PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN CUPANG ALAM (Betta imbellis) YANG DIBERI HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN MELALUI PERENDAMAN DAN PAKAN ALAMI

dokumen-dokumen yang mirip
Pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil ikan gurami yang direndam dalam hormon pertumbuhan rekombinan dengan frekuensi berbeda

Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurami yang direndam dalam air tawar mengandung hormon pertumbuhan

Jurnal Sains Teknologi Akuakultur (2017) 1 (2): ISSN

Lampiran 1 Hasil analisis SDS-PAGE protein rekombinan hormon pertumbuhan ikan gurami (roggh), ikan mas (rccgh) dan ikan kerapu kertang (relgh).

Pertumbuhan pascalarva udang vaname yang diberi larutan hormon pertumbuhan rekombinan

PERENDAMAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN KERAPU KERTANG (relgh) DENGAN DOSIS BERBEDA PADA IKAN KARDINAL TETRA (Paracheirodon axelrodi)

PENGARUH LAMA WAKTU PERENDAMAN RECOMBINANT GROWTH HORMONE (rgh) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN LARVA NILA SALIN (Oreochromis niloticus)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius)

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

Wisnu Hadi Triwinarso, Fajar Basuki*, Tristiana Yuniarti

Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), (2013) Dita Puji Laksana, Siti Subaidah, Muhammad Zairin Junior, Alimuddin*, Odang Carman ABSTRACT

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor (16680), Indonesia ABSTRACT

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

PEMBERIAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus) YANG DIPELIHARA DALAM SISTEM AKUAPONIK

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

PENTINGNYA POPULASI KONTROL INTERNAL DALAM EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM SELEKSI

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Sains Akuakultur Tropis D e p a r t e m e n A k u a k u l t u r

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK YANG DIRENDAM HORMON PERTUMBUHAN IKAN KERAPU KERTANG REKOMBINAN DENGAN DOSIS BERBEDA PADA UMUR 12 HARI

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

Puguh Karisma Ferry Setyawan, Sri Rejeki*, Ristiawan Agung Nugroho

THE COMBINED EFFECT OF DIFFERENT FEED ON THE GROWTH AND SURVIVAL OF LEAF FISH LARVAE (Pristolepis grooti)

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE SANGKURIANG DIBERI HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN DENGAN LAMA PERENDAMAN BERBEDA MAYA FITRIANA

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus gouramy Lac. UKURAN 2 CM

II. BAHAN DAN METODE

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Iman Ihsanudin, Sri Rejeki*, Tristiana Yuniarti

PENGARUH KEPADATAN BERBEDA MENGGUNAKAN rgh PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

PENGGUNAAN ALBUMIN SERUM SAPI DALAM PERENDAMAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN PADA BENIH IKAN GURAMI STEVEN MICHAIL SUTIONO

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN UDANG VANAME YANG DIRENDAM HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN IKAN KERAPU KERTANG PADA TAHAP PEMBENIHAN DAN PEMBESARAN

J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : Oktober ISSN : Abstract

PENGARUH PERENDAMAN LARVA IKAN GURAME DALAM LARUTAN TRIIODOTIRONIN (T 3 ) PADA DOSIS BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

ABSTRACT. Keywords: selenium, growth, viability, Cromileptes altivelis, grouper

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERUBAHAN RESPON PAKAN PADA IKAN MAS KOKI (Carasias auratus) DENGAN RANSANGAN WARNA LAMPU

III. BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

PEMBERIAN MOLASE PADA APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

Angki Ismayadi, Rosmawati, Mulyana Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor

Yunus Ayer*, Joppy Mudeng**, Hengky Sinjal**

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

METODE KERJA. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 di. Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Enlargement of Selais (Ompok hypopthalmus) With fish meal Containing Thyroxine (T 4 ) Hormone

II. BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

PENGARUH MEDIA YANG BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA Chironomus sp.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BETOK YANG DIRENDAM DENGAN HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN IKAN KERAPU KERTANG PADA DOSIS BERBEDA

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio DAN IKAN BAUNG Macrones sp DENGAN SISTEM CAGE-CUM-CAGE

ABSTRACT. Keywords : Biofilter, Cherax quadricarinatus, Glochidia

II. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH KOMBINASI PAKAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN SELAIS (Kryptopterus lais)

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

Oleh: RINIANINGSIH PATEDA NIM: Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Diuji. Mengetahui, KetuaJurusan/Program StudiBudidayaPerairann

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

PENGARUH PEMBERIAN RECOMBINANT GROWTH HORMONE

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN :

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

PENGARUH PEMBERIAN HORMON TIROKSIN PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MASKOKI (Carrasius auratus)

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung Surel: ABSTRACT

Pengaruh perendaman dosis hormon methyl testosteron berbeda terhadap sintasan hidup dan pertumbuhan larva ikan nila, Oreochromis niloticus

II. BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus EKOR/LITER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN LARVA IKAN BETOK (Anabas testudinieus) oleh

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE (Clarias gariepinus) DENGAN APLIKASI VAKSIN HYDROVAC

Transkripsi:

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN CUPANG ALAM (Betta imbellis) YANG DIBERI HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN MELALUI PERENDAMAN DAN PAKAN ALAMI Erma Primanita Hayuningtyas # dan Eni Kusrini Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias ABSTRAK Pemberian hormon pertumbuhan rekombinan (recombinant growth hormone/rgh) dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Pemberian rgh yang berasal dari ikan kerapu kertang (reigh) diharapkan meningkatkan pertumbuhan ikan cupang alam (Betta imbellis). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi performa pertumbuhan ikan cupang alam (Betta imbellis) yang telah diberi rgh ikan kerapu kertang (reigh) melalui perendaman dan pakan alami. Pemberian rgh dilakukan melalui perendaman dengan dosis yang sama 1,5 mg/l pada larva umur lima hari. Kejut salinitas pada 20 ppt selama 90 detik dilakukan sebelum direndam dalam 100 ml larutan rgh selama satu jam. Pemberian rgh dilanjutkan setelah satu minggu menggunakan pakan alami yang sudah diperkaya rgh dengan dosis 0; 0,3; 3; dan 30 mg/l; serta kontrol tanpa perlakuan. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Pakan alami yang digunakan meliputi nauplii Artemia, Moina, cacing Tubifex, dan bloodworm yang diberi secara bertahap mengikuti bukaan mulut, dengan frekuensi pemberian dua kali sehari. Pemberian pakan rgh dilakukan dua kali dalam seminggu pada hari senin dan kamis dan diberikan pada pagi hari saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi terbaik adalah pemberian rgh melalui perendaman 1,5 mg/l yang dikombinasikan dengan oral dosis 3 mg/l air. Laju pertumbuhan ikan cupang yang dihasilkan sebesar 5,54% dan rataan bobot akhir 1,03 ± 0,26 g atau sekitar 2,4 kali lebih tinggi dibandingkan kontrol (P<0,05). Pemberian rgh melalui perendaman saja sudah dapat meningkatkan pertumbuhan ikan cupang alam tetapi akan lebih baik jika dikombinasikan dengan pemberian rgh melalui pakan alami dosis berkisar 0,3-3 mg/l. KATA KUNCI: ABSTRACT: hormon pertumbuhan rekombinan (rgh); ikan cupang; pertumbuhan; perendaman; pakan alami Performance of wild betta fish (Betta imbellis) growth treated with recombinant growth hormone (reigh) through immersion and natural feed food. By: Erma Primanita Hayuningtyas and Eni Kusrini The used of recombinant growth hormone (rgh) for wild betta fish could enhance growth performance. The use of rgh of giant grouper fish (reigh) is expected to enhance the growth performance of wild betta fish. The aim of this study is to determine the performance of wild betta fish treated with the recombinant protein rgh. The study used immersion and natural feed enrichment method. The rgh intake was implemented by immersion with 1.5 mg/l dosage in five days larvae. Shock salinity at 20 ppt by diping of 90 seconds was conducted before the immersion with 100 ml rgh solution for one hour. The rgh intake was resumed after one week of using a natural food enriched with rgh with the dosages of 0, 0.3, 3, 30 mg/l, and a control for comparison. The treatment was three replications. The natural foods used in this study were nauplius Artemia, Moina, Tubifex, and bloodworm. The best treatment obtained was the combination of rgh enhance by immersion of 1.5 mg/l and oral dose of 3 mg/l. The specific growth rate betta fish was 5.54% and growth weight of 1.033 g or 2.4 times higher than the control (P<0.05). The rgh addition by immersion increased the growth of wild betta fish. Nevertheless, there was be better if it combined with rgh addition through natural feed with the doses ranged from 0.3-3 mg/l. KEYWORDS: recombinant growth hormone (rgh); betta fish; growth; immersion; natural food # Korespondensi: Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias. Jl. Perikanan No. 13, Pancoran Mas, Depok 16436, Jawa Barat, Indonesia. Tel.: + (021) 7520482 E-mail: erma_primanita@yahoo.com Copyright @ 2016, Media Akuakultur, p-issn 1907-6762; e-issn 2502-9460 87

