BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Uang adalah suatu alat pembayaran terhadap suatu barang dan/atau jasa,

dokumen-dokumen yang mirip
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam sektor ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Tujuan dari Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengeluarkan produk pemberian kredit untuk keperluan konsumtif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB III UPAYA HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM MAVRODI MONDIAL MONEYBOX (MMM)

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dari aktivitas yang dilakukan. Tetapi beberapa di antara resiko, bahaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan

BAB II PERJANJIAN DALAM SISTEM KEUANGAN MAVRODI MONDIAL MONEYBOX

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan setiap orang berhak untuk bekerja serta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan, UU Nomor 10 Tahun 1998, LN No. 182 Tahun 1998, TLN No. 3790, Psl. 1 angka 11.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Balakang. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, baik yang baru berdiri maupun yang sudah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. membuat masyarakat berlomba lomba untuk mendapatkan kehidupan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. berbasiskan internet yaitu pelaksanaan lelang melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. yang melekat pada konsep (build in concept) dengan berorientasi pada

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sektor hukum, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya. Sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia perbankan saat ini menyebabkan banyak bank bank mengeluarkan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya perkembangan aktivitas ekonomi. Masyarakat Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. secara tegas tercantum dalam penjelasan umum Undang-Undang Dasar

BAB III METODE PENELITIAN. yang merujuk pada cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN.. Di dalam kondisi perekonomian saat ini yang bertambah maju, maka akan

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor penentu dalam pelaksanaan pembangunan. pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat sebagai orang

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. (UUPT) modalnya terdiri dari sero-sero atau saham-saham.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. note. Sedangkan menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, telah membawa dampak positif terhadap kehidupan bangsa dan negara

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa tambahan modal kerja (money), mesin (machine), bahan baku (material),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, bahkan Dr. Muhammad Hatta, salah seorang Proklamator Republik

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Peranan notaris..., E. Paramitha Sapardan, FH UI, hlm. 1. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan menangkap setiap peluang untuk mendatangkan pendapatan. Pendapatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era global dimana segala aspek mulai berkembang pesat salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi dengan tujuan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan oleh bank ini membantu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat terhadap perbankan dan juga sebaliknya tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan suatu perikatan. Perikatan lahir dari sebuah perjanjian, tetapi ada juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan umum merupakan salah satu dari tujuan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: Tiap tiap warga Negara berhak atas. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Uang adalah suatu alat pembayaran terhadap suatu barang dan/atau jasa, sehingga dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang primer sampai dengan yang tersier, manusia sangat membutuhkan uang karena pada masa ini sistem barter memang jarang sekali dilakukan dalam suatu lingkungan masyarakat. Sadar akan pentingnya uang tersebut, banyak sekali pihak yang dengan niat baiknya mencoba untuk menjadi fasilitator dalam hal keuangan dengan maksud untuk mempermudah masyarakat dalam memperoleh maupun mengelola keuangan. Salah satu hasil dari karya tangan dan otak manusia diaplikasikan dalam suatu produk yang biasa disebut bank. Definisi bank menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan (selanjutnya disebut dengan UU Perbankan) adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sebagaimana disebutkan dalam definisi diatas, bank mempunyai kewajiban untuk menyalurkan dana masyarakat kepada yang membutuhkan dalam berbagai macam cara, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit. 1

2 Kredit sendiri juga mempunyai pengertian yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Oleh karena bank diwajibkan oleh undang-undang untuk menyalurkan dana masyarakat tersebut dalam bentuk kredit, dibuatlah sistem perkreditan yang dipercaya mampu mempermudah masyarakat dalam memperoleh dana ketika masyarakat membutuhkan dan sekaligus dapat menguntungkan bagi bank itu sendiri dalam rangka menghidupi operasional dari bank itu sendiri. Banyak cara yang dapat kita temui dalam sistem perkreditan bank di Indonesia terkait dengan perolehan keuntungan yang dapat diperoleh bank dari kredit. Salah satu unsur kredit dalam perbankan yang juga selalu melekat didalamnya yaitu bunga kredit. Hal tersebut tidaklah dilarang, justru sudah mendapat pengaturan mengenai legalitas dari pengenaan bunga dalam ketentuan Pasal 1765 Burgerlijk Wetboek (BW) yang berbunyi untuk peminjaman uang atau barang yang habis dalam pemakaian, diperbolehkan membuat syarat bahwa atas pinjaman itu akan dibayar bunga. Namun secara garis besar bunga kredit adalah dimana adanya ketetapan biaya sekian persen dari dana pokok pinjaman yang telah ditetapkan oleh undang-undang maupun oleh perjanjian kredit sebagai imbalan atau harga yang harus diberikan oleh peminjam yang menyepakati perjanjian

