POSISI DOMINAN. Ditha Wiradiputra. Bahan Mengajar Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha Fakultas Hukum Universitas indonesia 2008



dokumen-dokumen yang mirip
Ethics in Market Competition. Mery Citra.S,SE.,MSi Business Ethics #7

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT [LN 1999/33, TLN 3817]

- dalam kemampuan keuangan - akses pada pasokan dan pasar - kemampuan menyesuaikan pasokan atau permintaan barang/jasa tertentu [psl 1 (4)]

KEGIATAN YANG DILARANG

Adapun...

DRAFT PEDOMAN PELAKSANAAN KETENTUAN PASAL 19 UNDANG-UNDANG NO 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Terobosan Peningkatan Kapasitas Nasional dalam Industri Hulu Migas ditinjau dari Perspektif Persaingan Usaha

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB IV PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA: TINJAUAN EKONOMI DAN HUKUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

HUKUM MONOPOLI & PERSAINGAN USAHA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN (ABUSE OF DOMINANT POSITION) DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PRA-NOTIFIKASI PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DRAFT Pedoman Pasal 25 Tentang Larangan Penyalahgunaan Posisi Dominan

DAFTAR ISI. Halaman Sampul... Lembar Pengesahan... Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Intisari... Abstract... BAB I PENDAHULUAN...

MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

Pengantar Hukum Persaingan Usaha. Oleh: Ditha Wiradiputra Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi 11 Juni 2007

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

I. PENDAHULUAN. dimana manusia cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak hal. Dari banyaknya

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

STUDI KELAYAKAN (Feasibility Study) Pengadaan Gudang Barang Pemerintah Kota Tarakan

BAB I LATAR BELAKANG

DRAFT DRAFT PEDOMAN PASAL 27 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM UU NO. 5/1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 1. Status dan Keanggotaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PEDOMAN PELAKSANAAN PASAL 27 (PEMILIKAN SAHAM) UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Perbuatan atau Kegiatan yang Dilarang Pasal 17 24

MATRIKS HARMONISASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencari keuntungan, Namun untuk mencegah terjadinya persaingan. tidak sehat dalam dunia penerbangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia.

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10712, A11112 TENTANG

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 22/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Analisis Kewenangan Pemberian Hukuman Denda Administratif

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 06/KPPU/PDPT/IV/2015 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERJANJIAN YANG DILARANG

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA

Perjanjian yang Dilarang

Materi 11 Ekonomi Mikro

MERGER PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

LARANGAN MERGER DALAM UNDANG-UNDANG ANTI MONOPOLI

BAB III ANALISIS PERJANJIAN YANG DILAKUKAN OLEH PT. BANK AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

LAPORAN AKHIR KERJASAMA. Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan Dan Pengembangan Masyarakat Universitas Airlangga (LP4M UA)

Struktur Pasar dan Conduct

ETIKA DAN HUKUM KEWIRAUSAHAAN oleh: Prof. DR. H. Yudha Bhakti A., SH., MH.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

DRAFT Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Pasal 19 Undang-Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

PRAKTIK JUAL RUGI (PREDATORY PRICING) PELAKU USAHA DALAM PERSPEKTIF PERSAINGAN USAHA

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 30/KPPU/PDPT/XI/2013 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11712 TENTANG

PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN DALAM KEPEMILIKAN SAHAM SILANG

V E R S I P U B L I K

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

Agenda. Pengantar Konsepdan definisi Jenis PerjanjianVertikal Tujuan Aspek KebijakanPublik

BAB III ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 08/KPPU-M/2012 TERKAIT UNSUR-UNSUR DUGAAN TERHADAP PELANGGARAN PASAL 29 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cara bagi pelaku usaha untuk dapat mengembangkan

PETUNJUK PELAKSANAAN PRA-NOTIFIKASI PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 STUDI KASUS MASYARAKAT PERS DAN PENYIARAN INDONESIA (MPPI) VS PT MEDIA NUSANTARA CITRA TBK (MNC)

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 07/KPPU/PDPT/III/2014 TENTANG SALINAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang

pada persepsi konsumen.

