(Study Stirring Time)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

Info Artikel. Etik Isman Hayati *), Eko Budi Susatyo dan Wisnu Sunarto

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER)

PENGARUH KADAR AIR, DOSIS DAN LAMA PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN ALAMI BIJI KELOR

PRODUKSI KOAGULAN CAIR DARI LEMPUNG ALAM DAN APLIKASINYA DALAM PENGOLAHAN AIR GAMBUT: KALSINASI 700 o C/2 JAM

PENENTUAN DOSIS OPTIMUM KOAGULAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus Indica L) DALAM PENURUNAN TSS DAN COD LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DI KOTA MALANG

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI PAAL 4 KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

Dewi Agustina Wati J

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) SEBAGAI BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL

PENURUNAN BOD DAN COD LIMBAH INDUSTRI KERTAS DENGAN AIR LAUT SEBAGAI KOAGULAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Faqih

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL KULIT

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN...

KEEFEKTIFAN KOAGULAN BIJI ASAM JAWA (Tamaryndus indica) DALAM MENURUNKAN KADAR TOTAL SUSPENDED SOLID PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

Aries Kristanto et al., Pengaruh Ekstrak Kasar Tanin dari Daun Belimbing Wuluh... 54

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

Bab III Metodologi Penelitian

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SISA PEMBAKARAN BOILER UNTUK PENURUNAN KADAR AMONIA DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

PENYISIHAN COD LIMBAH CAIR PKS DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN DAN DOSIS KOAGULAN TEHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM LIMBAH PEYAMAKAN KULIT

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PERCETAKAN DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN TAWAS DAN FeCl 3 SERTA PENJERAPAN OLEH ZEOLIT RETNO SUDIARTI

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. sebenarnya (True Experiment Research). Menurut (Wiyono dan Burhanuddin,

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

APLIKASI KOAGULAN CAIR HASIL EKSTRAKSI 0,4 MOL H 2 SO 4 UNTUK PENGOLAHAN AIR GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

SOLID DAN COLOR VALUE AIR LIMBAH INDUSTRI MONOSODIUM GLUTAMAT

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN KOAGULAN CAIR HASIL EKSTRAKSI LEMPUNG ALAM DESA CENGAR MENGGUNAKAN LARUTAN H 2 SO 4

Oleh : Putri Paramita ( )

LAMPIRAN 1 METODOLOGI PENELITIAN

Yannie Isworo, SKM., M.Kes. STIKES Muhammadiyah Samarinda ABSTRAK

PENGARUH KADAR AIR, DOSIS, DAN LAMA PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU SKRIPSI

*

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

SKRINING POTENSI JENIS BIJI POLONG-POLONGAN (Famili Fabaceae) DAN BIJI LABU- LABUAN (Famili Cucurbitaceae) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI PENGGANTI TAWAS

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Lampiran 1. Prosedur Kerja Uji Kualitas Kimia dan Fisik Air Limbah Tahu 1. Uji BOD (Biological Oxygen Demand) yang diduga mengandung zat beracun.

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

r = pengulangan/replikasi 15 faktor nilai derajat kebebasan Penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI. KEEFEKTIFAN PENAMBAHAN KOAGULAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) UNTUK MENURUNKAN KADAR TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA LIMBAH CAIR TAHU

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

AKTIVITAS KOAGULASI EKSTRAK BIJI KELOR (Moringa oleifera L.) DALAM LARUTAN NaCl TERHADAP LIMBAH CAIR IPAL PT. SIER PIER PASURUAN

Transkripsi:

Jurnal Teknologi Pertanian, Vol 8 No.3 (Desember 2007) 215-220 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA ( (Tamarindus indica) ) SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES KOAGULASI LIMBAH CAIR TAHU (KAJIAN KONSENTRASI SERBUK BIJI ASAM JAWA DAN LAMA PENGADUKAN) Utilization of Tamarind (Tamarindus indica) Seed for Coagulation of Tofu Industry Wastewater (Study on Tamarind Seed Powder Concentration and Stirring Time) Irnia Nurika*, Aunur Rofiq Mulyarto, dan Kunty Afshari Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Bawijaya Jl. Veteran Malang *Penulis korespondensi, E-mail; niaprayogo@yahoo.com ABSTRACT The aim of this research was to evaluate the effectiveness of tamarind seed as a natural coagulant and stirring time in the quality improvement of waste water produced by tofu industries. The levels of tamarind seed flour added were 6 g/l, 10g/L and 14g/L, and the stirring time of 3 min and 5 min respectively. The experiment was carried out in triplicates and assessing the parameters of total soluble solids (TSS), BOD, dissolved oxygen (DO) and the ph. The results showed that the tamarind seed flour was able to reduce the level of parameters studied. The best treatment was obtained from the application of tamarind seed flour at a level of 14 g/l and 3 minutes stirring time. This combination was able to reduce 67.29% of the TSS level (from 425 mg/l to 139 mg/l) and 24.18% of the BOD5 value (from 71 mg/l to 53.83 mg/l) and to increase 53.85% of the DO value (from 1.8 mg/l to 3.90 mg/l) and ph value from 3.93 to 4.57. The BOD5 level of the treated water met the requirement of the quality standard of waste water for the tofu industry, except the TSS, DO and ph values. Keywords: coagulation, natural coagulant, tamarind seed PENDAHULUAN Limbah tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu. Limbah tersebut berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi limbah cair apabila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut (Nurhasan dan Pramudyanto, 1991). Oleh karena itu, limbah cair tahu sebelum dibuang ke lingkungan perlu diolah terlebih dahulu untuk mengurangi konsentrasi kandungan pencemar yang menyertai limbah tersebut. Teknik pengolahan limbah cair dibagi menjadi tiga metode yaitu pengolahan secara fisika, kimia dan biologi. Salah satu proses dalam pengolahan limbah cair secara kimia adalah koagulasi. Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid dalam limbah cair dengan menambahkan bahan kimia (koagulan). Koagulan ditambahkan untuk menetralkan keadaan atau mengurangi partikel kecil yang tercampur dalam limbah cair melalui pengendapan (Sugiharto, 1987). Koagulan yang biasa digunakan merupakan koagulan kimia, antara lain aluminium sulfat atau tawas, polyaluminium klorida, ferri klorida, ferri sulfat dan polymer kation. Meskipun koagulan kimia lebih efektif daripada koagulan alami, tetapi koagulan tersebut relatif mahal. Selain itu, penggunaan koagulan kimia pada akhir proses 215

Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica) sebagai Koagulan (Irnia Nurika, dkk) pengolahan menghasilkan endapan yang lebih sulit untuk menanganinya. Oleh karena itu, koagulan alami seperti biji (Tamarindus indica) merupakan alternatif sebagai pengganti koagulan kimia. Sutrisno (2001) telah melakukan penelitian biji asam terhadap air sungai. Hasil penelitian tersebut adalah biji asam mempunyai kemampuan mengumpulkan dan mempercepat proses pengendapan. Hal itu dikarenakan biji asam mampu mengikat partikel lumpur sungai sehingga cepat mengendap dan mengumpul. Berdasarkan uji coba yang dilakukan, kadar biji asam yang sesuai untuk penjernihan air sungai adalah 14 g/l. Selain itu, biji menjadi pilihan alternatif koagulan karena mudah didapatkan, murah dalam biaya dan ramah lingkungan. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Limbah cair tahu diperoleh dari air buangan proses pemasakan pabrik tahu di Jalan Telaga Warna, Malang. Biji asam Jawa (Tamarindus indica) yang digunakan dari buah asam matang yang telah dikeringkan selama satu hari dan berupa serbuk. Alat-alat yang digunakan adalah timbangan digital type GR 200, beaker glass, erlenmeyer 1000 ml, magnetic stirrer labino type L32, ayakan 60 mesh, blender, kertas saring, cawan Petri, oven Heraus D-63450 type T6, desikator, corong, botol Winkler, inkubator, labu takar, pipet, DO kit dan ph meter type C6842. Penentuan Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan dua faktor yaitu faktor A (konsentrasi ) dengan tiga level (6 g/l, 10 g/l, 14 g/l) dan faktor B (lama pengadukan) dengan dua level (3 dan 5 menit). Pada setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Pelaksanaan Penelitian a) Biji berasal dari buah asam Jawa yang matang (usia ± 5 bulan), kering dan berwarna coklat tua. Biji dikeringkan terlebih dahulu selama satu hari. Biji kering ditumbuk dengan alu, kemudian diayak dengan ayakan 60 mesh. Serbuk biji siap digunakan sebagai koagulan. b) Limbah cair tahu berasal dari air buangan proses pemasakan karena mempunyai nilai cemaran yang cukup tinggi. Limbah cair tahu sebanyak 1000 ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan dengan konsentrasi 6, 10 dan 14 g/l. Air limbah diaduk dengan magnetic stirrer kecepatan 100 rpm selama 3 dan 5 menit. Setelah pengadukan, limbah cair dibiarkan selama 60 menit. Pengukuran Parameter Pengukuran parameter dilakukan sebelum dan setelah proses koagulasi meliputi TSS, BOD 5, DO dan ph. Metode analisis TSS yang digunakan berdasar pada Sugiharto (1987) dan metode analisis BOD 5, DO dan ph menggunakan metode Alaerts dan Santika (1987). Analisis Hasil Pengamatan Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam untuk mengetahui ada tidaknya beda nyata. Jika ada beda nyata dilanjutkan Uji pada taraf nyata 5%. Pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel 2003 dan SPSS. Pemilihan Alternatif Terbaik a) Perlakuan terbaik diperoleh dari nilainilai parameter (TSS, BOD 5, DO dan ph) setiap perlakuan yang memenuhi baku mutu limbah cair tahu b) Apabila terdapat perlakuan yang nilai parameternya tidak memenuhi baku mutu, maka dilakukan pemilihan perlakuan terbaik dengan metode multiple attribute 216

Jurnal Teknologi Pertanian, Vol 8 No.3 (Desember 2007) 215-220 c) Perlakuan terbaik metode multiple attribute akan digunakan sebagai dasar perhitungan efektivitas koagulan d) Hasil perhitungan efektivitas tersebut akan dibandingkan dengan efektivitas koagulan lain dari penelitian-penelitian yang telah ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Limbah Cair Tahu (Sebelum Penelitian) Limbah cair tahu yang belum mengalami proses pengolahan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut dalam jumlah yang cukup tinggi. Selain itu zat tersuspensi yang ada dalam air dapat pula berupa bahan-bahan organik yang melayang-layang dalam air. Hal ini dapat mempengaruhi kandungan total padatan tersuspensi (TSS) limbah cair tersebut. Kandungan TSS awal limbah cair tahu sekitar 425 mg/l. Kandungan awal oksigen terlarut (DO) limbah cair tahu sangat rendah sekitar 1,8 mg/l. Tingkat keasaman (ph) awal juga relatif rendah (3,93). Nilai rendah tersebut karena pada saat proses penggumpalan menggunakan bahan pembantu berupa asam cuka (CH 3 COOH), batu tahu (CaSO 4 nh 2 O) atau larutan bibit tahu. Nilai Biologycal Oxygen Demand (BOD 5 ) awal limbah cair tahu sekitar 71 mg/l. Meskipun nilai BOD 5 telah memenuhi baku mutu limbah cair tahu tetapi dalam limbah tersebut masih mengandung bahan organik yang relatif tinggi. Karakteristik Serbuk Biji Asam Jawa Biji dapat dipergunakan sebagai koagulan pada proses koagulasi karena pertimbangan kandungan tannin dalam biji tersebut. Tannin adalah senyawa phenolic yang larut dalam air. Dengan berat molekul antara 500-3000 dapat mengendapkan protein dari larutan. Sebagian besar biji legume mengandung tannin terutama pada kulit bijinya. Warna kulit biji yang makin gelap menandakan kandungan tannin makin tinggi (Anonymous, 2007). Biji memiliki kandungan tannin sebesar 20,2% yang terdapat pada kulit biji dan kandungan pati dalam daging biji cukup besar sekitar 33,1% (Gunasena, 2000). Berdasarkan pengamatan Rao (2005) tannin yang dikandung dalam tanaman merupakan zat aktif yang menyebabkan proses koagulasi dan polimer alami seperti pati berfungsi sebagai flokulan. Karakteristik Limbah Cair Tahu Akhir a. TSS ( (Total Suspended Solid) Nilai TSS limbah cair tahu sebelum perlakuan menunjukkan jumlah yang tinggi yaitu 425 mg/l. Setelah limbah cair tahu mengalami perlakuan, rerata nilai TSS effluent limbah tersebut berkisar antara 139,00 299,67 mg/l. Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa interaksi antara faktor konsentrasi dan lama pengadukan berpengaruh tidak nyata (α=0,05) terhadap nilai TSS limbah cair tahu. Penambahan konsentrasi (6 g/l, 10 g/l dan 14 g/l) dan lama pengadukan (3 dan 5 menit) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap nilai TSS effluent limbah cair tahu. Rerata nilai TSS effluent limbah cair tahu pada berbagai penambahan konsentrasi dan lama pengadukan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata nilai TSS effluent limbah cair tahu pada perlakuan konsentrasi asam Jawa dan lama pengadukan Perlakuan Rerata Nilai TSS (mg/l) Lama Pengadukan (menit) 6 257,33 c 10 191,67 b 14 148,67 a 3 174,33 a 5 224,11 b 28,05 22,9 Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa semakin besar penambahan konsentrasi 217

Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica) sebagai Koagulan (Irnia Nurika, dkk) Tabel 2. Rerata nilai BOD 5 effluent limbah cair tahu pada perlakuan konsentrasi serbuk biji dan lama pengadukan Perlakuan Rerata Nilai BOD 5 (mg/l) 6 58,92 b 10 56,83 b 14 50,75 a 3,25 Lama 3 57,22 b Pengadukan 5 53,78 a 2,65 (menit) akan menyebabkan nilai TSS limbah cair tahu semakin menurun. Hal ini disebabkan biji asam mampu mengikat partikel-partikel sisa protein yang tidak menggumpal dan padatan tersuspensi dari tahu yang hancur pada saat proses menjadi cepat mengendap dan mengumpul. Pengaturan pengadukan selama 3 dan 5 menit juga dapat dilihat bahwa semakin lama pengadukan dilakukan pada proses koagulasi limbah cair tahu akan menyebabkan nilai TSS limbah cair tersebut semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh pengadukan yang terlalu lama pada waktu tertentu akan menimbulkan tingkat kejenuhan dalam proses koagulasi. b. BOD 5 (Biologycal Oxygen Demand) Nilai BOD 5 awal limbah cair tahu mempunyai jumlah yang relatif tinggi yaitu 71 mg/l. Setelah limbah cair tahu mengalami perlakuan, rerata nilai BOD 5 effluent limbah tersebut berkisar antara 47,67 60,83 mg/l. Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa interaksi antara faktor konsentrasi dan lama pengadukan berpengaruh tidak nyata (α = 0,05) terhadap nilai BOD 5 limbah cair tahu. Penambahan konsentrasi 6 g/l dan 10 g/l menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap nilai BOD 5 effluent limbah cair tahu, tetapi penambahan konsentrasi asam Jawa 10 g/l dan 14 g/l serta lama pengadukan (3 dan 5 menit) berpengaruh nyata. Rerata nilai BOD 5 effluent limbah cair tahu pada berbagai konsentrasi serbuk biji dan lama pengadukan dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa semakin besar penambahan konsentrasi akan menyebabkan nilai BOD 5 limbah cair tersebut semakin menurun. Hal ini disebabkan biji asam mampu mengikat bahan-bahan organik limbah cair tahu yang komponen terbesarnya berupa protein (N-total) menjadi cepat mengendap dan mengumpul. Pengaturan pengadukan selama 3 dan 5 menit juga dapat dilihat bahwa semakin lama pengadukan dilakukan pada proses koagulasi limbah cair tahu akan menyebabkan nilai BOD 5 limbah cair tersebut semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh pengadukan yang mempunyai kemampuan untuk mendapatkan penyebaran asam Jawa yang merata, meningkatkan kesempatan antar partikel bereaksi dan cair tersebut semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh yang mempunyai kemampuan mengikat bahan-bahan organik dalam limbah cair tahu menjadi cepat mengendap dan mengumpul menggabungkan partikel dengan bahan organik dalam air limbah. c. Oksigen TerlarutT Oksigen terlarut (DO) limbah cair tahu sebelum perlakuan menunjukkan jumlah yang sangat kecil yaitu 1,8 mg/l. Setelah limbah cair tahu mengalami perlakuan, rerata nilai DO effluent limbah tersebut berkisar antara 3,03 3,90 mg/l. Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa faktor konsentrasi asam Jawa dan lama pengadukan berpengaruh tidak nyata (α=5%) terhadap nilai DO limbah cair tahu. Penambahan konsentrasi (6 g/l, 10 g/l dan 14 g/l) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap nilai DO effluent limbah cair tahu. Rerata nilai DO effluent limbah cair tahu 218

