LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN UNDANG-UNDANG NO

dokumen-dokumen yang mirip
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN UNDANG-UNDANG NO

B. Maksud dan Tujuan

Nasional (Prolegnas). Prolegnas ini disusun bersama oleh DPR, DPD, dan Pemerintah yang dikoordinasi oleh alat Kelengkapan DPR yang khusus menangani

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN UNDANG-UNDANG NO

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA SOSIALISASI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN KE PROVINSI JAWA TIMUR

2. Menciptakan kondisi yang menghasilkan harga yang menguntungkan (Pasal 25). 3. Syarat administratif, standar mutu, dan keamanan pangan impor (Pasal

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

2013, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah,

Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

C. WAKTU DAN TEMPAT Kunjungan kerja ini telah dilaksanakan pada tanggal Oktober 2016 di Medan, Provinsi Sumatera Utara.

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PROPOSAL PEMBANGUNAN GUDANG SRG BESERTA FASILITAS PENDUKUNGNYA DALAM RANGKA PERCEPATAN IMPLEMENTASI SISTEM RESI GUDANG DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA RESES KOMISI VIII DPR RI MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG KE PROVINSI PAPUA TANGGAL 30 OKTOBER S.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(tiga) tim Kunjungan Kerja yaitu ke Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kepulauan Riau, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Program pembangunan nasional sebagaimana dalam Undang-Undang no 25. perdagangan yang merupakan inti sistem pembangunan.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 12 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 12 TAHUN 2013

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG CADANGAN PANGAN. Oleh: Dr. Ardi Jayawinata,MA.Sc Kepala Bidang Cadangan Pangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERTANIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERTANIAN.

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 222/PMK.07/2017 TENTANG PENGGUNAAN, PEMANTAUAN, DAN EVALUASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU DI KABUPATEN KUDUS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH

POINTER SAMBUTAN/ARAHAN GUBENUR KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

DRAFT LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENYUSUNAN NERACA PRODUK TANAMAN PERKEBUNAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH SEMARANG, 24 NOVEMBER 2011

OLEH: AMMY AMALIA FATMA SURYA, SH., M.Kn A-483

- Laut Seram di sebelah utara - Papua Barat di sebelah timur - Laut Indonesia dan Laut Arafuru di sebelah selatan - Sulawesi di sebelah barat

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/ km 2 )

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG

IKU TAHUN 2017 SEKRETARIAT DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG. Indikator Kinerja Formulasi Penghitungan/Penjelasan Sumber Data

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 77/Permentan/OT.140/12/2012

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI KE PROVINSI JAWA TENGAH PADA TANGGAL 21 23 JULI 2016 MASA SIDANG V 2015-2016 A. PENDAHULUAN Salah satu tugas Badan Legislasi Baleg DPR RI adalah melakukan pemantauan dan peninjauan Undang-Undang (UU) sebagaimana diamanatkan Pasal 105 ayat (1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPR, dan DPRD. Pemantauan dan peninjauan terhadap pelaksanaan UU mencakup kegiatan pengawasan yang dilakukan secara seksama terhadap peraturan pelaksanaan atas UU yang bersangkutan, apakah sudah dibentuk atau belum oleh pemerintah, baik dalam bentuk peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun peraturan pelaksana lainnya. Selain itu, pemantauan dan peninjauan UU juga dilakukan terhadap implementasi atas ketentuan norma yang terdapat dalam UU yang bersangkutan, apakah sudah dilaksanakan atau belum oleh pemerintah atau pemangku kepentingan lainnya terkait dengan UU yang dipantau dan ditinjau. Pada Masa Sidang V ini, Baleg DPR RI melakukan kegiatan pemantauan dan peninjauan terhadap UU No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (UU P3) di beberapa daerah, salah satunya ke Provinsi Jawa Tengah. UU P3 merupakan salah satu undang-undang yang penting dan strategis karena UU ini bermaksud menjawab dan memberikan solusi atas persoalan yang dihadapi oleh para petani seperti: 1. daya saing produk pertanian dalam upaya berhadapan dengan produk produk serupa dari luar negeri, 2. masih relatif rendahnya kualitas dan kemampuan petani dalam akses teknologi, modal dan kekuatan kelembagaan petani,

