BAB III METODE PENELITIAN. (L.) Merr.) terhadap berat uterus dan tebal endometrium mencit (Mus musculus)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh ekstrak daun katu (Sauropus androgynus (L.).

BAB III METODE PENELITIAN. androgynus) terhadap berat uterus dan tebal endometrium pada tikus putih

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen satu faktor dengan pola acak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang potensi beberapa bentuk sediaan Pegagan (Centella

BAB III METODE PENELITIAN. RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan menggunakan 2 faktor (macam diet dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan.

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

keterangan: T = jumlah perlakuan R= jumlah replikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

BAB III METODE PENELITIAN. pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hewan Coba Departemen

5 KINERJA REPRODUKSI

No. Nama Alat Merek/Tipe Kegunaan Tempat. Jelo Tech Mengeringkan daun pare Perkembangan inkubator Hewan. Pyrex Iwaki. - Menyaring ekstrak.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam ( Nigella

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak etanol daun widuri (Calotropis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi eksperimental

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (L.) Urban) Terhadap Kadar Antioksidan SUPEROKSIDA DISMUTASE. (SOD) dan KADAR GLUTATHION SUPEROKSIDA HIDROKSIL (GSH)

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). Pemeliharaan dan pemberian ekstrak cabe jawa dan zinc (Zn) pada tikus

BAB III METODE PENELITIAN. > 6 ekor

BAB II METODE PENELITIAN

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

2. Memberikan label pada masing-masing bahan dimana T0 sebagai control, 3. Masing-masing pati ubi kayu dan jagung dibuat dengan konsentrasi 10%

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh ekstrak air daun katu (Sauropus androgynus (L.) Merr.) terhadap berat uterus dan tebal endometrium mencit (Mus musculus) premenopause ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Kelompok kontrol (-) yakni mencit betina normal dengan induksi prostaglandin, kelompok kontrol (+) mencit dengan induksi VCD dengan pemberian aquadest, sedangkan kelompok perlakuan yakni kelompok dengan perlakuan pemberian ekstrak air daun katu (Sauropus androgynus (L.) Merr.) dengan 2 dosis yang berbeda. 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 Agustus 2014 bertempat di Laboratorium Hewan Coba, Laboratorium Fisiologi Hewan dan Laboratorium Optik Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembuatan ekstrak air daun katu (Sauropus androgynus (L.) Merr.) dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang 48

49 3.3. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas, variabel terikat dan variabel terkendali. 1. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak air daun katu per oral dengan 2 konsentrasi yang berbeda yaitu 15 mg/kgbb dan 30 mg/kgbb 2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah berat basah uterus, tebal tiap endometrium dalam gambaran histologi uterus mencit serta berat badan mencit. 3. Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah mencit betina strain balb/c usia 2 bulan 1 minggu, berat sekitar 21 25 gr 3.4. Alat dan Bahan Penelitian 3.4.1. Alat alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kandang bak plastik, tempat minum, seperangkat alat bedah, timbangan analitik, seperangkat alat gelas (gelas ukur 25 ml, beaker glass 25 ml, beaker glass 50 ml, pipet volume 5 ml), bola hisap, mikropipet 100-1000 μl, blue tip, alat suntik disposable 1 ml 27 G, spuit oral 1 ml 23 G, hand glove, masker, rotary evaporator, freeze dryer, mikroskop, mikroskop komputer, mikrotom, kaca benda dan kaca penutup.

50 3.4.2. Bahan bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mencit, daun katu, air, alkohol 70% (One Med), VCD (4-Vinyl cyclohexane-dioxide) (Ted Pella, Inc.) yang disimpan dalam suhu -20 0 C, kloroform, kapas, tissue, NaCl 0,9%, minyak wijen (Lee Kum Keen, Xinhui), parafin, pakan kode SP, skam, prostaglandin (Prolyse, Meyer Laboratories), pewarna GIEMSA, buffer GIEMSA, pewarna Hematoxylin, pewarna Eosin dan xylol. 3.5. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan sebagai berikut : 3.5.1. Preparasi 3.5.1.1. Persiapan Hewan Coba Sebanyak 42 ekor mencit diaklimasi di dalam laboratorium selama 1 minggu sebelum perlakuan. Selama proses aklimasi mencit diberi makan pelet SP dan air minum PAM secara ad libitum. Setelah aklimasi, ditimbang berat badan mencit dan dilakukan pengelompokan sesuai kode kandang kelompok perlakuan dengan distribusi mencit dengan berat badan secara acak. Dari 42 ekor mencit, diambil 30 ekor mencit yang siap digunakan untuk proses penelitian yakni dengan kisaran berat badan 21 25 gram. 3.5.1.2. Perhitungan Dosis dan Pembuatan Larutan VCD Perhitungan dosis VCD sesuai dengan penelitian Kempen (2011) yang menyatakan bahwa pemberian dosis rendah 160 mg/kgbb selama 10 hari

