BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRATEGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. AMP PLANTATION JORONG TAPIAN KANDIH NAGARI SALAREH AIA KECAMATAN PALEMBAYAN KABUPATEN AGAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan minyak kelapa sawit adalah Indonesia. Pabrik kelapa sawit

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kailan termasuk dalam Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta,

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan antara lain melalui peningkatan efisiensi proses produksi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Luas lahan, produksi dan produktivitas TBS kelapa sawit tahun Tahun Luas lahan (Juta Ha)

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Organik Pupuk Organik Cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

Robby Cahyanto/NPM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah cair dan limbah padat.

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERMASALAHAN TEKNIS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT

LAMPIRAN A METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pabrik Kelapa Sawit dan Pencemarannya Proses Pengolahan Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai bahan baku air minum, keperluan perikanan, industri, dan lain-lain)

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

TINJAUAN PUSTAKA. perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan

Oleh: Ridzky Nanda Seminar Tugas Akhir

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

LAPORAN AKHIR MODIFIKASI DIGESTER UNTUK PRODUKSI BIOGAS DARI AIR LIMBAH INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT SECARA BATCH

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Minyak Kelapa Sawit Industri minyak kelapa sawit (Gambar 2.1) merupakan salah satu industri strategis, karena berhubungan dengan sektor pertanian ( agro based industry) yang banyak berkembang di negara negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand (Departemen Perindustrian, 2007). Sumber : Pusat Informasi Kelapa Sawit, 2012 Gambar 2.1. Industri Kelapa Sawit Indonesia merupakan penghasil komoditas kelapa sawit terbesar di dunia, yakni sekitar 25 juta ton per-tahun, memiliki potensi industri kelapa sawit yang kian prospektif (Gambar 2). Hal ini tampak dari jumlah permintaan kelapa sawit yang terus meningkat seiring dengan peningkatan populasi penduduk di dunia. Menurut Ahmad Suryana, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, pemintaan domestik atas kelapa sawit dapat meningkat sekitar 2,2 persen per-tahun hanya dari sektor pangan (Walagri Jati Utama, 2012). 5

6 Sumber : BKPM ( IndonesiaInvestment Coordinating Board), 2013 Gambar 2.2 Potensi Komoditi Kelapa Sawit di Indonesia Peningkatan luas perkebunan kelapa sawit telah mendorong tumbuhnya industri-industri pengolahan, diantaranya pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang menghasilkan crude palm oil (CPO). PMKS merupakan industri yang sarat dengan residu pengolahan. PMKS hanya menghasilkan 25-30 % produk utama berupa 20-23 % CPO dan 5-7 % inti sawit (kernel). Sementara sisanya sebanyak 70-75 % adalah residu hasil pengolahan berupa limbah (William, 2011). Menurut DITJEN PPHP, departemen pertanian (2006), secara garis besar diagram alir dari proses pengolahan kelapa sawit adalah sebagai berikut: 1. Perebusan Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang lubang ( cage) dan langsung dimasukkan kedalam sterilizer yaitu bejana perbusan yang menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.2 3 kg/cm2. Perbusan ini dimasukan agar biji mudah lepas dari tandannya dan memudahkam cangkang dan inti dengan keluarnya air dari biji. 2. Perontokan buah dari tandan Pada tahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian ditampung dan dibawa oleh fit conveyor ke digester yang bertujuan untuk memisahkan brondolan dari tangkai tandan dan menghasilkan limbah tandan kosong.