3. minimnya infrastruktur sektor pertanian khsusnya yang menyangkut irigasi, jalan dan industri pengolahan hasil hasil pertanian, dan 4. semakin sempitnya ruang fiskal/apbn sebagai sumber pembiyaan pembangunan khususnya pertanian, sehingga sangat dimungkinkan mempengaruhi kinerja sektor pertanian. Hal ini juga tergambar dari tujuan dibentuknya undang-undang ini, yaitu untuk: 1. mewujudkan kedaulatan dan kemandirian Petani dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kehidupan yang lebih baik; 2. menyediakan prasarana dan sarana Pertanian yang dibutuhkan dalam mengembangkan Usaha Tani; 3. memberikan kepastian Usaha Tani; 4. melindungi Petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomi biaya tinggi, dan gagal panen; 5. meningkatkan kemampuan dan kapasitas Petani serta Kelembagaan Petani dalam menjalankan Usaha Tani yang produktif, maju, modern dan berkelanjutan; dan 6. menumbuhkembangkan kelembagaan pembiayaan Pertanian yang melayani kepentingan Usaha Tani. UU P3 juga mengamanatkan beberapa kebijakan dan/atau peraturan pelaksana yang perlu dibuat oleh Pemerintah, seperti: (1) peraturan mengenai kepastian usaha petani (Pasal 24); (2) peraturan mengenai tarif bea masuk komoditas pertanian, tempat pemasukan komoditas pertanian dari luar negeri dalam kawasan pabean, persyaratan administratif dan standar mutu, struktur pasa produk pertanian yang berimbang, dan kebijakan stabilisasi harga pangan; (3) peraturan mengenai sistem peringatan dini dan penanganan dampak perubahan iklim; (4) peraturan mengenai pelaksanaan fasilitasi asuransi pertanian; (5) peraturan mengenai persyaratan petani yang berhak memperoleh bantuan modal dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; (6) peraturan mengenai penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi kompetensi; (7) peraturan mengenai jaminan luasan lahan pertanian; dan (8) peraturan mengenai pembentukan unit khusus pertanian serta prosedur penyaluran kredit dan pembiayaan usaha tani. 2

Salah satu jenis pertanian yang sampai saat ini belum mendapatkan perlindungan dan pemberdayaan dari keberadaan UU P3 adalah pertanian tembakau. Padahal pertanian tembakau memiliki kurang lebih 19 ha dengan lahan produksi 165 ribu ton dan jumlah petani kurang lebih 2 juta. Nilai ekonomi yang diterima petani kurang lebih Rp. 51 54 juta per ha, jauh lebih besar dari nilai ekonomi tanaman pertanian lainya. Selain itu, sektor tembakau telah berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan industri 5 7%, penerimaan negara dari cukai sebesar Rp. 157 triliun, perpajakan dari industri pertembakauan 52,7%. Nilai ini lebih besar dibandingkan kontribusi BUMN (8,5%), real estate dan konstruksi (15,7%), serta kesehatan dan farmasi (0,9%). Implikasinya jika produktifitas industri tembakau menurun maka akan terjadi defisit anggaran dan diperlukan sumber pendapatan alternatif lainnya. Selain itu, industri tembakau merupakan industri padat karya yang menyerap jumlah tenaga kerja besar, yaitu lebih dari 6,1 juta (data Kementerian Perindustrian) dan menciptakan beberapa mata rantai industri yang dikelola oleh rakyat. Provinsi Jawa Tengah adalah salah satu provinsi yang petaninya merupakan petani tembakau. Kabupaten di Jawa Tengah yang petaninya merupakan petani tembakau ada di di kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. B. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan kegiatan pemantauan dan peninjauan atas Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani ialah untuk mengetahui apakah pelaksanaannya sudah efektif sesuai dengan tujuan dibentuknya undang-undang ini. Hasil pemantauan dan peninjauan ini dapat digunakan sebagai masukan Badan Legislasi dalam menentukan politik perundang-undangan terkait pembentukan peraturan perundang-undangan dan/atau sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan Program Legislasi Nasional (Prolegnas) prioritas tahun berikutnya serta sebagai rekomendasi DPR bagi pemerintah untuk ditindaklanjuti. 3