3 kredit kepada kreditor sebagai kompensasi yang patut diperoleh oleh bank tersebut 1. Dengan adanya sistem bunga kredit yang diterapkan oleh bank tersebut, sesungguhnya masyakarat tengah dihadapkan pada kondisi yang dilematis ; di satu sisi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan/atau untuk mengembangkan usaha atau mata pencariannya masyarakat sangat membutuhkan uang, di sisi lain bunga yang wajib dibayarkan oleh debitor setiap terminnya, sebagaimana diatur dalam klausula perjanjian kredit, sangatlah besar. Masyarakat sangat merasa keberatan atas kewajiban pembayaran bunga kredit tersebut. Selain bunga kredit yang dapat terus membengkak, banyak juga persyaratan kredit yang sulit untuk dipenuhi oleh debitor sehingga debitor urung untuk menggunakan jasa kredit. Kondisi seperti itu ternyata tidak hanya dapat ditemui di Indonesia, semua Negara di dunia mayoritas juga menerapkan sistem bunga dalam hal dana perkreditan bank. Sama halnya dengan di Indonesia, juga terjadi gejala yang sama yang dirasakan oleh debitor terhadap sistem perkreditan pada dunia perbankan. Oleh karena permasalahan tersebut terus menerus dialami dan meresahkan masyarakat, seorang Rusia bernama Sergey Mavrodi pun tak luput untuk mengamati kondisi perekonomian yang sedang dirasakan masyarakat kala itu. Ia menganggap bunga perkreditan pada bank tidak sesuai dengan kaidah kemanusiaan yang berlaku general di seluruh dunia. Hal tersebut karena 1 Pengertian Bunga dan Suku Bunga, http://www.referensimakalah.com/2013/02/pengertianbunga-dan-suku-bunga.html, diakses pada tanggal 5 Maret 2015.

4 anggapan bahwa perolehan keuntungan bank dari uang peminjamnya melalui sistem keuangan bank merepotkan bagi masyarakat. Maka Sergey kemudian berniat untuk meruntuhkan digdaya sistem keuangan global seperti sistem keuangan perbankan dengan cara membuat sistem keuangan baru yang dikenal dengan sebutan Mavrodi Mondial Moneybook atau Mavrodi Mondial Moneybox (MMM). MMM adalah suatu komunitas atau jaringan sosial dimana semua peserta atau anggota komunitas MMM diwajibkan untuk saling membantu peserta atau anggota lain tanpa dilakukan pengumpulan dana masyarakat dalam suatu sistem atau lembaga apapun. Setiap anggota diwajibkan memberikan bantuan dana kepada member MMM lain yang membutuhkan dalam setiap periode yang mereka inginkan sendiri sebagaimana yang mereka daftarkan di awal dalam sistem. Dengan melakukan bantuan tersebut, maka yang membantu anggota lain dijanjikan untuk diberi bunga sampai dengan 30% setiap bulannya dari nilai dana bantuan yang ia berikan. Dengan sistem keuangan seperti itu tentunya masyarakat tidak perlu memikirkan bagaimana beratnya membayar sejumlah bunga atas uang yang ia peroleh untuk memenuhi kebutuhannya. Keikutsertaan partisipan dalam sistem keuangan MMM juga dinilai sangat memudahkan. Calon partisipan hanya diwajibkan untuk sepakat mengikatkan dirinya dalam sistem keuangan MMM ini. Kemudian calon partisipan diwajibkan mengisi formulir yang telah disediakan oleh website resmi pengelola sistem keuangan MMM. Disana calon partisipan diwajibkan melengkapi data diri dan juga mengisi nominal uang yang ingin mereka

