BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan hasil eksplorasi di Jawa Timur, pandan dijumpai sebanyak dua

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1. Penerimaan Retribusi Pelayanan Dokumen Kependudukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

III KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi Negara. Negara agraris

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah

VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

LEMBAR WAWANCARA ETNOBOTANI TUMBUHAN BAHAN KERAJINAN DI SUKU USING KABUPATEN BANYUWANGI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi yang penting. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yang bertujuan untuk

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Kecamatan Langensari Kota Banjar) Abstrak

III. KERANGKA PEMIKIRAN

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V PENUTUP. dalam air ( tempat tumbuhnya) akan terbawa juga bagian-bagian lain dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

Kerajinan Tangan Hasil Pengolahan Tumbuhan Hutan Oleh Masyarakat Desa Nibung Kecamatan Selimbau Kabupaten Kapuas Hulu

III KERANGKA PEMIKIRAN

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

ANALISIS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (SuatuKasus di Desa Sukamulya Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

TINJAUAN PUSTAKA. tebel silang memperoleh kesimpulan bahwa 1) Aktivitas usaha luar tani di

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nama latin Carica pubescens atau Carica candamarcencis. Tanaman ini masih

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

Transkripsi:

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan hasil eksplorasi di Jawa Timur, pandan dijumpai sebanyak dua marga, enam jenis dan satu varietas. Dua marga tersebut adalah : Pandanus dan Freycinetia. Adapun ciri masing-masing marga menurut Hyene (1987) dalam Batoro,dkk (2006) adalah : a) Freycinetia : Batang memanjat, jarang soliter, tidak mempunyai akar penyangga. b) Pandanus : Batang tidak memanjat, semak atau pohon sering dilengkapi dengan akar penyangga atau akar udara, atau kadang kedua-duanya. Genus Pandanus yang paling banyak ditemukan. Sedangkan spesies yang keberadaannya paling banyak adalah Pandanus tectorius. Di beberapa daerah Jawa Timur, jenis pandan tersebut digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan seperti tikar, dan perkakas rumah tangga lain sebagaimana fungsi pandan. Namun, Sebagian besar masyarakat kurang mengetahui kegunaan Pandanus tectorius sebagai bahan baku pembuatan kerajinan (Batoro,dkk. 2006). Tumbuhan yang dikenal sebagai pandan jarang diteliti tapi sering dimanfaatkan. Anggota dari familia tersebut mempunyai lebih dari 40 jenis yang dapat dimanfaatkan, baik sebagai tanaman hias, sebagai bahan pangan, pewangi, sebagai bahan bangunan dan bahan industri seperti tikar, tas, mebel dan atap rumah (Lemmens, 1998) dalam Batoro,dkk (2006). Menurut Sudardadi (1996) dalam Batoro,dkk (2006), daun pandan dipergunakan sebagai sumber serat untuk berbagai kerajinan anyaman. Seiring perkembangan budaya, baik tradisional

maupun bioteknologi, penggunaan bahan pandan, seperti dapat dijumpai baik dimasyarakat, pasar tradisional, mengalami pergeseran yang digantikan oleh bahan lain, seperti tali oleh plastik, topi dari bahan kain, bambu, rotan dan bahanbahan lainnya. Terjadinya pergeseran ini dapat menyebabkan percepatan hilangnya pengetahuan tentang pemanfaatan serta diversitas jenis-jenis pandan (Batoro,dkk. 2006). Setiap orang atau keluarga mempunyai tingkat kebutuhan konsumsi, dimana maksud konsumsi disini adalah barang non pangan, yang mana kebutuhan konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan. Pendapatan seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsinya. Semakin tinggi pendapatan, semakin banyak jumlah barang yang dikonsumsi. Sebaliknya, semakin sedikit pendapatan, semakin berkurang jumlah barang yang dikonsumsi. Bila konsumsi ingin ditingkatkan sedangkan pendapatan tetap, terpaksa tabungan digunakan akibatnya tabungan berkurang (Prayudi, 2000). Dalam realita tingkat pengeluaran akan berbanding lurus dengan tingkat pendapatan. Semakin besar pendapatan masyarakat maka akan semakin besar tingkat pengeluaran. Asumsi ini menjadi acuan untuk mengukur pendapatan masyarakat (Rosida, 2007). Berdasarkan penelitian Fitriana (2000) untuk mengetahui kontribusi pengrajin anyaman tikar terhadap kehidupan ekonomi keluarga, dapat dilihat dari banyaknya sumbangan yang diberikan pengrajin dalam memenuhi kebutuhan keluarga dikaitkan dengan penghasilan suami. Kehidupan ekonomi keluarga yang