7 3. Pengolahan minyak dari daging buah Pada tandan buah dilakukan pengadukan didalam digester menggunakan uap air yang temperaturnya dijaga 80 90 C. dan kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (screw press) agar minyak keluar dari biji dan fiber. Pada proses ini didapat minyak kasar yang disimpan didalam crude oil tank yang selanjutnya akan dimurnikan. Produk samping dari proses ini didapatkan cangkang/tempurung sawit, wet decanter solid. 4. Proses pemurnian minyak Minyak dari crude oil tank kemudian dialirkan ke dalam oil Purifer untuk memisahkan kotoran/solid yang mengandung banyak air. Selanjutnya dialirkanke vacuum drier untuk mmemisahkan air sampai pada batas standar. Kemudian melalui sarvo balance maka minyak sawit dipompakan ke dalam tanki timbun. 2.2. Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit. Limbah ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas (Kurniati, Elly 2008) a. Limbah Padat Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit dan cangkang kelapa sawit. Limbah padat mempunyai ciri khas pada komposisinya. b. Limbah Cair Limbah ini berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi dan dari hidrosilikon. Lumpur ( sludge) disebut juga lumpur primer yang berasal dari proses klarifikasi merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses pengolahan minyak kelapa sawit, sedangkan lumpur yang telah mengalami proses sedimentasi disebut lumpur sekunder. Kandungan bahan organik lumpur juga tinggi yaitu ph berkisar 3-5.

8 c. Limbah Gas Selain limbah padat dan cair, industri pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan limbah bahan gas. Limbah bahan gas ini antara lain gas cerobong dan uap air buangan pabrik kelapa sawit. Tabel 2.1. Jenis, Potensi, dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Jenis Potensi per ton TBS Manfaat (%) Tandan Kosong 23,0 Pupuk kompos, pulp kertas, papan partikel, energi Wet Decanter Solid 4,0 Pupuk, kompos, makanan ternak Cangkang 6,5 Arang, karbon aktif, papan partikel. Serabut (fiber) 13,0 Energi, pulp kertas, papan partikel. Air Limbah 50,0 Pupuk, air irigasi Air kondensat Sumber: Tim PT. SP (2000) Air umpan Boiler 2.3 Air Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit Pada proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, selain menghasilkan minyak sawit tetapi juga menghasilkan limbah cair, dimana air limbah tersebut berasal dari : Hasil kondensasi uap air pada unit pelumatan ( digester) dan unit pengempaan (pressure). Injeksi uap air pada unit pelumatan bertujuan mempermudah pengupasan daging buah, sedangkan injeksi uap bertujuan mempermudah pemerasan minyak. Hasil kondensasi uap air pada kedua unit tersebut dikeluarkan dari unit pengempaan. Kondensat dari depericarper, yaitu untuk memisahkan sisa minyak yang terikut bersama batok/cangkang. Hasil kondensasi uap air pada unit penampung biji/inti. Injeksi uap kedalam unit penampung biji bertujuan memisahkan sisa minyak dan mempermudah pemecahan batok maupun inti pada unit pemecah biji.

9 Kondensasi uap air yang berada pada unit penampung atau penyimpan inti. Penambahan air pada hydrocyclone yang bertujuan mempermudah pemisahan serat dari cangkang. Penambahan air panas dari saringan getar, yaitu untuk memisahkan sisa minyak dari ampas. Air limbah industri minyak kelapa sawit atau yang lebih dikenal dengan istilah Palm Oil Mill Effluent (POME) berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Air limbah industri minyak kelapa sawit mengandung bahan organik yang sangat tinggi, sehingga kadar bahan pencemaran akan semakin tinggi (Kardila, V, 2011). Air limbah industri minyak kelapa sawit mengandung bahan organik yang sangat tinggi yaitu BOD 25.500 mg/l, dan COD 48.000 mg/l sehingga kadar bahan pencemaran akan semakin tinggi. Oleh sebab itu untuk menurunkan kandungan kadar bahan pencemaran diperlukan degradasi bahan organik. Secara umum dampak yang ditimbulkan oleh air limbah industri kelapa sawit adalah tercemarnya badan air penerima yang umumnya sungai karena hampir setiap industri minyak kelapa sawit berlokasi didekat sungai. Air limbah industri kelapa sawit bila dibiarkan tanpa diolah lebih lanjut akan terbentuk ammonia, hal ini disebabkan bahan organik yang terkandung dalam limbah cair tersebut terurai dan membentuk ammonia. Terbentuk ammonia ini akan mempengaruhi kehidupan biota air dan dapat menimbulkan bau busuk. (Azwir, 2006) Air limbah dari pabrik minyak kelapa sawit ini umumnya bersuhu tinggi70-80 o C, berwarna kecoklatan, mengandung padatan terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan residu minyak dengan BOD (biological oxygen demand) dan COD (chemical oxygen demand) yang tinggi. Apabila air limbah ini langsung dibuang ke perairan dapat mencemari lingkungan. Jika limbah tersebut langsung dibuang ke perairan, maka sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengkonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang tajam dan dapat merusak ekosistem perairan. Sebelum air limbah ini dapat dibuang ke lingkungan terlebih dahulu harus diolah agar sesuai dengan baku mutu