BAB 4 PENUTUP. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG

BAB SUMBER HUKUM PENGATURAN TENTANG SAHAM Sumber Hukum Lain Yang Terkait Dengan Saham

PEDOMAN PELAKSANAAN PASAL 17 (MONOPOLI) UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A12411 TENTANG

VERSI PUBLIK Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia I. LATAR BELAKANG

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 20/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

KPPU DAN TATA CARA PENANGANAN PERKARA PROF DR JAMAL WIWOHO, SH, MHUM

BAB I PENDAHULUAN. di luar perusahaan, antara lain melalui Penggabungan (merger), Pengambilalihan

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel Indonesia, merupakan industri yang strategis bagi

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 9/KPPU/PDPT/IV/2013 TENTANG

Transkripsi:

POSISI DOMINAN Ditha Wiradiputra Bahan Mengajar Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha Fakultas Hukum Universitas indonesia 2008

Dominant Firm Dominant Firm (DF) adalah suatu perusahaan yg berprilaku seperti monopoli (yaitu sebagai price setter) namun tidak memiliki market power sebesar perusahaan monopoli DF dapat melakukan perbuatan secara independent terlepas dari pengaruh produser atau distributor lain DF memiliki pesaing, sehingga tidak dapat secara mudah menaikan harga setinggi perusahaan monopoli Sumber DF dapat disebabkan oleh: - Mengakuisisi kompetitor - Mengakuisisi suplier atau distributor - Melakukan exclusive contract (vertical dan horizontal restraint) - Skala produksi dan distribusi - Effisiensi biaya - Inovasi ditha.wiradiputra@ui.edu 2

Dominant Firm 1. Tidak melanggar hukum sepanjang tidak meng-abuse posisi dominan yg dimiliki 2. Dominant firm itu selalu lebih dari satu perusahaan 3. perbedaan antara dominan firm dgn monopolistik ditha.wiradiputra@ui.edu 3

Pengaturan Competition Law terhadap Penyalahgunaan Posisi Dominan Menentukan pasar bersangkutan (relevan market) Pasar bersangkutan adalah Pasar yg berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa tersebut (Pasal 1 angka 10 UU No.5/1999) a. Product Market b. Geographic Market Menentukan Kedudukan Posisi Dominan tersebut dilakukan oleh satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha Menentukan secara spesifik dari perilaku pelaku usaha yang diduga melanggar UU ditha.wiradiputra@ui.edu 4

Menentukan Product market Dapat dilakukan melalui: 1. Identifikasi semua produk pengganti (untuk tujuan penggunaan yang sama, 2. Apakah produk perusahaan bersaing dengan produk lain (cross price elasticity), 3. Apakah produk tersebut membatasi perusahaan menaikan harga ditha.wiradiputra@ui.edu 5

Bentuk Penyalahgunaan Posisi Dominan Exploitative abuses Charging excessively high price Discriminating Paying low prices to suppliers Exclusionary abuses Refusing to deal with competitor Raising competitors cost Predatory prices ditha.wiradiputra@ui.edu 6

Bentuk2 Penyalahgunaan Posisi Dominan Excessive prices Price discrimination Tie-ins Refusal to deal Predatory pricing Raising Rivals Costs Vertical Restraints Exclusive territories Exclusive dealing Resale price maintenance ditha.wiradiputra@ui.edu 7

Posisi Dominan (UU No.5/1999) 1. Penyalahgunaan Posisi Dominan (Pasal 25 UU No.5/1999) 2. Jabatan Rangkap (Pasal 26 UU No.5/1999) 3. Pemilikan Saham (Pasal 27 UU No.5/1999) 4. Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan (Pasal 28 dan Pasal 29 UU No.5/1999) ditha.wiradiputra@ui.edu 8

Pengaturan Posisi Dominan dalam UU No.5/1999 Posisi dominan adalah keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu (Pasal 1 angka (4) UU No.5/1999) ditha.wiradiputra@ui.edu 9

1. Penyalahgunaan Posisi Dominan Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung untuk: 1. menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan/atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan/atau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun dari segi kualitas; atau 2.membatasi pasar dan pengembangan teknologi; atau 3.menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki pasar bersangkutan. {Pasal 25 ayat (1) UU No.5/1999} ditha.wiradiputra@ui.edu 10

1. Penyalahgunaan Posisi Dominan Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud ayat (1) apabila: (a) satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50% (lima puluh persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu; atau (b) dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75% (tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu {Pasal 25 ayat (2) UU No.5/1999} ditha.wiradiputra@ui.edu 11

1. Penyalahgunaan Posisi Dominan Posisi dominan yang dimiliki oleh pelaku usaha bukanlah sesuatu yang dilarang Posisi dominan dilarang jika pelaku usaha menggunakan posisi dominannya untuk mengeksploitasi konsumen atau pelaku usaha lain atau berusaha untuk menyingkirkan dan menghalangi pelaku usaha lain untuk masuk ke dalam pasar ditha.wiradiputra@ui.edu 12