Performa pertumbuhan ikan cupang alam (Betta imbellis) yang diberi... (Erma Primanita Hayuningtyas) PENDAHULUAN Ikan cupang giant atau ikan cupang yang berukuran besar merupakan ikan hias yang banyak diminati di kalangan penggemar ikan hias. Ikan cupang giant sendiri merupakan ikan introduksi dari Thailand. Upaya yang pernah dilakukkan untuk menghasilkan ikan cupang giant adalah melalui selective breeding yang dilakukan oleh para breeder, namun hasil pertumbuhan anakan lebih rendah dibandingkan induknya. Teknologi peningkatan pertumbuhan juga dapat dilakukan melalui pemberian hormon pertumbuhan (growth hormone/gh). Hormon pertumbuhan dapat diberikan melalui teknik transgenik dan melalui protein rekombinan yang merupakan rekayasa genetik. Pemberian hormon pertumbuhan melalui protein rekombinan dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan melalui transgenik yang membutuhkan waktu untuk memproduksi beberapa generasi dan verifikasi induk yang positif transgenik (Hardiantho et al., 2012; Hayuningtyas et al., 2015). Rekombinan dihasilkan dari berbagai jenis ikan di antaranya ikan gurami, ikan nila, ikan mas, dan ikan kerapu kertang. Hormon pertumbuhan rekombinan (rgh) yang dihasilkan dari tiap spesies memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan yang berbeda-beda (Lesmana, 2010; Soekarno, 2011). Bioaktivitas yang dihasilkan pada rgh yang berasal dari ikan kerapu kertang dapat meningkatkan laju pertumbuhan ikan. Hormon pertumbuhan rekombinan yang berasal dari ikan kerapu kertang (reigh) menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan rgh dari ikan gurami. Meskipun ikan gurami memiliki kekerabatan lebih dekat dengan ikan cupang namun bioaktivitasnya lebih rendah dibanding ikan kerapu kertang (Lesmana, 2010; Alimuddin et al., 2010). Selain itu, rgh kerapu kertang sudah tersedia dalam jumlah banyak dan skala komersial. Pemberian rgh pada ikan dapat diaplikasikan menggunakan metode injeksi (Abbas, 2013), perendaman (Ratnawati et al., 2012), dan melalui pakan atau secara oral (Fitriadi et al., 2014). Pada ikan cupang, dengan ukuran badan yang kecil, metode yang dapat diaplikasikan dalam pemberian rgh adalah melalui perendaman dan oral. Pengaruh pemberian rgh melalui perendaman pada ikan manvis dapat meningkatkan pertumbuhan bobot 1,6 kali (Acosta et al., 2009), sementara pada ikan cupang melalui metode perendaman sebesar 1,8 kali (Hayuningtyas et al., 2015). Pemberian rgh secara oral pada ikan gurami dengan menggunakan pakan buatan meningkatkan 1,5 kali (Fitriadi et al., 2014); sementara menggunakan pakan alami meningkatkan 1,1 kali (Rahmawaty, 2011). Pemberian rgh dengan metode oral, perendaman, dan injeksi sudah terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Namun belum ada informasi mengenai metode pemberian rgh dengan mengkombinasikan metode perendaman dan oral (pakan alami), sehingga perlu dilakukan penelitian terkait kombinasi metode pemberian rgh. Aplikasi pemberian hormon rekombinan pertumbuhan melalui pakan dan perendaman merupakan metode yang paling aplikatif untuk diterapkan pada skala besar (Moriyama & Kawauchi, 1990). Pemberian rgh dengan menggunakan pakan memang menghabiskan rgh dalam jumlah yang lebih banyak, tetapi pemberian rgh melalui pakan dapat dilakukan dari stadia larva hingga ikan besar, sementara perendaman hanya sampai stadia larva. Pemberian rgh dengan menggabungkan dua metode diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan lebih tinggi lagi dibandingkan hanya menggunakan salah satu metode saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa ikan cupang alam yang diberi protein rekombinan reigh melalui kombinasi metode perendaman dan oral (pakan alami) agar dapat meningkatkan pertumbuhan ikan cupang. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Bahan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok selama lima bulan (Juni-November 2015). Bahan yang digunakan adalah larva ikan cupang alam (Betta imbellis) yang berumur lima hari dan protein rekombinan (rgh) yang berasal dari ikan kerapu kertang (Mina Grow) produksi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT), Sukabumi dan Budi Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (BDP-FPIK-IPB). Persiapan ikan uji dilakukan dengan melakukan pemijahan ikan cupang dengan rasio jantan dan betina 1:1. Setelah menghasilkan telur, dipelihara sampai menjadi larva umur lima hari. Larva ikan cupang alam yang berumur lima hari merupakan ikan uji yang akan direndam menggunakan rgh. Ukuran larva yang dihasilkan rata-rata memiliki bobot awal sekitar 0,0003 g dan panjang 0,36 cm. Larva dihitung sebanyak 50 ekor per wadah, kemudian direndam dalam 100 ml larutan rgh. Desain Penelitian Pemberian rgh pada ikan cupang dilakukan melalui dua metode yaitu secara perendaman dan pemberian pakan yang diperkaya dengan rgh. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan satu kontrol, masing-masing diulang tiga kali (Tabel 1). 88 Copyright @ 2016, Media Akuakultur, p-issn 1907-6762; e-issn 2502-9460