10 limbah yang telah di tetapkan. Adapun baku mutu dan karakteristik dari limbah cair pabrik kelapa sawit terlihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit Parameter BODs COD TSS Minyak dan lemak Nitrogen total (sebagai N) Nikel(Ni) Kobal(Co) ph Debit limbah maksimum Kadar Maksimum (mg/l) 100 350 250 25 50,0 Bahan Pencemaran Maksimum (Kg/ton) 0,25 0,88 0,63 0,063 0,125 0,5 mg/l 0,6 mg/ L 6,0 9,0 2,5 m 3 per ton produk minyak sawit (CPO) (Sumber : Ngan, 2000) Tabel 2.3. Karakteristik Air Limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit. Parameter ph Minyak BOD COD Total Solid Suspended Solid Total Volatile Solid Total Nitrogen Sumber : (Ngan, 2000) Maksimal 4,7 4000 mg/l 25000 mg/l 50000 mg/l 40500 mg/l 18000 mg/l 34000 mg/l 450 mg/l Limbah cair kelapa sawit merupakan nutrien yang kaya akan senyawa organik dan karbon, dekomposisi dari senyawa-senyawa organik oleh bakteri anaerob dapat menghasilkan biogas (Deublein dan Steinhauster, 2008). Jika gasgas tersebut tidak dikelola dan dibiarkan lepas ke udara bebas maka dapat menjadi salah satu penyebab pemanasan global karena gas metan dan karbon dioksida yang dilepaskan adalah termasuk gas rumah kaca yang disebut-sebut sebagai sumber pemanasan global saat ini. Emisi gas metan 21 kali lebih berbahaya dari

11 CO2 dan metan merupakan salah satu penyumbang gas rumah kaca terbesar (Sumirat dan Solehudin, 2009). 2.4 Pengolahan Air Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit Teknik Pengolahan air limbah adalah pengolahan limbah pabrik yang belum memenuhi persyaratan baku mutu limbah sehingga air yang keluar dari pabrik diharapkan memenuhi persyaratan sebagai air bersih. Pengolahan air limbah industri minyak kelapa sawit yang lazim digunakan di industri industri kelapa sawit di Indonesia adalah dengan menggunakan sistem kolam. Penggunaan sistem ini bertujuan untuk menanggulangi masalah limbah cair padaunit pengolahan limbah cair, pengolahan limbah cair buangan pabrik kelapa sawityang menggunakan sistem kolam ( Ponding System) secara umum membutuhkanlahan yang cukup luas untuk proses tahapan sehingga dapat menghasilkan limbahcair akhir yang sesuai dengan nilai baku mutu air limbah yang direkomendasikan (Meilan, 2013). Berikut Skema teknik pengolahan air limbah dengan menggunakan sistem kolam yang secara umum dilaksanakan oleh Pabrik Kelapa Sawit:

12 a. FatPit Limbah dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dialirkan masuk kedalam fat pit. Kolam fat pit digunakan untuk menampung cairan cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari air kondensat dan stasiiun klarifikasi. Pada fat pit ini terjadi pemanasan dengan menggunakan steam dari BPV. Pemanasan ini diperlukan untuk memudahkan pemisahan minyak dengan sludge sebab pada fat pit ini masih dimungkinkan untuk melakukan pengutipan minyak dengan menggunakan skimmer. Limbah dari fat pit ini kemudian dialirkan ke kolam cooling pond yang berguna untuk mendinginkan limbah yang telah dipanaskan. Sumber: Wibisono (2013) Gambar 2.4. Fat Pit b. Cooling Pond Selain untuk mendinginkan limbah, cooling pond juga berfungsi untuk mengendapkan sludge. Setelah dari cooling pond I limbah kemudian masuk ke cooling pond II untuk dilakukan proses pendinginan yang sama dengan cooling pond I. Limbah dari cooling pond II kemudian dialirkan ke kolam anaerobic 1, 2, 3.

13 Sumber: Wibisono (2013) Gambar 2.5. Cooling Pond c. Kolam Anaerobic Pada kolam anaerobic ini terjadi perlakuan biologis terhadap limbah dengan menggunakan bakteri metagonik yang telah ada di kolam. Unsur organik yang terdapat dalam limbah cair digunakan bakteri sebagai makanan dalam proses mengubahnya menjadi bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Pada kolam anaerobic terjadi penurunan BOD dan kenaikan ph minimal 6. Ketebalan scum pada kolam anaerobic tidak boleh > 25 cm, jika ketebalannya telah melebihi 25 cm maka itu merupakan tanda bahwa bakteri sudah kurang berfungsi. Sumber: Wibisono (2013) Gambar 2.6. Kolam Aerobik

14 d. Maturity Pond Setelah dari kolam anaerobic, limbah masuk ke kolam maturity pond yang berfungsi untuk pematangan limbah (serta kenaikan ph dan penurunan BOD). Di maturity pond ini terdapat pompa yang berfungsi mensirkulasikan limbah kembali ke kolam anaerobic (ditunjukkan oleh garis putus-putus pada flow process). Kegunaan sirkulasi adalah untuk membantu menurunkan suhu dan menaikkan ph di kolam anaerobic 1, 2, 3. Sumber: Wibisono (2013) Gambar 2.7. Kolam Pematangan e. Kolam Aplikasi Setelah dari maturity pond limbah kemudian masuk ke kolam aplikasi yang merupakan tempat pembuangan akhir limbah. Limbah yang terdapat pada kolam aplikasi ini digunakan untuk pupuk tanaman kelapa sawit (land application). Sumber: Wibisono (2013) Gambar 2.8. Kolam Aplikasi

15 2.5 Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit sebagai Pupuk Alternatif Hasil penelitian Siregar dan Tony Liwang (2001), Ali Muzar (2006), dan Budianta (2007) menunjukkan bahwa aplikasi hasil olahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit secara nyata memberikan responsyang relatif sama baiknya dengan aplikasi pupuk anorganik terhadap status hara daun. Menurut Loebis dan Tobing (1989) limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit mengandung unsur hara yang tinggi seperti N (nitrogen), P (phospat), K (kalium), Mg (magnesium), dan Ca (kalsium), sehingga limbah cair tersebut berpeluang untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit, di samping memberikan kelembaban tanah, juga dapat meningkatkan sifat fisik kimia tanah, serta dapat meningkatkan status hara tanah. Keuntungan penggunaan limbah cair untuk pertanian dan perkebunan antara lain mencegah pencemaran sungai, memberikan unsur pupuk pada tanaman, dapat memperbaiki struktur tanah (soil conditioning), dan dapat dimanfaatkan untuk lahan yang cukup luas. 2.6 Analisa Air Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit 2.6.1 ph Menurut Ambarlina, Ika 2012, pada ph limbah cair kelapa sawit phnyabersifat asam berkisar 4,5 dan apabila tidak diolah lebih lanjut akanmengakibatkan pencemaran lingkungan. Menurut Ahmad, 2004, limbah cairpabrik kelapa sawit bersifat asam dengan ph 3,5-5. Menurut Adrianto, Ahmaddkk 2011, ph limbah cair minyak sawit pada PTPN V Sei. Pagar sebesar 5,6. Kadar ph limbah cair kelapa sawit dapat dilihat bahwa bersifat asamberkisar 3,5 5,6 sedangkan berdasarkan baku mutu limbah cair untuk industriminyak sawit yang bersumber dari keputusan menteri Negara lingkungan hidupnomor 51 tahun 1995, ph maksimum limbah cair kelapa sawit berkisar 6,0 9,0. Sehingga limbah cair kelapa sawit harus dilakukan pengolahan agar tidakmengakibatkan pencemaran lingkungan.

