BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan proses pengolahan informasi visual dan. informasi nonvisual. Informasi visual merupakan informasi grafis yang

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bidang pendidikan memegang peran penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan proses interaksi mengajar yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN.. ABSTRAK... KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR BAGAN xvi. DAFTAR LAMPIRAN..

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATERI HIMPUNAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. materi, metode dan evaluasi (Rusman, 2011:1). Keempat komponen pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. lulusan dalam bidang matematika. Melalui pembelajaran matematika, siswa

BAB I PENDAHULUAN. gagasan. Menurut Beni S. Ambarjaya ( 2012: 122 ), selama ini proses. untuk dapat dipahami dan dikuasai secara lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengajarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk membudayakan manusia. Dengan demikian urusan pertama

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak dapat berjalan baik, tanpa adanya kerja sama dengan berbagai

PENINGKATAN ANTUSIASME SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PARTICIPATORY LEARNING PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Belajar telah dijadikan alat hidup dan wajib belajar selama

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TIMBAL-BALIK BERBASIS MEDIA TAYANGAN VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS EKSPLANASI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang dapat bersaing secara nasional dan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dicapai siswa dapat memenuhi kriteria pencapaian tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. penting upaya peningkatan mutu pendidikan matematika secara keseluruhan.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci

BAB I PENDAHULUAN. satu kompetensi dasar membaca yang tercantum adalah menemukan gagasan

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga merupakan

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

Widiya Pakartining Kawedar *), Dr. Abdul Qohar, M.T **), Universitas Negeri Malang. Kata Kunci: model pembelajaran Reciprocal Teaching, hasil belajar.

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiasi praktek pembelajaran di kelas. Pada umumnya guru

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-struktur

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dalam bentuk tulisan. Sejalan dengan pendapat Parera menulis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang telah dilakukan pada setiap siklus, mulai dari siklus I sampai siklus III pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) tahun 2006 lalu, pendidik tidak bisa lagi menggunakan paradigma lama

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mutu prestasi akan menjadi rendah. Dalam motivasi belajar terdapat

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah dan membuka peluang pekerjaan. memiliki kekuatan pada struktur dan penalarannya. Salah satu karakteristik

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia lewat pelatihan dan pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia pendidikan, pengajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF METODE LIGHTENING THE LEARNING CLIMATE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

YUNICA ANGGRAENI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) DENGAN PENDEKATAN UMPAN BALIK

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE SPONTANEOUS GROUP DISCUSSION (PTK pada Kelas VII C SMP Negeri 1 Karanganyar Tahun 2012 / 2013)

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antar siswa, siswa dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya siswa menghadapi masalah dalam menggunakan bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan suatu landasan dan kerangka perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Membaca merupakan proses pengolahan informasi visual dan informasi nonvisual. Informasi visual merupakan informasi grafis yang diperoleh melalui indera penglihatan, dan informasi nonvisual adalah informasi yang sudah ada dalam konsep berpikir para pembacanya. Dengan kata lain, membaca merupakan suatu proses interaksi antara latar belakang pengetahuan pembaca dan informasi leksikal serta gramatikal yang ada dalam simbol-simbol tertulis. Membaca bukan hanya proses memandang lambang-lambang tertulis, melainkan juga merupakan proses pencarian makna yang merupakan hasil interaksi antara bahasa tulis dan pikiran pembaca. Membaca merupakan proses komunikasi interaktif yang meliputi latar belakang pengalaman, bahasa, dan organisasi gagasan. Membaca merupakan suatu kegiatan yang melibatkan pembaca, penulis, dan informasi yang tertuang dalam bentuk bahasa tulis. Membaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang wajib dimiliki oleh setiap siswa, di samping menulis dan berhitung. Membaca bagi para siswa merupakan sarana utama untuk memudahkan mereka menyerap informasi. Kemampuan menyerap informasi sangat diperlukan

2 para siswa untuk mencapai prestasi belajar yang dicita-citakan. Kegiatan membaca harus dijadikan sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan dan menggairahkan agar timbul minat yang tinggi untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Hal ini didasari oleh kenyataan yang ada dewasa ini, yaitu bahwa kegiatan membaca masih merupakan suatu kegiatan yang kurang diminati para siswa. Kegiatan membaca terlaksana hanya karena terpaksa untuk menyelesaikan tugas-tugas, bukan suatu kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan atau kebutuhan. Karena keterpaksaan itulah maka hasil dari kegiatan membaca masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Kemampuan membaca para siswa masih berada pada tingkatan yang rendah. Pernyataan-pernyataan miring tentang daya baca siswa di berbagai tingkatan sekolah banyak kita dengar. Berdasarkan hasil penelitian, Lembaga Penelitian Internasional menempatkan kemampuan membaca anak-anak di Indonesia pada peringkat ke-26 dari 28 negara yang diteliti (Republika dalam Hoerudin, 2002:4). Penelitian yang dilakukan Haryanto pada tahun 1999 (dalam Hoerudin, 2002:5) terhadap 113 siswa menunjukkan bahwa 83,2% kemampuan membaca ilmiah siswa masih rendah, 16,8% termasuk kategori sedang, dan tidak ditemukan siswa yang mempunyai kemampuan membaca ilmiah yang tinggi. Ditemukan pula dalam penelitian tersebut bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan membaca ilmiah dengan prestasi belajar.