dimaksud disini adalah kebutuhan keluarga akan makanan, kesehatan, pakaian, pendidikan anak, kebutuhan pribadi, pembelian barang berharga dan kegiatan sosial. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Kontribusi Pengrajin Anyaman Tikar Terhadap Kehidupan Ekonomi Keluarga Perbulan Berdasarkan Status Perkawinan Tahun (2000) No Jenis Pekerjaan Suami Janda/ Gadis F Penghasilan Suami/Orang Tua (Rp) Penghasilan Pengrajin (Rp) Jumlah (Rp) 1 Pedagang 3 250.000 90.000 340.000 26,47 2 Petani 8 150.000 100.000 250.000 40,00 Tambak 3 Petani 4 100.000 100.000 200.000 50,00 4 Penggarap 3 300.000 75.000 375.000 20,00 5 Tukang 2 150.000 100.000 250.000 40,00 6 Lain-lain Janda 8-125.000 125.000 100,00 7 - Gadis 2 150.000 90.000 240.000 37,50 Jumlah 30 1.100.000 680.000 1.780.000 Sumbangan Pengrajin Terhadap Penghasilan Keluarga (%) Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa kontribusi anyaman tikar tertinggi adalah 100%, karena sumbangan dari penghasilan anyaman tikar merupakan satu-satunya mata pencarian keluarga. Sedangkan sumbangan dari penghasilan anyaman tikar terendah adalah 20%. Persentase dari sumbangan anyaman tersebut memiliki kriteria yang dapat diklasifikasikan melalui penjelasan Soehadji (1992) dalam Noeferdiman dan Novra (2001) bahwa suatu usaha dapat dikatakan cabang usaha apabila kontribusinya terhadap pendapatan keluarga bekisar antara 30-70%, apabila kontribusinya lebih kecil dari 30% maka berupa usaha sambilan, dan jika kontribusinya berkisar antara 70-100% tergolong usaha pokok (Noeferdinan dan Novra, 2001). 2.2 Landasan Teori Penghasilan setiap orang berbeda satu sama lainnya, begitu juga dengan pengeluaran yang mana setiap orang memiliki pengeluaran yang berbeda.

Penghasilan mengandung arti produksi barang-barang yang akan ditawarkan, sedangkan kemampuan untuk membeli barang-barang ditentukan oleh penerimaan sesungguhnya atas pendapatan perseorangan (Kadariah, 1984). Kontribusi yaitu suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan dari penerimaan usaha anyaman terhadap total pendapatan keluarga penganyam, maka dibandingkan antara realisasi penerimaan usaha anyaman terhadap total pendapatan keluarga penganyam. Rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi menurut Nugroho Budiyuwono (1995) dalam Ardhiyansyah (2005) adalah sebagai berikut : Dimana : Qxn Pn = x100% Qy n Pn = Kontribusi industri rumah tangga anyaman pandan (%) perbulan. Qx n = Jumlah penerimaan dari industri rumah tangga anyaman pandan (Rupiah) perbulan. Qy n = Jumlah penerimaan industri rumah tangga anyaman pandan dan usaha lain/ total pendapatan keluarga (Rp) perbulan. Dengan analisis ini maka diketahui besarnya kontribusi pendapatan dari industri anyaman pandan terhadap total pendapatan keluarga penganyam. Dengan membandingkan hasil analisis tersebut maka dapat diketahui kontribusi yang terbesar dan yang terkecil (Ardhiyansyah, 2005). Tingkat pendapatan pengrajin anyaman pandan sangat dipengaruhi oleh keadaan musim. Apabila cuaca buruk terus menerus maka daun pandan cepat rapuh dan

mudah patah, akibatnya produksi tikar menurun, namun penganyam akan melakukan usaha di luar menganyam tikar (usaha tambahan lain) yang dapat menambah penghasilan. Selain faktor diatas, pemanfaatan waktu kerja / produktifitas kerja sangat mempengaruhi tingkat pendapatan pengrajin. Produktifitas kerja yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kerajinan anyaman tikar sangat membantu perekonomian rumah tangga pengrajin. Sebaliknya, jika tingkat produktifitas kerja rendah, menunjukkan bahwa bekerja sebagai pengrajin anyaman tikar bukanlah untuk memenuhi kebutuhan/ pendapatan utama dalam keluarga (Fitriana, 2000). Penerimaan dari usaha anyaman pandan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : TR = Y. Py dimana, TR = total penerimaan Y = produksi yang diperoleh dari anyaman pandan Py = harga Y Pendapatan anyaman pandan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, jadi : Pd = TR TC Dimana, Pd TR TC : Pendapatan anyaman pandan (Rp) : total penerimaan (Rp) : total biaya (Rp) (Soekartawi, 1995)