C. WAKTU DAN TEMPAT Kunjungan kerja ini dilaksanakan pada tanggal 21 sampai dengan 23 Juli 2016 di Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Temanggung. D. TIM KUNJUNGAN KERJA Susunan Tim Kunjungan Kerja Badan Legislasi DPR RI terkait pemantauan dan peninjauan ke Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut: NO. N A M A FRAKSI KET. 1 Firman Soebagyo, SE, MH 273/F-PG KETUA TIM 2 PROF. DR. Hendrawan Supratikno 185/F-PDIP ANGGOTA 3 DR. H. Noor Achmad, MA 271/F-PG ANGGOTA 4 H. Andi Rio Idris Padjalangi, SH. M.Kn 313/F-PG ANGGOTA 5 Endang Sri Karti Handayani, SH, M.HUM 275/F-PG ANGGOTA 6 DR. Jefirstson R Riwu Kore, MM, MH 445/F-PD ANGGOTA 7 H. Bambang Riyanto, SH, MH. M.Si 357/F-P Gerindra ANGGOTA 8 Ammy Amalia Fatma Surya, SH, M.Kn 472/F-PAN ANGGOTA 9 DRS. H. Ibnu Multazam 71/F-PKB ANGGOTA 10 Michiko Dewi, SH., M.H. 11 Sapta Widawati SEKRETARIAT 12 Achmad Jaelani 13 Arwani Hidayat, S.Ag., M.Si TENAGA AHLI 14 Sri Nurhayati Qordiyatun, S.SOS, M.Si PENELITI 15 Rangga Wijaya TV Parlemen E. KEGIATAN YANG DILAKUKAN Pelaksanaan kunjungan kerja Badan Legislasi DPR RI dilakukan di: a. Desa Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung. Pertemuan yang dihadiri oleh: 1. Ketua APTI Nasional 2. Keua APTI Jateng 3. Sekretaris APTI Jateng 4. Kepala BPSDM Kementan 4

5. Pejabat dari Dinas Pertanian Provinsi Jateng 6. Petani tembakau dari beberapa desa di Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo b. Pendopo Pengayoman Temanggung yang dihadiri oleh: 1. Wakil Bupati Temanggung 2. Setda Kabupaten Temanggung 3. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung 4. Kepala BPSDM Kementan 5. Pejabat dari Dinas Pertanian Provinsi Jateng 6. Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Temanggung 7. Kasdim 0706 Temanggung, mewakili Dandim 0706 Temanggung 8. Asosiasi Petani Cengkeh Temanggung 9. Asosiasi Petani Tembakau Temanggung 10. Para petani di Kabupaten Temanggung F. MASUKAN PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN 1. Gambaran Umum Daerah Pemantauan dan Peninjauan Sebanyak 22 kabupaten/kota di Jawa Tengah merupakan daerah persebaran perkebunan tembakau. Jumlah petani tembakau terbanyak ada di Kabupaten Temanggung, yaitu sebanyak 51.958 orang. Kemudian terbanyak kedua adalah Kabupaten Kendal, dan yang paling sedikit petani tembakau ada di Kabupaten Banyumas. Temanggung menjadi salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang menghasilkan tembakau dengan kualitas baik. Harganya lebih tinggi dibandingkan dengan tembakau dari daerah lain. Hampir semua petani yang memiliki lahan sawah di Kabupaten Temanggung, berusaha memanfaatkan kesempatan di musim tertentu untuk menanam tembakau karena dirasakan sangat menguntungkan dengan harga jual yang tinggi. Di Kabupaten Temanggung, tembakau merupakan komoditas perkebunan unggulan (lihat tabel 1). Meskipun beberapa tahun terakhir produksi tembakau mengalami penurunan (lihat tabel 2), namun tanaman tembakau masih menjadi komoditi favorit yang dikembangkan oleh 5