3 Kekurangmampuan siswa dalam kegiatan membaca salah satunya dilatarbelakangi juga oleh kurangnya kesempatan yang diberikan guru kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Proses belajar mengajar masih dikelola secara monoton dan konvensional. Proses belajar mengajar yang terjadi saat ini di sekolah-sekolah tetaplah marupakan pola tradisional, yaitu guru menerangkan, siswa mendengarkan dan mencatat, lalu latihan soal. Kondisi semacam ini tentunya kurang kondusif dalam mengembangkan kemampuan membaca siswa. Akibatnya, pendidikan tak jarang menghasilkan lulusan yang kurang berani bertanya, kurang kritis, dan kurang kreatif. Guru seharusnya bertindak sebagai fasilitator, dinamisator, dan organisator proses belajar mengajar. Apabila hal ini dijalankan dengan baik diharapkan kemampuan membaca para siswa dan hasil pendidikan kita akan meningkat secara signifikan. Proses belajar mengajar harus lebih banyak melibatkan siswa dan mengaktifkan siswa karena siswa akan lebih mudah membangun pemahaman apabila diberi kesempatan untuk aktif berinteraksi mengkomunikasikan gagasannya dengan siswa lain atau guru. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. Hal ini berlaku untuk semua pembelajaran termasuk pembelajaran membaca. Bagi para siswa kemampuan memahami bacaan turut menentukan pencapaian pembelajaran yang lebih memuaskan. Kemampuan bergelut

4 dengan buku dan kemampuan memahami teks-teks bacaan merupakan salah satu modal dasar bagi para siswa untuk mengembangkan potensi dirinya. Guru sebagai personal pendidikan pun dituntut agar mampu meningkatkan kemampuan tersebut. Salah satu usaha guru adalah mencari cara atau model yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca siswanya. Banyak model pembelajaran yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan membaca pemahaman. Akan tetapi, pada kesempatan ini penulis ingin mencoba meneliti tentang model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) dalam pembelajaran membaca untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Alasan pemilihan model ini karena model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) merupakan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, melakukan analisis terhadap konsep yang dibacanya, membuat pertanyaan-pertanyaan, membuat ikhtisar, memprediksi bahasan selanjutnya, dan mendiskusikan hal-hal yang kurang dipahami. Model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) diprediksi dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman para siswa. Nur dan Wikandari (1999:12) mengatakan bahwa pendekatan ini terutama dirancang untuk membantu siswa yang rendah hasil belajarnya dalam belajar membaca pemahaman.

5 Pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) memberikan kesempatan kepada para siswa untuk terbiasa menganalisis permasalahan yang ada dalam bacaan, mampu memprediksi, mampu menjelaskan isi bacaan, bertanya jawab, juga mampu merangkum hal-hal yang penting dari bacaan. Dengan prosedur pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) seperti itu siswa dituntut untuk berkonsentrasi penuh pada bacaan dan berusaha untuk memahami isi bacaan secara keseluruhan. Dengan demikian, model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman para siswa. 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian Identifikasi masalah perlu dikemukakan agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai fokus penelitian. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1) Rendahnya kemampuan membaca siswa. Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan membaca para siswa, yaitu kemampuan siswa dalam memahami isi sebuah wacana secara keseluruhan. Hal ini diketahui berdasarkan hasil observasi pendahuluan dan wawancara. Mereka mengakui mengalami kesulitan dalam memahami bacaan secara sekaligus, sehingga ketika mereka berusaha untuk menemukan ide pokok paragrap, tema bacaan, apalagi memahami bacaan secara keseluruhan,

