana Sains Terapan.

10 2. Mengetahui perbedaan kualitas proses pembelajaran guru SMK program studi keahlian teknik elektronika dan ketenagalistrikan berdasarkan latar belakang pendidikan sarjananya, yakni Sarjana Pendidikan Teknik, Sarjana Teknik, dan Sarjana Sains Terapan. 3. Mengetahui hubungan antara profesionalisme guru dengan kualitas proses pembelajaran. E. Kegunaan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut: 1. Dapat dijadikan suatu pola dan strategi dalam meningkatkan profesionalisme guru sebagai bagian penting dalam pengembangan proses pembelajaran di tingkat satuan pendidikan SMK. 2. Dapat dijadikan sebagai pilihan pendidikan calon guru dalam pengembangan profesionalisme guru. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan kajian dan pengembangan profesionalisme guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran di SMK. 4. Sebagai bahan masukan bagi perguruan tinggi penghasil guru teknologi dan kejuruan.

11 F. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi berperan sebagai pedoman penulisan agar dalam penulisan skripsi ini lebih terarah, maka skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab sebagai berikut: BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan Penelitian, kegunaan dan manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II Kajian pustaka, berisi mengenai landasan teori yang meliputi teoriteori yang mendukung anggapan dasar dan berisi juga mengenai kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian BAB III Metodologi penelitian, berisi lokasi populasi, sampel, dan waktu penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, uji instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan dan analisis data. BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan, berisi mengenai penjelasan deskripsi data, analisis data, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan penelitian. BAB V Kesimpulan dan rekomendasi, berisi mengenai kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi setelah dilakukannya penelitian.