BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala

BAB I LATAR BELAKANG

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

ABSTRACT. Key words: scabies, environment, behavior ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2014 ABSTRAK

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

HUBUNGAN HIGIENE PERSEORANGAN, SANITASI LINGKUNGAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN SKABIES PADA ANAK

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

PENGARUH EDUKASI DAN KONSELING TERHADAP ANGKA KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air

BAB I PENDAHULUAN. mencegah kesakitan dan mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit yang

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-KAUTSAR PEKANBARU

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE

PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental

HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu. faktor utama yang diperlukan dalam melaksanakan program

BAB I PENDAHULUAN prevalensi scabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95 % dan scabies

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

REFERENSI SKRIPSI. Oleh : YUDHA PRAWIRA MANDALA WIJAYA No.BP

PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QUR AN STABAT

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN DERMATITIS PADA SANTRI DI PESANTREN MODERN AL MUKHLISHIN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. xii. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga xii. Tesis WA RINA

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Masa remaja adalah periode yang signifikan pada. pertumbuhan dan proses maturasi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB IV HASIL FAKTOR IBU DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. sebagai salah satu kegiatan penelitian Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari bahasa. latinadolescere berati tumbuh menjadi dewasa. Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di

HUBUNGAN ANTARA KEBERSIHAN DIRI DAN LAMA TINGGAL DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PON-PES AL- HAMDULILLAH REMBANG

Transkripsi:

58 BAB 1 : PEMBAHASAN 1.1 Keterbatasan Peneliti Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, seperti metodologi, penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan terjadi recall bias sangat tinggi karena keterbatasan daya ingat responden. Hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan. Untuk memverifikasi hasil penelitian, peneliti juga bertanya langsung kepada temanteman dan pengasuh santri di pondok pesantren. Selain itu hasil IMT juga hanya bisa menggambarkan IMT di masa lalu dikarenakan tidak adanya data IMT pada saat kelompok kasus terkena Skabies. 1.2 Analisis Univariat 1.2.1 Status Gizi Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah status gizi santri kelompok kasus yang kurus, yakni sebesar 66,67 %. Mengenai tingginya hal ini sama dengan hasil penelitian Btari Sekar SAP pada tahun 2011 tentang hubungan hygiene perseorangan, sanitasi lingkungan dan status gizi terhadap kejadian Skabies di SD Negeri 3 Ngablak Magelang, mendapatkan hasil bahwa lebih dari separuh responden memiliki status gizi kurus yakni sebesar 87% dari jumlah responden. (18) Disamping itu untuk kelompok kontrol masih terdapat santri yang mempunyai status gizi yang kurang yakni sebanyak 23,33% Status gizi adalah suatu kondisi gizi manusia yang dihitung berdasarkan kondisi fisik manusia. status gizi yang buruk dapat menyebabkan tingkat imunitas individu

59 menurun dan akhirnya meningkatkan kejadian suatu penyakit dalam diri individu maupun komunitas. (9) Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Pertumbuhan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi. Hal ini disertai dengan pembesaran organ dan jaringan tubuh yang cepat. Perubahan hormon yang menyertai pubertas juga menyebabkan banyak perubahan fisiologis yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada remaja. Pertumbuhan yang pesat dan masa pubertas pada remaja tergantung pada berat dan komposisi tubuh seseorang. Ini menunjukkan bahwa status gizi memegang peran penting dalam menentukan status kematangan fisiologis seseorang. Status gizi dibawah normal atau adanya penyakit kronis dapat menghambat pubertas. (22) Indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator sederhana dari korelasi antara tinggi badan dan berat badan. IMT digunakan untuk mengukur ideal atau tidaknya badan dan merupakan cara pengukuran yang baik untuk menilai resiko penyakit yang dapat terjadi akibat berat badang kurang atau lebih. (23) Permasalahan gizi pada remaja pada umumnya adalah masalah perilaku gizi pada remaja, merupakan respon yang didasari oleh seberapa jauh pengetahuan tentang gizi, bagaimana perasaan dan penerimaannya berupa sikap terhadap gizi dan seberapa besar keterampilan dalam melaksanakan atau melakukan praktek gizi. Perilaku gizi yang kurang tepat dapat diubah melalui pendidikan gizi.