masyarakat tani di Kabupaten Temanggung. Tembakau dianggap mendorong sektor barang dan jasa tumbuh. Tabel 1. Komoditas Perkebunan Unggulan di Kabupaten Temanggung Tahun 2013 No Komoditas Produksi (ton) 1. Kopi 8.416 2. Tembakau 7.146 3. Kelapa 1.193 4. Tebu 1.129 5. Cengkeh 167 6. Kakao 46 7. Lada 9 8. Teh 7 9. Vanili 6 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Tabel 2. Produksi Tembakau Kabupaten Temanggung dari tahun 2008-2013 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Produksi 5.012,43 6.786,64 6.373,99 9.126 9.979 7.146 (ton) Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Tembakau memberi kontribusi bagi APBD Kabupaten Temanggung, yaitu melalui dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT). DBHCHT yang akan diterima Kabupaten Temanggung dari pemerintah pusat untuk tahun 2016 naik Rp. 3,78 miliar lebih jika dibandingkan yang diterima Pemkab pada tahun 2015. DBHCHT 2016 senilai Rp. 27,64 miliar, sedangkan pada tahun 2015 sebesar Rp. 23,85 miliar. Besaran DBHCHT 2016 tersebut sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur No. 27 Tahun 2015 tentang Perubahan Perkiraan Alokasi Bantuan DBHCHT Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten/Kota di Jateng. Pada tahun 2015, melalui DBHCHT 2015 telah dilaksanakan kegiatan di 14 bidang, antara lain pertanian, perkebunan, kesehatan, ketenagakerjaan, infrastruktur umum, dan lain-lain. Untuk bidang kesehatan, salah satunya adalah pembangunan poliklinik dan ruang rawat 6

inap untuk penderita penyakit paru-paru di RSUD Temanggung senilai Rp. 11 miliar. Untuk tahun 2016, dana DBHCHT dialokasikan untuk membiayai pembangunan laboratorium tembakau. Laboratorium yang dibangun dengan pagu anggaran senilai Rp. 10 miliar tersebut akan digunakan untuk meneliti varietas tembakau asli Temanggung. 2. Hasil Pertemuan dan Peninjauan a. Terhadap Peraturan Pelaksanaan UU P3 1) Peraturan pelaksana terkait kepastian usaha petani sampai saat ini belum dibentuk. 2) Peraturan terkait tarif bea masuk komoditas pertanian sudah dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 13/PMK.011/2011 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.010/2006 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor 3) Peraturan terkait tempat pemasukan komoditas pertanian dari luar negeri ke kawasan pabean sudah dikeluarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 50 tahun 2011 tentang Rekomendasi Persetujuan Pemasukan Karkas, Daging, Jeroan dan/atau Olahannya ke wilayah NKRI; Peraturan Menteri Pertanian No. 23 Tahun 2015 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Bahan Pakan Asal Hewan ke dan dari Wilayah Republik Indonesia; dan Peraturan Menteri Pertanian No. 57 Tahun 2015 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Bahan Pakan Asal Tumbuhan ke dan dari Wilayah Republik Indonesia. 4) Peraturan terkait persyaratan administratif dan standar mutu sudah dikeluarkan PP No. 102 tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional 5) Peraturan terkait struktur pasar produk pertanian yang berimbang dan kebijakan stabilisasi harga pangan sudah dikeluarkan PP No. 48 Tahun 2016 tentang Penugasan Kepada Perum Bulog dalam rangka Ketahanan Pangan Nasional. 7