5 investasikan. Calon partisipan pun tidak perlu melakukan perjanjian tertulis dengan pihak pengelola MMM untuk mengikatkan diri. Kemudahankemudahan dan keuntungan-keuntungan itulah yang membuat partisipan sangat tertarik untuk ikut serta dalam sistem keuangan ini. Melihat hal tersebut yang tampak mata sepertinya menjanjikan, member MMM berkembang pesat di dunia. Pada awal tahun 2012 saja, sistem keuangan MMM ini telah mendapat tidak kurang dari 10 (sepuluh) juta depositor dari berbagai Negara termasuk di Negara Indonesia. Robertus Julyanto, seorang mantan karyawan bank yang telah dilikuidasi, adalah orang yang memulai masuknya MMM di Indonesia. Beliaulah yang membawa dan memperkenalkan sistem keuangan MMM di Indonesia melalui orang-orang yang ia rekrut. Dengan demikian Robertus sekaligus menjadi pemimpin tertinggi dalam jaringan MMM di Indonesia 2. Pada Oktober 2012, Robertus Julyanto bertemu dengan Leader MMM Ukraina bernama Stanislav Boyko, yang fasih berbahasa Inggris. Singkat kata, November 2012, Robertus mulai bergerak mencari orang yang mau bergabung dengan MMM. Pada 26 Januari 2013, MMM Indonesia mulai beroperasi dengan 50 partisipan. Menurut keterangan Robertus sendiri pada tanggal 28 Mei 2014 di Jakarta, saat ini jumlah partisipan MMM di bawah ajakan atau jaringan Robertus ada kurang lebih 685.000 akun 3. Berkat kegigihannya, Robertus dianggap sangat berjasa 2 Sejarah Berdirinya MMM, www.howmoneyindonesia.com, 10 Februari 2013, h.1, dikunjungi tanggal 12 Oktober 2014. 3 Tedy Gumilar, Agung Jatmiko, surtan PH Siahaan, Petrus Dabu, Hati-hati Skema Haram Asing Merambah Indonesia, Mobile.kontan.co.id, 06 Juni 2014, h.1, dikunjungi pada 12 Oktober 2014.

6 dalam sistem keuangan MMM di Indonesia dan menjadi top leader atau top manager atas para downline-nya. Seiring berjalannya waktu, keganjilan demi keganjilan mulai menyeruak di hadapan publik. Setelah ramai berita mengenai keuntungan dan manfaat mengikuti MMM diperbincangkan dimana mana, muncul pula berita miring mengenai MMM, mulai dari opini pakar ekonomi, pejabat institusi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai partisipan MMM sendiri pun memberikan tanggapan miring atas keikutsertaannya di sistem keuangan MMM. Banyak sekali partisipan MMM yang merasa telah ditipu oleh sistem keuangan tersebut karena tidak kunjung mendapatkan keuntungan sebanyak 30% seperti yang dijanjikan di awal dan bahkan ada uang member yang sudah mereka investasikan di operator ternyata tidak bisa ditarik kembali. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya 28 laporan dan 117 pertanyaan tentang MMM yang diajukan kepada OJK hingga tanggal 8 Agustus 2014 4. Hal tersebut jelas memantik reaksi keras dari masyarakat terutama dari partisipan peserta MMM itu sendiri. Mereka tentu ingin uang yang mereka setorkan ke dalam MMM tersebut kembali. Namun, di sisi lain mereka tidak tahu kemana mereka harus mendapat perlindungan hukum karena legalitas dari sistem keuangan MMM itu sendiri juga masih diragukan. Perjanjian keikutsertaan yang di awal telah disepakati patut diragukan keabsahannya. 4 OJK tegaskan bisnis MMM illegal, bisnis.liputan6.com, 13 Agustus 2014, h.1, dikunjungi pada tanggal 29 Oktober 2014.

7 Oleh karena adanya berbagai macam keunikan terkait dengan sistem keuangan MMM ini, menarik sekali untuk dikaji mengenai aspek-aspek hukum didalamnya. Oleh karena sistem keuangan MMM ini merupakan hal yang baru di Indonesia, maka sudah tentu ada hal-hal yang masih baru di Indonesia dan belum ada hukum yang mengatur. Di dalam prakteknya memang sistem keuangan MMM ini mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan sistem keuangan yang lain sehingga hal-hal baru perlu untuk dikaji, salah satunya dari aspek hukum. Dalam MMM ini, sepintas aspek hukum yang dapat dikaji antara lain adalah aspek perjanjiannya, hubungan hukum para pihak yang terlibat di dalam MMM, MMM dikaji dengan sudut pandang hukum perbankan, dan sebagainya terhadap adanya peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia. Namun, saat ini hanya akan dibahas mengenai perjanjian, skema hubungan hukum para pihak, dan upaya hukum yang dapat diajukan oleh partisipan MMM. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka penulisan skripsi ini akan didasarkan terhadap rumusan masalah, yaitu : 1. Apakah prosedur keikutsertaan partisipan dalam sistem keuangan MMM dapat dikategorikan sebagai sebuah perjanjian yang sah? 2. Apa upaya hukum yang dapat ditempuh oleh partisipan MMM jika uang yang telah disetorkan kepada operator MMM sebagai modal tidak dapat ditarik kembali?