Tabel 1. Table 1. Kode perlakuan dengan dosis perendaman dan oral Treatment code with immersion and oral doses Kode perlakuan Treatments code Dosis perendaman Immersion doses Dosis pemberian rgh pada pakan alami (nauplii Artemia, Moina, dan Tubifex ) rgh doses to nauplii Artemia. Moina, and Tubifex Ak = 0.3 mg/l 0.15 mg/100 ml NaCl 6 ppt + BSA 0.01% 0.03 mg/100 ml + BSA 0.01% Bk = 3 mg/l 0.15 mg/100 ml NaCl 6 ppt + BSA 0.01% 0.3 mg/100 ml + BSA 0.01% Ck = 30 mg/l 0.15 mg/100 ml NaCl 6 ppt + BSA 0.01% 3 mg/100 ml + BSA 0.01% Dk = 0 mg/l 0.15 mg/100 ml NaCl 6 ppt + BSA 0.01% 0 mg/100 ml + BSA 0.01% Ek = kontrol (control ) Tanpa pemberian hormon rgh melalui perendaman dan pakan alami Non-rGH with immersion and natural feed Larva umur lima hari Five days larvae Kejut salinitas Shock salinity Perendaman hormon pertumbuhan selama satu jam Growth hormone immersion for one hour Pakan alami Natural food Perendaman hormon pertumbuhan selama satu jam Growth harmone immersion for one hour Pakan + hormon pertumbuhan Food + growth hormone Pembesaran Enlargement Pemberian pakan secara oral Oral feeding Pengamatan Observation Artemia Artemia & Moina Moina & Tubifex Tubifex Tubifex (rgh) + bloodworm (non-rgh) Pada satu minggu Selama setelah perendaman dua minggu selama satu bulan For two weeks At one week after immersion for one month Selama satu minggu For one week Setelah umur 2-3 bulan After the age 2-3 month Setelah umur 3-6 bulan After the age of 3-6 month - Frekuensi pemberian pakan dilakukan sehari pada pagi dan sore hari Frequency of feeding two times a day in the morning and evening - Khusus pemberian pakan yang diperkaya rgh diberikan dua kali seminggu, dengan frekuensi tiga hari sekali, pada pagi hari saja Special feeding enriched rgh given two times a week, on Monday and Thursday during the morning only Gambar 1. Figure 1. Skema prosedur pemberian hormon rgh melalui perendaman dan pakan alami Scheme procedure of rgh hormone application by immersion and natural food Gambar 1 menampilkan skema prosedur pemberian rgh mulai dari perendaman sampai pemberian pakan alami yang diperkaya rgh. Pada tahap perendaman, jumlah larva yang direndam sebanyak 50 ekor dalam 100 ml larutan rgh. Perendaman larva diawali dengan tahapan kejut salinitas pada 20 ppt selama 90 detik. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan proses osmoregulasi sebagai jalan rgh masuk ke dalam tubuh ikan. Kemudian larva direndam pada larutan rgh pada dosis yang sama yaitu 0,15 mg rgh dalam 100 ml NaCL 6 ppt + BSA (Bovine Serum Albumin) 0,01%; selama satu jam kecuali kontrol. Pemberian rgh pada pakan alami dilakukan dengan metode perendaman. Pakan alami yang digunakan bertahap mulai dari nauplii Artemia saja, Artemia dan Copyright @ 2016, Media Akuakultur, p-issn 1907-6762; e-issn 2502-9460 89