Pendapatan bersih suatu usaha anyaman mengukur imbalan yang diperoleh keluarga penganyam dari penggunaan faktor-faktor produksi. Barangkali ukuran yang sangat berguna untuk menilai penampilan usaha anyaman pandan adalah penghasilan bersih anyaman pandan. Angka ini diperoleh dari pendapatan bersih anyaman pandan dengan mengurangkan biaya produksi. Ukuran ini menggambarkan penghasilan yang diperoleh dari anyaman pandan untuk keperluan keluarga dan merupakan imbalan terhadap semua sumberdaya milik keluarga yang dipakai di dalam usaha anyaman pandan (Soekartiwi, 1986). Dalam suatu usaha dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, dan biaya untuk pembelian input produksi (Daniel, 2002). Penyusutan merupakan bagian dari biaya yang harus dihitung untuk memperoleh pendapatan bersih dari suatu usaha. Dalam penelitian ini penyusustan yang diamati adalah peralatan menganyam, dan cara yang digunakan adalah dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method), yaitu pembagian nilai awal setelah dikurangi nilai akhir oleh waktu pemakaian (expected life) dengan formula sebagai berikut : D = HAw - HAk WP Dimana, D = Depresiasi HAw = Biaya awal untuk alat anyaman HAk = Nilai akhir alat anyaman WP = Umur ekonomis (Prawirokusumo, 1990).

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya orang yang berada dalam manajemen rumah tangga selain kepala keluarga. Hal ini akan berpengaruh terhadap pola produksi dan konsumsi petani serta mengakibatkan perbedaan produksi dan pendapatan (Sahara,dkk. 2004). Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumber daya manusia yang dimimiliki oleh petani, terutama yang berusia produktif dan ikut membantu dalam usahatani. Tanggungan keluarga juga dapat menjadi beban hidup bagi keluarga apabila tidak aktif bekerja (Syafrudin. 2003). Ada hubungan yang searah antara koefisien keengganan petani terhadap resiko dengan jumlah anggota keluarga. Keadaan demikian sangat beralasan, karena tuntutan kebutuhan uang tunai rumah tangga yang besar, sehingga petani harus hati-hati dalam bertindak khususnya berkaitan dengan cara-cara baru yang senantiasa berisiko tinggi. Kegagalan petani dalam menjalani usahanya akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusaha secara intensif dengan menerapkan teknologi baru sehingga akan meningkatkan pendapatan petani (Soekartawi, dkk. 1993). Pengalaman bertani akan membantu para petani dalam mengambil keputusan usahataninya. Semakin lama pengalaman yang dimiliki oleh petani maka petani tersebut akan cendrung memiliki tingkat keterampilan yang tinggi. Pengalaman bertani yang dimiliki oleh petani juga akan mendukung keberhasilan dalam usaha tani (Sumantri,dkk. 2004).

Orang perlu belajar untuk membuat perkiraan realistis mengenai pekerjaan apa saja yang dapat atau tidak dapat dikerjakan. Orang akan mempelajari dari pengalaman mengerjakan pekerjaan yang sama atau serupa pada masa lalu dan tafsiran mereka mengenai pengalaman tersebut. Belajar dengan cara mengamati pengalaman orang lain juga sangat penting karena merupakan cara yang jauh lebih baik untuk mengambil keputusan dari pada mengelola sendiri semua informasi yang ada (Ban dan Hawkins. 2003). Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam melakukan usahanya adalah terbatasnya sumber modal di pedesaan, terutama untuk pengadaan saprodi, termasuk upah tenaga kerja. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan menyediakan modal usaha di pedesaan sehingga perlu dikelola untuk menunjang pembentukan modal dan meningkatkan produksi serta pendapatan usahatani. (Prasetyo dkk. 2008). Selisih antara pendapatan kotor usaha anyaman dan pengeluaran total usaha anyaman disebut pendapatan bersih anyaman. Pendapatan bersih suatu usaha mengukur imbalan yang diperoleh keluarga penganyam dari penggunaan faktorfaktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diiventasikan kedalam usaha anyaman. Pendapatan kotor adalah nilai produk total usaha anyaman, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usaha anyaman adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga penganyam (Soekartawi dkk. 1984).