51 dalam 14 hari (5 kali seminggu dalam 14 hari) telah menyebabkan terjadinya kerusakan berupa apoptosis pada folikel primer dan primordial. Berdasarkan dosis 160 mg/kgbb dengan berat badan berkisar 20 gr maka kebutuhan per ekornya adalah 3,2 mg/ekor. Menurut Kusumawati (2004), volume maksimum injeksi intraperitonial pada mencit adalah sebanyak 1 ml, pada penelitian ini digunakan 0,5 ml per injeksi. Konsentrasi VCD perlakuan adalah 6,4 mg/ml. Pada injeksi digunakan 30 ekor mencit dengan kebutuhan total VCD perlakuan adalah 0,5 ml x 30 ekor x 14 hari = 210 ml dengan konsentrasi 160 mg/kgbb. Pembuatan larutan VCD perlakuan dengan menghitung : V1 M1 = V2 M2 Volume Konsentrasi VCD Stock = Volume Konsentrasi Larutan VCD Perlakuan Volume Campuran = Kebutuhan Larutan VCD Konsentrasi VCD per ekor Konsentrasi VCD Volume Campuran = Stock = 1,344 ml 210 ml 6,4 mg/ml 1000 mg/ml Maka dibuat larutan stock sebanyak 210 ml dengan melarutkan 1,344 ml VCD dan 208,656 ml pelarut minyak wijen. Stock larutan VCD disimpan refrigerator dengan suhu 5 0 C. 3.5.1.3. Perhitungan Dosis dan Pengenceran Prostaglandin Dosis prostaglandin yang diberikan pada mencit adalah sesuai dengan yang tertera pada botol yakni 11 mg/2 ml atau 5,5 mg/ml secara intramuskular, dengan pemberian sebanyak 0,5 ml pada anjing. Kemudian dihitung dosis

52 untuk mencit menggunakan tabel Luas Permukaan untuk Konversi Dosis (Kusumawati, 2004). Dosis absolute pada anjing : (0,5 x 12) ml = 6 ml, faktor konversi anjing ke mencit yakni 0,008 maka (6 x 0,008) ml = 0,048 ml. Sedangkan injeksi intramuskular pada mencit per ekor maksimal sebanyak 0,05 ml, maka dilarutkan prostaglandin dari stok sebanyak 0,048 ml dalam aquades hingga 0,05 ml. 3.5.1.4. Pembuatan Ekstrak Air Daun Katu Langkah yang dilakukan dalam pembuatan ekstrak air daun katu sesuai dengan penelitian Prishandono (2009) yakni : 1. Penambahan air dengan perbandingan simplisia dan air 1:2 (b/v) 2. Perebusan dalam waterbath pada suhu 70 0 C selama 2 jam, kemudian disaring dengan kain saring dan kertas Whatman no 42 sehingga dihasilkan filtrat dan residu (1a) 3. Residu 1a diekstraksi kembali dengan akuades dengan maserasi di atas shaker dengan kecepatan putar 250 rpm selama 6 jam. Setelah itu disaring dengan kain saring dan kertas Whatman no 42 sehingga dihasilkan filtrat dan residu (1b) 4. Filtrat 1a dan filtrat 1b digabung sehingga diperoleh ekstrak daun katu yang dilarutkan dengan pelarut air. Apabila ekstrak yang dihasilkan memilki konsentrasi yang rendah maka dilakukan pemekatan dengan menggunakan rotary evaporator

53 Proses pengeringan ekstrak air daun katu dengan hasil terbaik menurut Eka (2012) adalah dengan metode sublimasi menggunakan freeze dryer yakni dengan membekukan terlebih dahulu bahan yang akan dikeringkan, kemudian dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan tekanan rendah sehingga kandungan air yang sudah menjadi es akan langsung menjadi uap. Kelebihan metode ini adalah karena menggunakan suhu yang relatif rendah maka cocok untuk hasil ekstraksi simplisia yang tidak stabil dengan suhu ruang, serta tidak akan mengubah tekstur dan kandungan yang ada dalam simplisia daun katu. 3.5.1.5. Perhitungan Dosis dan Pengenceran Ekstrak Air Daun Katu Berdasarkan penelitian Wiyasa (2009) tentang ekstrak tokbi (Pueraria lobata) yang mengandung isoflavon sebagai terapi dari osteoporosis akibat rendahnya estrogen di menopause, digunakan dosis sebesar 15 mg/kgbb, 30 mg/kgbb dan 45 mg/kgbb. Hasil terbaik didapat pada dosis 30 mg/kgbb. Pada penelitian ini menggunakan 3 dosis yang berbeda yaitu : Dosis I : 0 mg/kgbb atau 0 mg/ekor/hari Dosis II : 15 mg/kgbb atau 0,3375 mg/ekor/hari Dosis III : 30 mg/kgbb atau 0,675 mg/ekor/hari Dibuat stock kebutuhan katu sebanyak 40 ml dengan dosis tertinggi, kemudian dilakukan pengenceran untuk stock pada dosis yang lebih rendah dengan rumus pengenceran : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 Keterangan : M 1 = Konsentrasi dosis yang dibuat V 1 = Volume dosis yang dibuat M 2 = Konsentrasi dosis stock V 2 = Volume dosis stock