Performa pertumbuhan ikan cupang alam (Betta imbellis) yang diberi... (Erma Primanita Hayuningtyas) Moina, Moina dan Tubifex, Tubifex saja, serta pada akhir pemeliharaan Tubifex dan bloodworm. Nauplii Artemia yang telah dipanen lalu dihitung dengan kepadatan Artemia 100 ekor/ml kemudian diambil sebanyak 100 ml ditambahkan BSA dan rgh sesuai dosis pada Tabel 1. Nauplii Artemia direndam selama satu jam kemudian dibagi untuk tiga ulangan. Perendaman yang sama dilakukan ketika diberi penambahan Moina sebanyak 30 ekor/ml yang direndam bersamaan dengan Artemia. Pada cacing Tubifex perendaman dilakukan dengan cara menimbang 50 g cacing Tubifex kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur sampai volume total 100 ml kemudian dituang ke dalam wadah baru dan ditambahkan BSA dan rgh sesuai dosis pada Tabel 1. Setelah direndam selama satu jam, cacing ditimbang sebanyak 1 g yang diletakkan dalam aluminium foil kemudian dibungkus. Pengemasan dilakukan sampai cacing habis kemudian cacing dapat disimpan dalam freezer, untuk dapat diberikan ketika dibutuhkan. Jumlah yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan ikan. Pemberian pakan dilakukkan secara ad-libitum atau sekenyangnya. Frekuensi pemberian pakan adalah dua kali sehari. Pemberian pakan rgh dilakukkan dua kali dalam seminggu yaitu pada hari senin dan kamis yang diberikan pada pagi hari saja. Pemberian rgh melalui pakan alami disesuaikan dengan bukaan mulut ikan cupang. Pada bulan pertama diberikan Artemia, setelah usia satu bulan mulai diberi tambahan Moina selama dua minggu, selanjutnya diberikan cacing Tubifex dan bloodworm. Pemberian pakan rgh dilakukan sampai ikan berumur lima bulan. Setelah itu, dipelihara dengan pemberian pakan tanpa rgh. Pengumpulan dan Analisis Data Parameter yang diamati adalah pertumbuhan bobot, pertambahan panjang, laju pertumbuhan harian (SGR), dan sintasan (SR). Sampling dilakukan setiap bulan dengan mengukur panjang total dan bobot dengan jumlah ikan sebanyak 10 ekor per ulangan perlakuan. Laju pertumbuhan harian (spesific growth rate) diukur dengan menggunakan: InWt InWo SGR x 100% t di mana: SGR = laju pertumbuhan harian individu (%) Wo = bobot rata-rata individu pada awal pengamatan (g) Wt = bobot rata-rata individu pada akhir pengamatan (g) Dt = lama perlakuan (hari) Sintasan (survival rate/sr) dihitung berdasarkan rumus: Nt SR No Keterangan: SR = sintasan ikan No = jumlah ikan awal Nt = jumlah ikan akhir Hasil perhitungan bobot akhir, panjang akhir, laju pertumbuhan harian, dan sintasan dianalisis secara statistik dengan One Way ANOVA uji LSD untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan dengan tingkat kepercayaan 95%. Pengolahan data secara statistik dilakukan menggunakan software SPSS 17. Sebagai data pendukung dilakukan pengukuran kualitas air pada awal dan akhir penelitian, dengan parameter yang diamati seperti: suhu, oksigen terlarut (DO), ph, kesadahan, amonia (NH 3 ), dan nitrit (NO 2 ). Pengukuran dilakukan pada setiap perlakuan pada awal dan akhir penelitian. Pengamatan parameter DO, dan suhu dilakukan menggunakan alat DO meter sedangkan parameter ph, kesadahan, NH 3, dan NO 2 dianalisis di Laboratorium Kualitas Air Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok. HASIL DAN BAHASAN x 100% Performa Pertumbuhan Ikan Cupang Hasil pemberian rgh dengan kombinasi perendaman dan oral menunjukkan pertumbuhan bobot yang cukup baik (Gambar 2). Pertumbuhan tertinggi adalah pada perlakuan Bk (rendam dan oral 3 mg/l) dengan rata-rata bobot 1,03 ± 0,26 g. Peningkatan pertumbuhan yang terjadi menandakan bahwa reigh memiliki bioaktivitas terhadap ikan cupang alam (Handoyo, 2012). Sementara pertumbuhan paling rendah adalah perlakuan Ck dengan dosis oral yang lebih tinggi (rendam dan oral 30 mg/l) menghasilkan bobot 0,44 ± 0,05 g. Pertumbuhan yang rendah pada perlakuan Ck mengindikasikan bahwa pada dosis rgh yang berlebih dapat memengaruhi pola makan ikan sehingga pertumbuhannya juga terganggu. Pertumbuhan bobot mulai mengalami peningkatan yang signifikan setelah memasuki bulan ketiga sampai kelima, karena pada bulan ketiga pakan yang diberikan menggunakan Tubifex dan bloodworm. Kandungan protein pada cacing Tubifex adalah 66,94% dan lemak 9,44% (Rahmawati et al., 2014), sedangkan pada bloodworm kandungan protein sebesar 62,5% dan lemak 10,4% (Widanarni et al., 2006). Pertumbuhan ikan cupang alam pada perlakuan Bk menghasilkan pertumbuhan sekitar 2,4 kali atau 240% 90 Copyright @ 2016, Media Akuakultur, p-issn 1907-6762; e-issn 2502-9460

Pertambahan bobot Weight gain (g) 1.3 1.2 1.1 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Ak Bk Ck Dk Ek 0 1 2 3 4 5 Bulan ke- (Month) Keterangan: Ak= rendam + oral 0,3 mg/l; Bk= rendam + oral 3 mg/l; Ck= rendam + oral 30 mg/l; Dk= rendam + oral 0 mg/l; Ek = kontrol tanpa perlakuan) Note: Ak= immersion + oral 0.3 mg/l; Bk= immersion oral + 3 mg/l; Ck= immersion + oral 30 mg /L; Dk= immersion + oral + 0 mg/l; Ek= control without treatment Gambar 2. Figure 2. Pertumbuhan bobot ikan cupang dengan perlakuan kombinasi perendaman dan pemberian secara oral rekombinan hormon pertumbuhan (rgh) The weight growth of Betta fish treated with recombinant growth hormone (rgh) with a combination of immersion and oral method dibandingkan kontrolnya. Pertumbuhan ikan cupang alam ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ikan manvis yang direndam rgh sebesar 1,6 kali dibanding kontrolnya (Acosta et al., 2009). Pertumbuhan ikan cupang dengan pemberian rgh melalui perlakuan kombinasi perendaman dan pakan alami ini lebih tinggi dari yang direndam saja yaitu sekitar 1,8 kali dibanding kontrolnya (Hayuningtyas et al., 2015). Pertumbuhan panjang tertinggi adalah pada perlakuan Bk, selanjutnya perlakuan Ak, Dk, Ck, dan tertendah pada perlakuan Ek (Gambar 3). Rata-rata panjang tertinggi pada Bk adalah 3,48 ± 0,66 cm dan terendah pada Ek yaitu 2,39 ± 0,31 cm. Selisih ratarata panjang total antara perlakuan Bk dengan kontrol adalah sebesar 1,1 cm atau sekitar 1,5 kali dari kontrol. Namun statistik di antara kelima perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). Ikan cupang hasil pemberian rgh secara kombinasi rendam dan oral dari berbagai perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4. Pada Gambar 4 terlihat bahwa ukuran ikan pada perlakuan Ak, Ck, Dk, dan Ek memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding perlakuan Bk. Namun pada perlakuan Ek variasi ukuran yang dihasilkan relatif sama dengan ukuran yang kecil. Secara keseluruhan pertumbuhan ikan cupang alam lebih terlihat secara bobot badan yang dihasilkan dibandingkan panjang badan. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan pertumbuhan yang dihasilkan akibat adanya hormon pemacu pertumbuhan. Hormon ini merangsang hipotalamus untuk meningkatkan kerja GH-RH yang diteruskan ke kelenjar pituitary yang menghasilkan hormon pertumbuhan kemudian masuk ke organ ikan seperti: hati, ginjal, otot, tulang, dan organ lain sehingga ikan dapat tumbuh lebih cepat terutama pertumbuhan bobot badannya (Setyawan et al., 2014). Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji LSD pada rata-rata bobot akhir terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) antara perlakuan Bk dengan perlakuan Ck (0,41 g) dan Ek (0,44 g); sedangkan antar perlakuan lainnya tidak berbeda nyata (P>0,05). Persentase sintasan tertinggi adalah pada perlakuan kontrol sebesar 14,7% dan terendah adalah pada perlakuan Ck 9,3%. Namun secara statistik persentase sintasan yang dihasilkan tidak berbeda nyata antar seluruh perlakuan (Tabel 2). Tingkat sintasan pada ikan cupang masih rendah terutama pada stadia larva. Hal ini terjadi akibat berbagai faktor, salah satunya kualitas air seperti fluktuasi suhu yang terlalu ekstrem antara siang dan malam atau perubahan suhu saat musim penghujan. Selain itu, kandungan amonia dan nitrit yang tinggi juga dapat menimbulkan mortalitas pada benih ikan cupang alam. Copyright @ 2016, Media Akuakultur, p-issn 1907-6762; e-issn 2502-9460 91