60 Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja efektif dilakukan di sekolah, khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat (growth spurt) setelah pertumbuhan pada masa balita. 1.2.2 Higiene perorangan Hasil penelitian didapatkan jumlah higiene perorangan santri yang kurang baik lebih dari separuh yakni 60%. Persentase higiene perorangan kurang baik paling banyak terjadi pada kelompok kasus yakni sebanyak 73,33%. Hal ini sama dengan hasil penelitian Nanda Intan Widi Apsari mengenai hubungan faktor lingkungan dan perilaku dengan kejadian Skabies di Pondok Pesanten Darul Amanah di Kebumen kabupaten Kendari, mendapatkan juga hasil yang sama yakni pada kelompok kasus higiene perorangannya sebesar 58,3% (30) Higiene perorangan merupakan suatu usaha atau tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, memperbaiki dan mempertinggi derajat kesehatan. Menjaga higiene perorangan yang baik akan menghindarkan dari berbagai macam penyakit termasuk penyakit Skabies. (37) Berdasarkan hasil analisis item higiene perorangan terutama pada kelompok kasus terlihat 80% belum mandi 2 kali sehari, dan juga 80% santri tidak mengganti spret 1 kali dalam seminggu dan semua santri yakni 100% tidak menjemur bantal dan kasur 1 kali dalam seminggu. Pakaian kotor akan menghalangi seseorang untuk terlihat sehat dan segar. Pakaian banyak menyerap keringat lemak dan kotoran yang dikeluarkan badan. Hal inilah penyebab bau badan dan perkembang biakan penyakit kulit pada manusia. (12)

61 Permasalah higiene perorangan di pondok pesantren adalah permasalahan prilaku kebersihan yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan oleh minimnya ilmu menimbulkan tindakan santri yang menjadikan penyebab masalah kesehatan. Selain itu fasilitas asrama yang belum saniter juga ikut menjadi penyumbang penyebab skabies di podok pesantren seperti jumlah air untuk mandi, lokasi mandi yang jauh dan tidak tersedianya tempat menjemurkan pakain yang memadai. Selain peran proaktif siswa untuk mengubah perilaku bersih peran dan perhatian pemilik yayasan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari fasilitas asrama juga diperlukan disamping peran tenaga kesehatan yang membina dan sebagai salah satu penyalur ilmu tentang informasi kesehatan. 1.3 Analisis Bivariat 1.3.1 Hubungan Status Gizi dengan Penyakit Skabies Hasil penelitian menunjukkan terdapat 16 pasang santri yang memiliki status gizi baik pada kelompok kontrol namun kurang baik pada kasus, serta 3 pasang santri yang memiliki status gizi kurang baik pada kelompok kontrol namun baik di kelompok kasus. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan antara keadaan status gizi dengan penyakit skabies (p=0,02), dan OR= 5,5 (95% CI = 1,55-18,30). Hal ini berarti santri yang memiliki status gizi kurus 5,5 kali lebih beresiko Skabies dibandingkan santri yang memiliki status gizi baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Btari Sekar SAP tentang hubungan status gizi, sanitasi lingkunagan dan higiene perorangan terhadap kejadian Scabies pada anak dengan nilai (P value = 0,015) dan OR = 4,7 yang bermakna responden dengan gizi kurang lebih mudah terkena Skabies dibandingkan yang mempunyai status gizi baik. (18)