54 3.5.1.6. Pembagian Kelompok Sampel Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dan 4 ulangan, adapun pembagian kelompok perlakuan sebagai berikut : 1. Kelompok I (Kontrol negatif, induksi Prostaglandin, tanpa perlakuan) 2. Kelompok II (Kontrol positif, pemberian VCD, tanpa terapi) 3. Kelompok III (VCD + Ekstrak air daun katu 15 mg/kgbb) 4. Kelompok IV (VCD + Ekstrak air daun katu 30 mg/kgbb) 3.5.2. Pemberian Perlakuan 3.5.2.1. Pemberian VCD Pemberian perlakuan VCD adalah injeksi VCD pada hewan coba dengan spuit secara intraperitonial sesuai dengan kelompok perlakuan sebanyak 160 mg/kgbb selama 10 hari dalam 14 hari perlakuan. Metode injeksi intraperitonial sesuai dengan Kusumawati (2004) yakni di quadrant kiri bawah abdomen untuk menghindari organ organ vital. Jarum dimasukkan sejajar dengan kakinya kemudian didorong melalui dinding abdomen ke dalam rongga peritoneal. Seorang asisten diperlukan untuk membantu mengendalikan hewan karena pergerakan mendadak dapat membahayakan hewan, misal jarum mengenai organ vital di rongga abdomen. 3.5.2.2. Pemberian Prostaglandin Pemberian prostaglandin untuk mencit kelompok Kontrol (-) Negatif adalah dengan injeksi mencit dengan spuit secara intramuskular sesuai dengan

55 dosis yang telah ditentukan. Metode pemberian intramuskular pada mencit sesuai dengan Kusumawati (2004) yaitu suntikan intramuskular dilakukan di daerah kaki belakang dan muskulus yang dipilih sebaiknya muskulus quadricep dan tricep. Rasa sakit setelah penyuntikan dapat diatasi dengan teknik penyuntikan perlahan atau volume yang tidak terlalu banyak. Hal yang harus dihindari adalah adanya kemungkinan jarum mengenai pembuluh darah atau bahkan kemungkinan materi masuk ke pembuluh darah. 3.5.2.3. Pengecekan Siklus Estrus Pengecekan siklus estrus dilakukan dengan metode apusan vagina sesuai dengan Kristanti (2010) yakni : 1. Kaca objek diberi tanda sesuai dengan identitas mencit yang akan diperiksa 2. Ekor mencit betina dipegang dengan tangan kiri dan diangkat terlebih dahulu 3. Larutan NaCl diambil sedikit dengan pipet yang ujungnya telah ditumpulkan terlebih dahulu. 4. Larutan NaCl dimasukkan dengan pipet kedalam vagina, kemudian langsung dihisab kembali dengan pipet yang sama 5. Larutan hasil apusan ditunggu + 15 menit hingga kering, kemudian diwarnai dengan pewarnaan Giemsa dan ditunggu + 15 menit hingga sekiranya sel telah terwarnai

56 Hasil dari apusan vagina diamati di bawah mikroskop kemudian diinterpresentasikan fase estrus menurut Akbar (2010) yakni : Tabel 3.1. Perubahan pada Epitel Vagina selama Siklus Estrus Fase Lama Gambaran Ulas Vagina dari Berbagai Sumber Siklus Estrus Fase (jam) Dalal et al (2001) Smith & Mangkoewidjojo (1988) Nalbandov (1999) Syahrum, et al (1994) Proestrus 12, sangat sedikit berinti berinti berinti, sedikit Estrus 12 Sel tanduk makin banyak mengalami penandukan Sel berkornifi kasi bertanduk banyak Metestrus 12 Sel tanduk, lebih banyak berkornifikasi, terdapat Sel berkornifi kasi diantara bertanduk, lebih banyak Diestrus 65 Leukosit dan sel epitel berinti Leukosit dan sel epitel berinti dan berinti dan