16 2.6.2 Chemical Oxygen Demand (COD) Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia dalamjumlah oksigen yang dibutuhkan agar bahan buangan yang ada dalam air dapatteroksidasi melalui reaksi kimia. (Wisnu dalam Ika, 2012) Menurut Ambarlina, Ika 2012, jumlah COD limbah cair kelapa sawit yang belum diolah sebesar 1910,4mg/l. Menurut Adrianto, Ahmad dkk 2011, COD limbah cair minyak sawit padaptpn V Sei. Pagar sebesar 60000 mg/l. Menurut Kasnawati 2011, dari hasilpenelitian awal pada limbah cair pabrik kelapa sawit diperoleh nilai COD 13344mg/l. Menurut Azwir 2006, limbah cair industri minyak kelapa sawit mengandungcod 48.000 mg/l. Kadar COD limbah cair kelapa sawit dapat dilihat mempunyai nilai yangberbeda-beda tergantung dari sumber minyak sawit dan bahan yang digunakandalam pembuatannya. Namun, berdasarkan baku mutu limbah cair untuk industriminyak sawit yang bersumber dari keputusan menteri Negara lingkungan hidupnomor 51 tahun 1995, kadar maksimum COD limbah cair kelapa sawit berkisar350 mg/l. Sehingga limbah cair harus dilakukan pengolahan agar tidakmengakibatkan pencemaran lingkungan. 2.6.3 Biological Oxygen Demand (BOD) Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untukmenguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut dansebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. (Rumidatul, Alfi 2006). Menurut Kasnawati 2011, dari hasil penelitian awal pada limbah cair pabrikkelapa sawit diperoleh nilai BOD 5540 mg/l. Menurut Azwir 2006, limbah cairindustri minyak kelapa sawit mengandung BOD 25.500 mg/l. Kadar BOD limbah cair kelapa sawit dapat dilihat mempunyai nilai yangberbeda-beda tergantung dari sumber minyak sawit dan bahan yang digunakandalam pembuatannya. Namun, berdasarkan baku mutu limbah cair untuk industriminyak sawit yang bersumber dari keputusan menteri Negara lingkungan hidupnomor 51 tahun 1995, kadar maksimum BOD limbah cair kelapa sawit berkisar250 mg/l. Sehingga limbah cair harus dilakukan pengolahan agar tidakmengakibatkan pencemaran lingkungan.

17 2.6.4 Total Suspended Solid (TSS) TSS adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada dalamlimbah setelah mengalami pengeringan. Penentuan zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui kekuatan pencemaran air limbah domestic, dan jugaberguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air. (BAPPEDA dalam Ika, 2012). Menurut Ambarlina, Ika 2012, jumlah TSS limbah cair kelapa sawit yangbelum diolah sebesar 259 mg/l. Menurut Kasnawati 2011, dari hasil penelitianawal pada limbah cair pabrik kelapa sawit diperoleh nilai TSS 10418 mg/l. Kadar TSS limbah cair kelapa sawit dapat dilihat mempunyai nilai yangberbeda-beda tergantung dari sumber minyak sawit dan bahan yang digunakandalam pembuatannya. Namun, berdasarkan baku mutu limbah cair untuk industriminyak sawit yang bersumber dari keputusan menteri Negara lingkungan hidupnomor 51 tahun 1995, kadar maksimum TSS limbah cair kelapa sawit berkisar250 mg/l. Sehingga limbah cair harus dilakukan pengolahan agar tidakmengakibatkan pencemaran lingkungan.