Pendapatan keluarga penganyam adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha di luar menganyam ditambah dengan pendapatan rumahtangga yang berasal dari menganyam. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki penganyam. Pendapatan yang rendah menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal (Soekartawi. 1993). Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Sedangkan koefisien korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara dua variabel, yakni nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat. Sebaliknya, nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai korelasi (r) positif menunjukan hubungan yang searah antara kedua variabel (jika X naik maka Y naik) dan nilai korelasi (r) negatif menunjukkan hubungan terbalik antara kedua variabel (jika X naik maka Y turun). Dan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (2007) dalam Priyatno. D (2008) adalah sebagai berikut : 0,00 0,199 = sangat rendah 0,20 0,399 = rendah 0,40 0,599 = sedang 0,60 0,799 = kuat 0,80 1,000 = sangat kuat (Priyatno. D. 2008).

Korelasi didefinisikan sebagai tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Dan hubungan antara dua variabel disebut korelasi sederhana. Positif atau negatifnya nilai koefisien korelasi merupakan tanda dari derajat keeratan antara kedua variabel. Nilai koefisien korelasi akan negatif apabila salah satu variabel memiliki hubungan yang bertolak belakang dengan variabel lainnya. Atau dengan kata lain apabilai nilai suatu variabel naik maka nilai variabel lainnya turun. Nilai koefisien korelasi akan positif jika hubungan kedua variabel searah atau dengan kata lain apabila nilai satu variabel naik maka variabel lainnya ikut naik, dan sebaliknya jika satu variabel turun nilainya maka variabel lainnya ikut menurun (Supriana, T. 2008). 2.3 Kerangka Pemikiran Sampel penganyam diambil dari 2 kelompok pembinaan anyaman pandan, masing-masing penganyam pandan memiliki pendapatan yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap rumah tangga memiliki lapangan usaha yang berbeda (pola matapencaharian) yaitu selain menganyam, penganyam memiliki pendapatan dari usaha lain dimana menganyam merupakan pekerjaan sampingan yang dilakukan para ibu rumah tangga. Sedangkan pendapatan dari usaha lainnya merupakan penghasilan utama atau penghasilan tambahan kepala keluarga. Perbedaan pendapatan juga tidak luput dari kendala-kendala yang dihadapi penganyam dalam menganyam pandan, apakah kendala pada bahan baku, pengolahan, pemasaran dan modal. Perbedaan pendapatan rumah tangga penganyam dapat diukur dengan menganalisis pendapatan dari menganyam dengan prinsip semua penerimaan dikurangi dengan semua biaya-biaya yang

dikeluarkan. Dengan menganalisis pendapatan rumah tangga penganyam maka akan diperoleh total pendapatan keluarga, dimana sebagian dari total pendapatan keluarga diperoleh dari sumbangan anyaman pandan. Adanya karakteristik sosial ekonomi seperti banyaknya jumlah anggota dalam keluarga, lamanya pengalaman menganyam dan besarnya modal, maka perlu dilakukan uji korelasi sederhana untuk melihat apakah karakteristik tersebut ada hubungannya dengan pendapatan anyaman.

Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut : Sampel Penganyam Kendala-kendala Dalam Menganyam Kelompok Karya Bakti Pola Matapencaharian Kelompok Ibu Berkarya Kendala-kendala Dalam Menganyam Jumlah Anggota Dalam Keluarga Pendapatan Dari Usaha Lain Pendapatan Dari Anyaman Pandan Pengalaman Menganyam Modal Total Pendapatan Keluarga Penganyam Kontribusi Anyaman Pandan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran : Menyatakan hubungan : Menyatakan mempengaruhi

2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : Rata-rata sumbangan dari pendapatan anyaman pandan < 30% terhadap total pendapatan keluarga. Ada hubungan yang kuat antara pendapatan dengan (jumlah anggota dalam keluarga, pengalaman menganyam dan modal).