6 maka proses membacanya harus dilakukan berulang-ulang. Pada saat proses pembelajaran membaca, pada umumnya para siswa terlihat malas melakukan kegiatan membaca, mereka mengikuti pembelajaran membaca secara terpaksa, malas, dan tidak antusias. Padahal, pencapaian kemampuan membaca ini sangat penting, karena kemampuan membaca siswa pada akhirnya diharapkan dapat menunjang tercapainya prestasi belajar siswa yang lebih baik. Untuk mencapai kemampuan membaca ini tentulah bukan suatu hal yang mudah. Oleh karena itu, harus dicari solusinya. Salah satu solusi yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca para siswa adalah dengan mencari strategi dan model pembelajaran yang tepat. 2) Penerapan model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) Berdasarkan hasil observasi pendahuluan dan wawancara pula, diketahui bahwa proses pembelajaran membaca yang digunakan guru selama ini monoton, yaitu dengan cara menyuruh para siswa membaca bacaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya yang sudah tersedia pada buku pelajaran. Strategi dan teknik yang digunakan tidak membuat siswa aktif dan berfikir kritis, sehingga untuk memahami bacaan para siswa merasa kesulitan. Untuk memecahkan permasalahan yang berkenaan dengan strategi proses pembelajaran membaca itu, penulis akan mencoba menerapkan sebuah model yang disebut model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching), yaitu suatu kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa meliputi empat buah strategi yaitu:

7 memprediksi, menjelaskan, membuat pertanyaan/jawaban, dan meringkas. Alasan pemilihan model ini karena model pengajaran timbalbalik (reciprocal teaching) adalah sebuah model yang dirancang untuk membantu siswa yang rendah hasil belajarnya dalam belajar membaca pemahaman. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitiannya sebagai berikut. 1) Apakah penggunaan model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) efektif bagi peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kota Tasikmalaya? 2) Apakah model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) dapat meningkatkan keaktifan dan konsentrasi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kota Tasikmalaya? 3) Bagaimanakah langkah-langkah proses pembelajaran membaca dengan menggunakan model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) yang diterapkan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kota Tasikmalaya?

8 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini maka tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut. 1) Mengukur keefektifan penggunaan model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) dalam pembelajaran membaca bagi peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kota Tasikmalaya. 2) Memperoleh gambaran tentang peningkatan keaktifan dan konsentrasi para siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kota Tasikmalaya dengan menggunakan model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching). 3) Memperoleh gambaran tentang langkah-langkah proses pembelajaran membaca dengan menggunakan model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching). 1.5 Definisi Operasional Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan. 1) Model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) dalam pembelajaran membaca adalah suatu pendekatan konstruktivis yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi-strategi yang dapat membantu memahami bacaan dengan baik. Pendekatan ini terutama dirancang untuk membantu siswa yang rendah hasil

9 belajarnya dalam belajar membaca pemahaman. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) berlangsung dalam wujud sebuah dialog antara guru dan para siswa mengenai bagian-bagian suatu teks. Ada empat strategi yang dapat digunakan dalam model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching), yaitu: memprediksi, membuat pertanyaan atau jawaban, menjelaskan, dan meringkas. 2) Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. 1.6 Manfaat Hasil Penelitian Dengan tercapainya tujuan, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1) memberikan masukan dalam menyusun dan mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia terutama pembelajaran membaca dengan menggunakan model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching); 2) memberikan masukan dalam memilih model yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa yaitu dengan menggunakan model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching).

10 1.7 Anggapan Dasar dan Hipotesis 1.7.1 Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1) Model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) terutama dirancang untuk membantu siswa yang rendah hasil belajarnya dalam belajar membaca pemahaman. 2) Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. 3) Guru berkewajiban menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa untuk lebih aktif. 4) Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sangat penting. John Dewey mengatakan learning by doing. 1.7.2 Hipotesis Berlandaskan pada anggapan dasar di atas maka penulis berhipotesis bahwa penggunaan model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) dalam pembelajaran membaca dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. 1.8 Paradigma Penelitian Kemampuan membaca siswa rendah dan kegiatan membaca tanpa strategi merupakan latar belakang dilakukannya penelitian ini. Ketidakmampuan itu ingin dicari solusinya dengan mengujicobakan

11 sebuah strategi yang diprediksi mampu meningkatkan kemampuan membaca para siswa. Strategi-strategi yang akan diujicobakan tersebut ada dalam sebuah model yang disebut model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching). Keefektifan model ini dapat dilihat berdasarkan hasil belajar siswa setelah mendapat pembelajaran membaca dengan menggunakan model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching). Kemampuan membaca siswa akan dibandingkan berdasarkan hasil tes awal, yaitu sebelum mendapat pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching) dan hasil tes akhir, yaitu setelah mendapat pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran timbal-balik (reciprocal teaching). Hal itu digambarkan dalam bagan di bawah ini.

12 Bagan 1.1 Paradigma Penelitian Fenomena - Kemampuan membaca siswa rendah - Membaca tanpa strategi khusus Temuan/Hasil Penelitian Solusi Perlu Strategi Membaca Khusus Pembahasan Hasil Uji Coba Model Reciprocal Teaching Model Reciprocal Teaching - Memprediksi - Bertanya/jawab - Menjelaskan - Meringkas Uji Coba Model Reciprocal Teaching