62 Merujuk uji statistik yang telah dilakukan maka terdapat hubungan antara status gizi dengan Skabies karna ketika status gizi baik maka dapat meningkatkan antibodi tubuh sehingga tubuh tidak mudah terserang penyakit. Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan itu dapat dilihat dari variable pertumbuhan, jika terganggunya keseimbangan maka akan terjadi gangguan fungsi pertumbuhan. Menurut Currie dan Walton menyatakan bahwa status gizi buruk dapat menyebabkan tingkat imunitas individu menurun dan pada akhirnya dapat meningkatkan kejadian penyakit dalam diri individu maupun komunitas. (10) Marwali Harahap juga mengatakan bahwa individu yang terkena suatu penyebab penyakit / bibit penyakit, belum tentu akan menjadi sakit karena masih tergantung akan beberapa hal yakni daya tahan tubuh, genetik, status gizi, usia dan kebiasaan hidup sehat.(3) Dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapat sesuai dengan teori dan penelitian sebelumnya pada responden yang berstatus gizi kurang maka akan lebih mudah terserang penularan skabies. Dengan adanya ketahanan pangan, pengetahuan tentang makanan bergizi dan pola pendidikan yang baik maka akan mengurangi resiko menurunnya imunitas, sehingga tidak mudah terserang penyakit Skabies. (10) Untuk mengatasi masalah status gizi pada santri pondok pesantren selain upaya perbaikan kosumsi makanan, upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja efektif dilakukan di sekolah, khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat (growth spurt) setelah pertumbuhan pada masa balita

63 1.3.2 Hubungan Higiene perorangan dengan Penyakit Skabies Hasil penelitian menunjukkan 12 pasang santri yang memiliki higiene perorangan kurang baik pada kelompok kasus namun baik di kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan bermakna antara higiene perorangan dengan skabies (P=0,04) dan OR 3,0 (95% CI 0,96-0,90) hal ini menjelaskan bahwa santri dengan higiene perorangan kurang baik 3 kali lebih beresiko dibandingkan dengan santri yang mempunyai higiene perorangan baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nanda Intan Widi Apsari tentang hubungan faktor lingkungan dan perilaku dengan kejadian Skabies di Pondok Pesanten Darul Amanah di Kebumen kabupaten Kendari dengan hasil (P value = 0,00) dan OR = 3,44 (30) Menurut uji statistik yang telah dilakukan maka terdapat hubungan antara higiene perorangan dengan kejadian Skabies, hal ini hal ini bermakna bila higiene perorangan baik pada responden maka kemungkinan terkena Skabies lebih kecil karena Skabies mudah menular pada santri yang higiene perorangan kurang baik. Masjoer menyatakan kejadian skabies lebih sering dilaporkan dari tempat yang padat, lingkungan sosial ekonomi rendah, kondisi yang tidak hygienis dan orang dengan higiene perorangan yang buruk terinfeksi. (38) Higiene perorangan merupakan salah satu usaha yang dapat mencegah kejadian skabies, dikarenakan media transmisi tungau Sarcoptes Scabiei untuk berpindah tempat menyebabkan penularan secara langsung maupun tidak langsung. (39) Indan Entjang menyatakan bahwa fasilitas dan pembinaan dari petugas kesehatan sangat mendukung untuk menciptakan kesehatan sekolah terutama higiene perorangan.

64 Dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapat sesuai dengan teori penelitian sebelumnya. Pada higiene perorangan kurang baik penularan scabies akan lebih mudah terjadi. Melakukan kebiasaan seperti mengganti pakaian dan pakaian dalam setelah mandi, tidak meminjam dan memakai pakaian teman, tidak meminjam dan memakai handuk teman, mencuci tangan dengan sabun setelah beraktifitas, mengganti sprey secara teratur 1 kali seminggu dapat mengurangi resiko terkena Skabies. (38) Selain peran proaktif siswa untuk mengubah perilaku bersih peran dan perhatian pemilik yayasan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari fasilitas asrama juga diperlukan disamping peran tenaga kesehatan yang membina dan sebagai salah satu penyalur ilmu tentang informasi kesehatan.