Jurnal Teknologi Pertanian, Vol 8 No.3 (Desember 2007) 215-220 Tabel 3. Rerata nilai DO effluent limbah cair tahu pada perlakuan konsentrasi asam Jawa Perlakuan Rerata Nilai DO (mg/l) 6 3,083 a 10 3,450 b 14 3,850 c 0,357 pada berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi yang diberikan pada proses koagulasi limbah cair tahu akan menyebabkan nilai DO limbah makin tinggi. d. ph (Derajat Keasaman) Derajat keasaman (ph) awal limbah cair tahu sangat rendah (asam) yaitu 3,93. Pengukuran ph juga dilakukan terhadap, dimana ph koagulan tersebut diharapkan mampu meningkatkan nilai ph limbah cair tahu. Setelah limbah cair tahu mengalami perlakuan, rerata nilai ph effluent limbah berkisar antara 4,09 4,57. Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa faktor konsentrasi dan lama pengadukan berpengaruh tidak nyata (α = 0,05) terhadap nilai ph limbah cair tahu. Penambahan konsentrasi (6 g/l, 10 g/l dan 14 g/l) dan lama pengadukan (3 dan 5 menit) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap nilai ph effluent limbah cair tahu. Rerata nilai ph effluent limbah cair tahu pada berbagai konsentrasi dan lama pengadukan dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa semakin besar penambahan konsentrasi akan menyebabkan nilai ph limbah cair tersebut semakin meningkat. Hal ini disebabkan partikelpartikel mampu mengikat ion-ion H + dari asam asetat limbah cair tahu menjadi mengumpul dan cepat mengendap. Pengadukan selama 3 dan 5 menit juga dapat dilihat bahwa semakin lama pengadukan dilakukan pada proses koagulasi limbah cair tahu akan menyebabkan nilai ph limbah cair tersebut semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh pengadukan yang terlalu lama pada waktu tertentu akan menimbulkan tingkat kejenuhan dalam proses koagulasi. Tabel 4. Rerata nilai ph effluent limbah cair tahu pada perlakuan konsentrasi asam jawa dan lama pengadukan Perlakuan Rerata Nilai ph 6 4,120 a 10 4,253 b 14 4,485 c Kontrol 6,25 Lama Pengadukan (menit) 3 5 4,337 b 4,263 a 0,080 0,065 e. Pemilihan Perlakuan Terbaik Setelah melakukan proses koagulasi pada limbah cair tahu dengan perlakuan konsentrasi dan lama pengadukan diperoleh hasil penelitian bahwa selain parameter BOD 5, parameter TSS, DO, dan ph masih belum memenuhi standar baku mutu limbah cair untuk industri tahu. Selain itu tidak ada satu pun perlakuan yang memiliki nilai effluent lebih baik pada semua parameter apabila dibandingkan masing-masing perlakuan. Oleh karena itu, pemilihan perlakuan terbaik menggunakan metode multiple attribute. Berdasarkan perhitungan metode multiple attribute diperoleh hasil bahwa penambahan konsentrasi asam Jawa 14 g/l dan pengadukan selama 3 menit merupakan perlakuan terbaik. f. Kemampuan Penurunan TSS dan BOD 5 serta Peningkatan DO dan ph Analisis terhadap efektivitas parameter TSS dan BOD 5 limbah cair dapat diperoleh melalui perhitungan removal effectiveness, sedangkan parameter DO dan ph dapat diperoleh melalui 219

Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica) sebagai Koagulan (Irnia Nurika, dkk) perhitungan efektivitas peningkatan parameter tersebut. Perhitungan efektivitas parameter TSS, BOD 5, DO, dan ph dilakukan hanya pada perlakuan terbaik. Proses koagulasi limbah cair tahu kali ini diperoleh bahwa perlakuan A 3 B 1 memiliki removal effectiveness TSS 67,29% dan BOD 5 24,18% serta efektivitas peningkatan DO 53,85% dan ph 16,28%. Tabel 5. Efektivitas koagulan terhadap limbah cair tahu Removal effectiveness Efektivitas Peningkatan Koagulan TSS BOD 5 DO ph Serbuk kelor 12% (b/v) 83,1% 88,20% 63,55% 0,78% Kalium hidroksida 3 g/l Serbuk kelor 3 g/l 83,0% 42,31% 72,60% 47,65% Serbuk biji asam 14 g/l 67,2% 24,18% 53,85% 16,28% Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa setelah dilakukan perbandingan tingkat efektivitas antara koagulan kelor dan campuran kalsium hidroksida dan serbuk biji kelor pada proses koagulasi limbah cair tahu menunjukkan hasil koagulan asam jawa masih dibawah koagulan yang lain. Meski demikian Gintings (1995) menambahkan bahwa dengan metode primary treatment, dimana penggunaan koagulan merupakan salah satu prosesnya dapat mengurangi effluent TSS 20-50% dan BOD 5 20-30%, sehingga masih dapat dijadikan sebagai alternatif koagulan. Hal ini mengingat penggunaan koagulan kimia lebih sulit penanganannya, karena bahan kimia dalam jumlah yang cukup besar akan sulit diuraikan oleh mikroorganisme secara alami, sedangkan penggunaan sebagai koagulan alami memiliki sifat ramah lingkungan, murah dan mudah didapat. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi asam Jawa berpengaruh nyata terhadap nilai TSS, BOD 5, DO dan ph limbah cair tahu, pengaturan lama pengadukan berpengaruh nyata terhadap nilai TSS, BOD 5 dan ph limbah cair tahu, tetapi interaksi antara keduanya pada nilai TSS, BOD 5, DO dan ph berpengaruh tidak nyata. Perlakuan terbaik diperoleh pada konsentrasi 14 g/l dan pengadukan selama 3 menit. Hasil perlakuan terbaik tersebut mampu menurunkan TSS 67,29% dan BOD 5 24,18% serta meningkatkan DO 53,85% dan ph 16,28%. Nilai parameter yang memenuhi baku mutu limbah cair tahu adalah BOD 5, sedangkan TSS, DO dan ph masih belum memenuhi baku mutu. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2007. Tannin. http://www.- fapet.ipb.ac.id/pin/web/bab9_2.ht m-13k- Tanggal akses 3 April 2006. Gunasena, H. D. M., Hughes, A. 2000. Tamarind : Tamarindus indica. International Centre for Underutilised Crops. Southampton. Nurhasan dan Pramudyanto. 1991. Informasi Praktis Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah Tahu Tempe. http://www.iptek.net.id//pengolah an&sanitasiidx.php?doc=5b. Tanggal akses 1 Juni 2006. Rao, N. 2005. Use of Plant Material as Natural Coagulants for Treatment of Wastewater. http://www.visionreviewpoint.com/ article.asp?articleid=48 Tanggal akses 26 Maret 2006. Sutrisno. 2001. Menjernihkan Air Sungai Dengan Biji Asam. http://www.republika.co.id/koran_ detail.asp?id=50732&kat_id=105%k at_id1=151&kat_id2=-32k-. Tanggal akses 26 Februari 2006. 220