1. Penyalahgunaan Posisi Dominan Bahan diskusi: Untuk saat ini sebagian besar (mungkin hingga 75%) bioskopbioskop yang ada di wilayah Jakarta dan beberapa kota lainnya di Indonesia dikuasai oleh Grup 21 (Cineplex 21), di dalam lingkungan bioskop Grup 21 terdapat Cafe/kantin yang disediakan oleh Grup 21 bagi para pengunjung yang ingin menonton film di bioskop tersebut, tetapi di dalam pintu masuk Bioskop Grup 21 terdapat pengumuman yang melarang bagi calon penonton bioskop untuk membawa makanan dari luar kecuali makanan yang dibeli di Cafe/kantin yang disediakan oleh Grup 21. pertanyaannya apakah perbuatan dari Grup 21 diperbolehkan oleh UU No.5/1999? ditha.wiradiputra@ui.edu 13

2. Jabatan Rangkap Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu perusahaan pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan lain apabila perusahaan-perusahaan tersebut: a. berada dalam pasar bersangkutan yang sama; atau b. memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan/atau jenis usaha; atau c. secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan/atau jasa tertentu, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. (Pasal 26 UU No.5/1999) ditha.wiradiputra@ui.edu 14

2. Jabatan Rangkap Dengan memiliki kedudukan sebagai direksi atau komisaris dibeberapa perusahaan tersebut maka orang tersebut dapat mengkoordinasikan kegiatan usaha dari perusahaan-perusahaan dimana orang tersebut menjabat Berkurangnya atau hilangnya persaingan di antara perusahaan dimana orang tersebut menjabat ditha.wiradiputra@ui.edu 15

3. Pemilikan Saham pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang sama atau mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan : a. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu: b. dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu (Pasal 27 UU No.5/1999) ditha.wiradiputra@ui.edu 16

3. Pemilikan Saham Dengan memiliki saham secara mayoritas dibeberapa perusahaan sejenis yang bergerak pada pasar bersangkutan yang sama maka pelaku usaha tersebut dapat mengkoordinasikan kegiatan usaha dari perusahaan-perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh pelaku usaha Berkurangnya atau hilangnya persaingan di antara perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh pelaku usaha tersebut ditha.wiradiputra@ui.edu 17

4. Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. {Pasal 28 ayat (1) UU No.5/1999} Pelaku usaha dilarang melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain apabila tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat {Pasal 28 ayat (2) UU No.5/1999} Ketentuan lebih lanjut mengenai penggabungan atau peleburan badan usaha yang dilarang sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ketentuan mengenai pengambilalihan saham perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah {Pasal 28 ayat (3) UU No.5/1999) ditha.wiradiputra@ui.edu 18

4. Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Penggabungan atau peleburan badan usaha atau pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 yang berakibat nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada Komisi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penggabungan, peleburan atau pengambilalihan tersebut.{pasal 29 ayat (1) UU No.5/1999} Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau nilai penjualan serta tata cara pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah. {Pasal 29 ayat (2) UU No.5/1999} ditha.wiradiputra@ui.edu 19

Bahan diskusi ditha.wiradiputra@ui.edu 20

Bahan diskusi ditha.wiradiputra@ui.edu 21

Elemen-elemen struktur pasar Market share: porsi penguasaan pasar yang dicerminkan oleh relatif nilai jual produk dari perusahaan terhadap keseluruhan nilai jual di pasar bersangkutan; Concentration ratio: total market share dari beberapa (biasanya empat) perusahaan besar di pasar bersangkutan; Condition of entry: kondisi yang mencerminkan ada tidaknya hambatan masuk bagi pesaing; ditha.wiradiputra@ui.edu 22

Rasio Konsentrasi Pangsa penjualan sejumlah pelaku utama (biasanya 4) di pasar bersangkutan. misalnya, pada insdustri X terdapat perusahaan A, B, C, dan D dengan pangsa masing-masing 40%, 30%, 20% dan 5%, maka CR4 (Concentration Ratio 4 = 95%) ditha.wiradiputra@ui.edu 23

Herfindahl-Hirscman Index (HHI) Jumlah total kuadrat pangsa pasar perusahaanperusahaan yang ada di dalam suatu industri. misal. Jika industri A memiliki 3 perusahaan yang masing-masing mengasai 50%, 30%, dan 20%, maka HHI industri A = 3800; HHI dipakai untuk mengukur distribusi penguasaan pasar di dalam industri; ditha.wiradiputra@ui.edu 24