57 Proestrus Estrus Metestrus Diestrus Gambar 3.1 Pengamatan Siklus Estrus Mencit dengan Apusan Vagina (Rasad, 2012). Hasil pengamatan dilakukan perbandingan antara mencit normal dan mencit perlakuan VCD. Menurut Wiyasa (2008), kondisi premenopause pada rodentia dapat diketahui salah satunya dengan apusan vagina yang hasilnya didominasi oleh sel epitel parabasal () dan intermedier (epitel berinti) yakni kondisi diestrus. Berdasarkan hasil apusan vagina, apabila mencit dalam keadaan premenopause maka dilakukan pemberian perlakuan ekstrak air daun katu sesuai kelompok perlakuan. 3.5.2.4. Perlakuan Ekstrak Air Daun Katu Pemberian perlakuan etanol esktrak daun katu adalah dengan injeksi mencit dengan spuit secara gavage / oral sesuai dengan kelompok perlakuan selama 30 hari. Metode pemberian oral sesuai dengan Kusumawati (2004) yakni dilakukan dengan memakai jarum yang panjangnya sekitar 10 cm dengan ujungnya yang tajam telah dimodifikasi yaitu ditambah dengan bentukan bundar untuk kemudian dimasukkan ke dalam mulut.

58 3.5.3. Pengambilan Data 3.5.3.1. Dislokasi Hewan Coba dan Pengambilan Uterus Sebelum dilakukan dislokasi dan pengambilan uterus, dilakukan pengecekan siklus estrus seperti langkah pada 3.5.2.3. Pengecekan siklus estrus bertujuan untuk memastikan keseragaman fase agar dapat dilakukan perbandingan data berat uterus dan tebal endometrium. Adapun fase siklus estrus yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase diestrus sebab merupakan fase yang mudah ditemui pada seluruh kelompok perlakuan terutama pada kelompok K+ yakni akibat pemberian VCD maka siklus estrus memanjang pada fase diestrus (perkembangan folikel preantral). Langkah yang dilakukan dalam dislokasi hewan coba dan pengambilan uterus adalah dengan dipersiapkan alat dislokasi, kemudian dibius mencit dengan dimasukkan dalam toples yang berisi kapas berkloroform. Selanjutnya dikeluarkan mencit dan diletakkan pada papan seksi dan dikeluarkan uterus dari tubuh mencit. 3.5.3.2. Penimbangan Berat Uterus Penimbangan berat uterus dilakukan dengan dicuci terlebih dahulu menggunakan NaCl 0,9% kemudian diletakkan pada kertas saring dan selanjutnya ditimbang berat basah uterus menggunakan timbangan analitik.

59 3.5.3.3. Pembuatan Preparat dan Pengamatan Histologi Uterus Pembuatan sediaan histologis uterus pewarnaan HE dengan ketebalan 6 µ dilakukan sesuai dengan metode oleh (Puspitadewi, 2007) yakni sebagai berikut : 1. Isolasi pengambilan uterus 2. Washing, pencucian dengan garam fisiologis (NaCl 0,09%) 3. Fiksasi dengan Bouin selama 24 jam 4. Washing, pencucian dengan alkohol 70% 5. Dehidrasi, pengeluaran air dengan alkohol bertingkat (80-100%) masing-masing selama 3 jam 6. Clearing, penjernihan dengan xylol selama 3 jam 7. Infiltrasi, penyusupan paraffin berseri (paraffin I, II dan III) masingmasing selama 45, 60 dan 75 menit 8. Embedding, pembenaman dalam paraffin 9. Section, pengirisan dengan tebal sayatan 6 µ 10. Affixing, perekatan pada kaca obyek dalam gliserin albumin 11. Deparafinasi, menghilangkan paraffin 12. Staining, pewarnaan 13. Mounting, penutupan dengan kaca penutup Pengambilan data tebal endometrium uterus sesuai dengan metode oleh Muchsin (2009) dengan cara mengukur tebal masing masing lapisan pada sediaan histologis uterus dari setiap ekor mencit masing masing 1 titik. 1 titik terdiri dari 5 sayatan. Setiap satu sayatan dilakukan pengamatan

60 dengan pengulangan pengukuran masing-masing 8 kali seperti pada gambar 3.2. Selanjutnya dilakukan rata rata terhadap tebal endometrium uterus. Gambar 3.2 Skema Pengukuran Tebal Endometrium. 3.5.4. Analisa Data Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah berat uterus dan tebal endometrium pada gambaran histologi. Data hasil penimbangan berat uterus dan tebal endometrium yang didapatkan kemudian diuji statistik sesuai dengan penelitian Agustini (2007) yakni diuji normalitas dan homogenitasnya dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan diuji homogenitasnya dengan Uji Homogenitas Lavene. Semua data terdistribusi normal dan homogen (α = 0,05) kemudian dianalisis dengan Uji ANOVA (Analysis of Variance) One Way α = 1%, dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16.0. Apabila terdapat perbedaan signifikan maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf signifikansi 1%. Untuk mengetahui hubungan antara berat uterus dan tebal endometrium juga dilakukan Uji Regresi Linier dan Korelasi Pearson dengan taraf signifikansi 1%.