Performa pertumbuhan ikan cupang alam (Betta imbellis) yang diberi... (Erma Primanita Hayuningtyas) 4 Ak Bk Ck Dk Ek 3.5 Pertumbuhan panjang Lenght growth (cm) 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 1 2 3 4 5 Bulan ke- (Month) Gambar 3. Figure 3. Keterangan: Ak= rendam + oral 0,3 mg/l; Bk= rendam + oral 3 mg/l; Ck= rendam + oral 30 mg/l; Dk = rendam + oral 0 mg/l; Ek= kontrol tanpa perlakuan Note: Ak= immersion + oral 0.3 mg/l; Bk= immersion oral + 3 mg/l; Ck= immersion + oral 30 mg/l; Dk= immersion + oral + 0 mg/l; Ek= control without treatment Pertumbuhan panjang ikan cupang dengan perlakuan kombinasi perendaman dan pemberian secara oral rekombinan hormon pertumbuhan (rgh) The length growth of Betta fish treated with recombinant growth hormone (rgh) by using a combination of immersion and oral method Ak Bk Ck Dk Ek Keterangan: Ak = rendam + oral 0,3 mg/l; Bk= rendam + oral 3 mg/l; Ck= rendam + oral 30 mg/l; Dk= rendam + oral 0 mg/l; Ek = kontrol tanpa perlakuan Note: Ak= immersion + oral 0.3 mg/l; Bk= immersion oral + 3 mg/l; Ck= immersion + oral 30 mg/ L; Dk= immersion + oral + 0 mg/l; Ek= control without treatment) Gambar 4. Figure 4. Ikan cupang hasil pemberian rgh secara kombinasi (perendaman dan oral) Betta fish after treating with the rgh intake by using a combination of immersion and oral method 92 Copyright @ 2016, Media Akuakultur, p-issn 1907-6762; e-issn 2502-9460