6) Peraturan terkait persyaratan administratif, standar mutu, dan keamanan pangan komoditas pertanian yang diimpor sudah dikeluarkan PP No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan dan Mutu Gizi Pangan, dan PP No. 102 tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional. 7) Peraturan terkait pelaksanaan fasilitasi asuransi pertanian bagi petani sudah dikeluarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 40 Tahun 2015 tentang Fasilitasi Asuransi Pertanian. 8) Peraturan terkait penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, serta sertifikasi kompetensi sudah dikeluarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 36 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sertifikasi Kompetensi SDM Pertanian. 9) Peraturan terkait pembatasan pasar modern sudah dikeluarkan Peraturan Presiden No. 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. b. Terhadap Implementasi UU P3 Petani tembakau memberi kontribusi terhadap pendapatan negara. Hasil dari budidaya tembakau mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Pendapatan petani tembakau lebih tinggi dibandingkan petani yang melakukan budidaya padi. Pendapatan petani tembakau ratarata mencapai Rp. 10,3 juta per musim. Sementara pendapatan petani padi rata-rata mencapai Rp. 5,4 juta per musim. Selain memberikan pendapatan yang lebih tinggi, budidaya tembakau juga menyerap tenaga kerja. Namun demikian, pertanian tembakau dihadapkan pada masalah antara lain: 1) Ancaman dari cuaca ekstrim (perubahan iklim) 2) Impor tembakau 3) Tidak mempunyai posisi tawar terhadap harga tembakau yang mereka jual (harga masih ditentukan oleh tengkulak) 8

Ketidakpastian usaha tani tembakau ini dapat mengancam kehidupan petani tembakau di beberapa desa di Kabupaten Temanggung karena sebagian petaninya merupakan petani tembakau. c. Harapan petani tembakau: 1) Ada kepastian usaha 2) Menyelamatkan kretek sebagai bagian dari budaya Indonesia, termasuk menyelamatkan tembakau srintil. Kabupaten Temanggung adalah penghasil tembakau srintil, satu jenis tembakau dengan kualitas terbaik dunia. 3) Pemasukan dari cukai tembakau agar dapat dikembalikan untuk mengembangkan budidaya tembakau 4) Ada proteksi terhadap varietas tembakau lokal 3. Kesimpulan a. Perlu ada perlindungan terhadap petani tembakau, karena komoditas tembakau mampu meningkatkan kesejahteraan petani, menambah pendapatan daerah dan pendapatan negara. b. Perlindungan terhadap petani tembakau dapat dilakukan dengan: 1) Pembatasan impor 2) Pembatasan PMA terhadap industri rokok dan tembakau 3) Ada pembinaan terhadap para petani tembakau: a). Dilakukan oleh para perusahaan rokok dengan melakukan pembinaan kepada petani tembakau. b). Dana cukai dari tembakau dapat dijadikan dana penyangga untuk mengembangkan sektor pertembakauan, termasuk untuk pembinaan petani tembakau. c). Adanya anggaran dalam APBN untuk pengembangan petani tembakau. c. Memperbaiki tata niaga tembakau. d. UU tentang Pertembakauan diperlukan. 9

G. PENUTUP Demikian Laporan Kunjungan Kerja Badan Legislasi DPR RI dalam rangka pemantauan dan peninjauan UU No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani di Provinsi Jawa Tengah. Atas perhatian dan kerjasama seluruh pihak terkait, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. JAKARTA, 25 JULI 2016 TIM KUNJUNGAN KERJA PEMANTAUAN DAN ENINJAUAN BADAN LEGISLASI DPR RI KE PROVINSI JAWA TENGAH KETUA TIM FIRMAN SOEBAGYO, SE, MH A-273 10