8 3. Tujuan Penelitian Penulisan skripsi ini memiliki dua tujuan, yaitu : a. Untuk menganalisis keabsahan perjanjian yang timbul akibat adanya keikutsertaan partisipan dalam sistem keuangan MMM ini. b. Untuk menganalisis upaya hukum bagi partisipan MMM yang tidak dapat menerima kembali uangnya dalam sistem keuangan MMM. 4. Metode Penelitian a. Pendekatan Masalah Penelitian ini adalah penelitian hukum, dengan pendekatan undangundang (statute approach) dan pendekatan konseptual (Conceptual Approach). Pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani 5 sehingga penulis dapat mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antar satu peraturan perundang-undangan dengan peraturan perundang-undangan yang lain. Pendekatan konseptual (Conceptual Approach) dilakukan dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan demikian penulis akan menemukan 5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, h.93.

9 ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu hukum yang dihadapi 6. b. Sumber Bahan Hukum Bahan hukum Primer merupakan bahan hukum yang mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatancatatan resmi atau risalah dalam pembuatan undang-undang, dan putusanputusan hakim 7. Dalam hal ini, penulis menggunakan bahan hukum primer yaitu, Burgerlijk Wetboek (BW), Herzien Inlandsch Reglement (HIR), Kitab Undang undang Hukum Pidana (KUHP), Undang undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undangundang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan, Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, dan Himpunan Peraturan peraturan di bidang investasi dan keuangan di Indonesia Bahan hukum sekunder berupa buku buku atau karya karya ilmiah lain yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam tulisan ini. 6 Ibid, h.95. 7 Ibid, h.141.

10 Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum penunjang yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum dan/atau kamus bahasa. c. Prosedur Pengumpulan dan Analisa Setelah bahan hukum primer, sekunder maupun tertier dikumpulkan, lalu diinventarisir, kemudian dikelompok-kelompokkan sesuai dengan masalah yang diteliti. Analisis bahan hukum dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara menelaah sistematika perundang-undangan yang berlaku berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas serta menelaah dan memahami doktrin-doktrin, pandangan-pandangan yang berkembang mengenai isu hukum yang dibahas, sehingga akan diperoleh jawaban serta kesimpulan dari permasalahan yang dikemukakan yang dapat dipertanggungjawabkan. 5. Sistematika Penulisan Penulisan ini diawali dengan penulisan Bab I, yaitu bab pendahuluan yang berisikan tentang uraian secara umum dan gambaran singkat keseluruhan dari isi skripsi ini yang terdiri dari latar belakang dan rumusan masalahnya. Selain itu akan diuraikan juga tentang tujuan penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan yang dapat dijadkan dasar bagi pemahaman dan pembahasan dalam bab-bab selanjutnya. Dalam bab I ini terdiri dari 5 (lima) sub-bab, yaitu Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian yang meliputi Pendekatan Masalah, Sumber

11 Bahan Hukum, Prosedur Pengumpulan dan Analisa dan yang terakhir adalah Sistematika Penulisan. Berikutnya Bab II, yaitu bab perjanjian dalam sistem keuangan MMM yang merupakan pembahasan dari rumusan masalah dalam skripsi ini. Dalam bab ini akan dibagi menjadi 3 (tiga) sub-bab, yaitu yang pertama adalah Sistem Keuangan MMM, yang kedua adalah mengenai Hubungan Hukum Partisipan dalam Sistem Keuangan MMM dan yang ketiga akan membahas mengenai keabsahan perjanjian sistem keuangan MMM menurut sistem hukum di Indonesia. Berikutnya Bab III, yaitu bab Upaya Hukum yang merupakan pembahasan dari rumusan masalah kedua dalam skripsi ini. Dalam bab ini akan dibagi dalam 2 (dua) sub-bab, yaitu yang pertama adalah Macam-macam perlindungan hukum dan yang kedua adalah Upaya Hukum yang dapat diajukan oleh Partisipan MMM. Berikutnya Bab IV, yaitu bab Penutup yang merupakan akhir dari skripsi ini yang di dalamnya berisi mengenai kesimpulan yang menguraikan inti dari hasil pembahasan terhadap permasalahan yang dikemukakan. Selain itu, dalam bab penutup ini juga dikemukakan saran dari penulis yang dirasa perlu untuk menambah wawasan pembaca.