Tabel 2. Table 2. Rata-rata bobot akhir, panjang akhir, laju pertumbuhan (SGR), sintasan (SR) pada ikan cupang yang diberi rgh dengan perlakuan berbeda Average weight, length, specific growth rate, and survival rate, of Betta fish after treated with rgh intake with different treatment Perlakuan Treatments Bobot akhir Final weight (g) Panjang akhir Final length (cm) Laju pertumbuhan harian Specific growth rate (%) Sintasan Survival rate (%) Ak 0.78 ± 0.26 a 3.03 ± 0.27 a 5.22 ± 0.24 a 14.0 ± 9.2 a Bk 1.03 ± 0.26 ab 3.48 ± 0.66 a 5.41 ± 0.17 ab 10.7 ± 6.1 a Ck 0.41 ± 0.11 c 2.44 ± 0.19 a 4.81 ± 0.17 c 9.3 ± 7.6 a Dk 0.73 ± 0.42 a 2.87 ± 1.07 a 5.08 ± 0.47 a 14.0 ± 11.1 a Ek 0.44 ± 0.05 c 2.39 ± 0.31 a 4.85 ± 0.08 c 14.7 ± 1.2 a Keterangan (Note): - Ak= rendam + oral 0,3 mg/l; Bk= rendam + oral 3 mg/l; Ck= rendam + oral 30 mg/l; Dk= rendam + oral 0 mg/l; Ek= kontrol tanpa perlakuan (Ak= immersion + oral 0.3 mg/l; Bk= immersion oral + 3 mg/l; Ck= immersion + oral 30 mg/l; Dk= immersion + oral + 0 mg/l; Ek= control without treatment) - Angka pada kolom sama yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak beda nyata P>0,05) (The values in the same column followed by the same superscript letters showed no significantly different (P>0.05)) Laju pertumbuhan harian (SGR) tertinggi adalah pada perlakuan Bk sebesar 5,41 ± 0,17% yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan Ck 4,81 ± 0,17% dan Ek yang merupakan kontrol (4,85%) dengan P<0,05 (Tabel 2). SGR pada perlakuan Bk lebih tinggi juga dibandingkan perlakuan lainnya yaitu Ak sebesar 5,22 ± 0,24%; Dk sebesar 5,08 ± 0,47% dengan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Perlakuan terendah adalah pada Ck sebesar 4,81% memiliki selisih yang kecil dengan Ek atau kontrol sebesar 4,85%; hubungan di antara keduanya tidak berbeda nyata (P>0,05). Pada perlakuan Bk mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan perlakuan lainnya. Menurut Ihsanudin et al. (2014), rgh dalam pakan masuk ke tubuh ikan melalui sistem pencernaan di dalam tubuh ikan, kemudian diterima oleh reseptor berupa IGF-1. IGF-1 secara tidak langsung membantu mekanisme secara fisiologis sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan ikan. Laju pertumbuhan pada ikan cupang lebih rendah dibandingkan dengan ikan konsumsi seperti ikan gurami yang diberi rgh secara perendaman selama empat minggu pemeliharaan menghasilkan SGR sebesar 12,6% (Ratnawati et al., 2012). Nilai SGR lebih kecil juga dari ikan gurami yang diberi rgh melalui oral selama sembilan minggu sebesar 8,18% (Fitriadi et al., 2014). Pengamatan Kualitas Air Kualitas air selama pemeliharaan ikan cupang rgh ditampilkan pada Tabel 3. Kandungan oksigen terlarut pada media pemeliharaan ikan cupang berkisar 5-6 mg/l sesuai dengan standar kualitas air pada pemeliharaan ikan cupang, selain itu, ikan cupang merupakan jenis ikan yang memiliki labirin sebagai alat pernapasan tambahan. Kualitas air selama pemeliharaan masih berada pada kisaran yang optimal untuk pemeliharaan ikan cupang karena nilai yang dihasilkan di atas standar baku mutu sesuai PP No. 82 untuk kegiatan budidaya ikan air tawar. Hanya saja nilai amonia (NH 3 ) dan nitrit (NO 2 ) pada kondisi tertentu masih lebih tinggi dari referensi, hal ini mungkin mengakibatkan mortalitas pada beberapa ikan sehingga SR yang dihasilkan cukup kecil, namun pada sebagian ikan terutama yang berukuran besar hal ini tidak berpengaruh karena masih dapat ditolelir. ph yang dihasilkan berkisar 4-7, merupakan ph yang cenderung asam. Hal ini karena ikan cupang merupakan ikan yang berasal dari lahan gambut yang memiliki habitat hidup pada ph cenderung rendah. Selain itu, nilai kesadahan juga cukup tinggi dari standarnya. Tetapi hal tersebut tidak terlalu memengaruhi perkembangan dan kehidupan ikan cupang. Menurut Setyawan et al. (2014), kualitas air yang optimal pada pemeliharaan ikan mampu mendukung fisiologis, metabolisme, dan penyerapan hormon ke organ target, sehingga ikan yang diberi hormon mampu meningkatkan pertumbuhannya. Kondisi kualitas air selama pemeliharaan ikan cupang terbukti aman untuk menunjang performa pertumbuhan yang baik untuk ikan cupang alam. KESIMPULAN Perlakuan kombinasi terbaik adalah pemberian rgh melalui perendaman 1,5 mg/l yang dikombinasikan dengan oral dosis 3 mg/l air. Pemberian rgh melalui perendaman saja sudah dapat meningkatkan Copyright @ 2016, Media Akuakultur, p-issn 1907-6762; e-issn 2502-9460 93

Performa pertumbuhan ikan cupang alam (Betta imbellis) yang diberi... (Erma Primanita Hayuningtyas) Tabel 3. Table 3. Kualitas air perlakuan Water quality treatment Perlakuan Treatments Ak Bk Ck Dk Ek Standar Standard Referensi Reference Suhu (Temperature ) ( C) 26.3-26.5 26.4-26.5 26.3-26.6 26.5-26.8 26.2-26.7 24-30 IBC (2007) ph 4.5-7 5-7 4-7 5-7 5-7 5.2-6.8 IBC (2007) DO (mg/l) 5-6 5-6 5-6 5-6 5-6 > 5 IBC (2007) Kesadahan (Hardness ) 11.3-44 8.4-31 11.3-31 12.6-28.5 14-44 8-10 IBC (2007) NH 3 (mg/l) 0.05-0.1 0.05-0.1 0.02-0.04 0.06-0.09 0.04-0.09 0.02 PP No. 82 (2001) NO 2 (mg/l) 0.02-0.6 0.05-0.3 0.05-0.27 0.04-0.2 0.09-0.59 1 PP No. 82 (2001) pertumbuhan ikan cupang alam, akan tetapi lebih baik jika dikombinasikan dengan pemberian rgh melalui pakan alami dosis berkisar 0,3-3 mg/l. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui DIPA Tahun Anggaran 2015 Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok. Terima kasih juga disampaikan kepada Asep Solihin, Emitha Wulandari, dan Bayu yang telah membantu dalam kegiatan penelitian ini. DAFTAR ACUAN Abbas, B.F.I. (2013). Pertumbuhan benih ikan betok (Anabas testudineus, Bloch) yang disuntik hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang dengan dosis berbeda. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 14 hlm. Acosta, J., Estrada, M.P., Carpio, Y., Ruiz, O., Morales, R., Martinez, E., Valdes, J., Borroto, C., Besada, V., Sanchez, A., & Herrera, F. (2009). Tilapia somatotropin polypeptides: Potent enhanchers of fish growth and innate immunity. Biotec. Aplicada, 26, 267-272. Alimuddin, Lesmana, I., Sudrajat, A.O., Carman, O., & Faizal, I. (2010). Production and bioactivity potential of three recombinant growth hormones of farmed fish. Indonesian Aquaculture Journal, 5(1), 11-17. Fitriadi, M.W., Basuki, F., & Nugroho, R.A. (2014). Pengaruh pemberian recombinant growth hormone (rgh) melalui metode oral dengan interval waktu yang berbeda terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan larva ikan gurami var Bastard (Osphronemus gouramy Lac, 1801). Journal of Aquaculture Management and Technology, 3(2), 77-85. Handoyo, B. (2012). Respons benih ikan sidat terhadap hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang melalui perendaman dan oral. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 53 hlm. Hardiantho, D., Alimuddin, Prasetiyo, A.E., Yanti, D.H., & Sumandinata, K. (2012). Performa benih ikan nila yang diberi pakan mengandung hormon pertumbuhan rekombinan ikan mas dengan dosis berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia, 11(1), 17-22. Hayuningtyas, E.P., Kusrini E., & Rahmawati, R. (2015). Penggunaan hormon pertumbuhan rekombinan dalam memacu pertumbuhan benih ikan wild betta (Betta imbellis). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Pusat Penelitian Pengembangan Perikanan. Jakarta, hlm. 235-241. Ihsanudin, I., Rejeki, S., & Yuniarti, T. (2014). Pengaruh pemberian hormon pertumbuhan (rgh) melalui metode oral dengan interval waktu yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan nila larasati (Oreochromis niloticus). Journal of Aquaculture Management and Technology, 3(2), 94-102. International Betta Congres [IBC]. (2007). Betta imbellis, Ladiges 1975. Retriefed from International Betta Congress. website: http://www.ibcbettas.org/smp/species/imbellis.html diakses tanggal 7 Desember 2015. Lesmana, I. (2010). Produksi dan bioaktivitas protein rekombinan hormon pertumbuhan dari tiga jenis ikan budidaya. Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor, 62 hlm. Moriyama, S., & Kawauchi, H. (1990). Growth stimulation of juvenile salmonids by immersion in recombinant salmon growth hormone. NippSuis Gakk, 56, 31-34. 94 Copyright @ 2016, Media Akuakultur, p-issn 1907-6762; e-issn 2502-9460

PP No. 82. (2001). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, 46 hlm. Rahmawati, R., Kusrini, R., & Hayuningtyas, E.P. (2014). Pertumbuhan dan tingkat konsumsi pakan Tubifex sp. pada ukuran ikan cupang Betta imbellis yang berbeda. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Pusat Penelitian Pengembangan Perikanan. Jakarta, 553-560. Rahmawaty, I. (2011). Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurami yang diberi pakan alami yang disuplementasi hormon pertumbuhan rekombinan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 22 hlm. Ratnawati, P., Alimuddin, Arfah, H., & Sudrajat, A.O. (2012). Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurami yang direndam dalam air tawar mengandung hormon pertumbuhan. Jurnal Akuakultur Indonesia, 11(2), 17-22. Setyawan, P.K.F., Rejeki, S., & Nugroho, R.A. (2014). Pengaruh pemberian recombinant growth hormone (rgh) melalui metode perendaman dengan dosis yang berbeda terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan larva ikan nila Larasati (Oreochromis niloticus). Journal of Aquaculture Management and Technology, 3(2), 69-76. Soekarno, M.T. (2011). Kloning dan ekspresi gen tilapia growth hormon (tigh) untuk pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus, Linnaeus 1758). Skripsi. Fakultas MIPA Departemen Biologi, Universitas Indonesia. Depok, 65 hlm. Widanarni, Mailana, D.D., & Carman, O. (2006). Pengaruh media yang berbeda terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva Chironomus sp. Jurnal Akukultur Indonesia, 5(2), 113-118. Copyright @ 2016, Media Akuakultur, p-issn 1907-6762; e-issn 2502-9460 95