PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR ~ TAHUN 2015 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BALI,

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

Peraturan Daerah Provinsi Bali. Nomor 7 Tahun Tentang. Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 12 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2008 T E N T A N G PRAMUWISATA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG USAHA PENYEDIAAN SARANA WISATA TIRTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 6 TAHUN 2002 (6/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA PERJALANAN WISATA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 08 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 04

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA PRAMUWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK

BUPATI BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha

WALIKOTA MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 10 TAHUN 2002 (10/2002) TENTANG PENGATURAN PRAMUWISATA DAN PENGATUR WISATA

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2008

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

5. Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 8 Tahun 2002 Seri: C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN RUANG MILIK JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENAMAAN JALAN DAN GEDUNG PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

WALIKOTA PALANGKA RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG LISENSI PRAMUWISATA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES. Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 16 TAHUN 1996 TENTANG USAHA BAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 2002 Seri: C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG KAWASAN PARIWISATA PESISIR PANTAI LASUSUA TOBAKU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK KAMPUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PASAR RAKYAT

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN USAHA HOTEL DENGAN TANDA BUNGA MELATI

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONVENSI, PERJALANAN INSENTIF DAN PAMERAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA REKREASI DAN HIBURAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAN TEMPAT BERJUALAN PEDAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

Transkripsi:

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR ~ TAHUN 2015 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang a. bahwa potensi kepariwisataan Provinsi Lampung harus dikelola dan dikembangkan guna menunjang pembangunan daerah pada umumnya dan pembangunan kepariwisataan me1alui sinergi destinasi wisata dan promosi yang berkelanjutan dengan menggerakkan seluruh sumberdaya. b. bahwa dalam menghadapi perubahan global dan penguatan hak pribadi masyarakat untuk berpartisipasi dalam usaha jasa perjalanan wisata perlu diatur dan diarahkan agar usaha jasa perjalanan wisata untuk promosi wisata dan perlindungan hukum kepada wisatawan; c. bahwa usaha jasa perjalanan wisata adalah salah satu bagian dari usaha jasa di sektor Pariwisata yang perkembangannya sangat pesat dan diminati oleh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Usaha Jasa Perjalanan Wisata; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung dengan mengubah Undang-Undang Nornor 25 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sumatera Se1atan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nornor 8) menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nornor 2688); 3. Undang-Undang Nornor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lernbaran Negara Republik Indonesia Nomor 2298); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tarnbahan Lernbarari Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah berberapa kali terakhir dengan UU No. 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 244 Tahun 2014, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam [Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2550); 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3658); 9. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011 tentang Kepariwisataan (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2011 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 359); 10. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2011 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 335); 11. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Provinsi Lampung (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2012 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 356); Dcngan PCl'llctujuan Bcrsama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG dan GUBERNUR LAMPUNG MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN DAERAH TENTANG USAHA JASA PERJALANAN W1SATA. BABI KETENTUAN UMUM Pasa11 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Lampung. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi Lampung. 2. Gubernur adalah Gubernur Lampung. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Lampung.

-3 4. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah Dinas yang menangani kepariwisataan di Provinsi Lampung. 5. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempe1ajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 6. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. 7. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan Pemerintah Daerah. 8. Kegiatan wisata adalah aktivitas untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan. 9. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah Daerah dan pengusaha. 10. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. 11. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata, 12. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang darr/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. 13. Usaha Jasa Perjalanan Wisata yang selanjutnya disingkat UJPW adalah usaha biro perjalanan wisata dan usaha agen perjalanan wisata. 14. Usaha biro perjalanan wisata meliputi usaha penyediaan jasa perencanaan perjalanan dani atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, termasuk penyelenggaraan perjalanan ibadah. 15. Usaha agen perjalanan wisata meliputi usaha jasa pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket dan pemesanan akomodasi serta pengurusan dokumen perjalanan. 16. Cabang Biro Perjalanan Wisata adalah unit usaha biro perjalanan wisata yang berkedudukan di wilayah administratif yang sarna dengan kantor pusatnya atau di wilayah administratif lain yang melaksanakan kegiatan kantor pusat. BABII ASAS DAN TUJUAN Pasal2 Pengaturan penyelenggaraan UJPW dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, kebersamaan, keterbukaan, berkeadilan dan berkelanjutan. Pasal3 Pengaturan penyelenggaraan UJPW bertujuan untuk: a. menumbuhkan dan mengembangkan usaha pariwisata daerah; b. mempromosikan dan mensinergikan destinasi wisata daerah; c. mengendalikan dan mengarahkan kegiatan usaha kepariwisataan;

-4 d. mendorong budaya lampung dan industri kreatif daerah sebagai daya tarik wisata daerah; dan e. meningkatkan kunjungan wisata dan melindungi wisatawan ke daerah. BAB III BENTUK, JENIS DAN KEGIATAN UJPW Pasal 4 (1) UJPW harus berbentuk badan hukum. (2) selain ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) UPJW juga dapat berbentuk koperasi. PasalS Jenis UJPW mencakup: a. Biro Perjalanan Wisata; dan b. Agen Perjaianan Wisata. Pasa! 6 (1) Kegiatan Biro perjalanan Wisata dan Cabang Biro Perjalanan Wisata mencakup: a. perencanaan dan penyelenggaraan perjalanan wisata dalam bentuk paket wisata; b. penyelenggaraan Paket Wisata Nasional dan Internasional; c. penyelenggaraan perjalanan ibadah agama danlatau wisata rohani; d. penyelenggaraan jasa perjalanan wisata daiam rangka mendukung kegiatan Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE); e. memberikan layanan angkutan/transportasi wisata; f. penjualan tiket angkutan darat, laut dan udara; g. penyediaan layanan pramuwisatajpemandu wisata yang berhubungan dengan paket wisata; h. pemesanan akomodasi, restoran dan tempat konvensi, atraksi wisata, kegiatan rekreasi; 1. pengurusan dokumen perjalanan; dan j. pemesanan tiket pertunjukan seni dan budaya serta kunjungan ke daya tarik wisata. (2) Kegiatan Agen Perjalanan Wisata mencakup: a. perantara penjualan paket wisata yang dikemas oleh Biro Perjalanan Wisata; b. penjualan tiket angkutan darat, laut dan udara; c. pemesanan akomodasi, restoran dan tempat konvensi, atraksi wisata dan kegiatan rekreasi; d. pengurusan dokumen perjalanan; dan e. pemesanan tiket pertunjukan seni dan budaya serta kunjungan ke daya tarik wisata.

-5 Pasa17 (1) Biro Perjalanan Wisata dapat membuka cabang dan geraijual (sales counter); (2) Pembukaan cabang dan gerai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk meningkatkan pelayanan. BAD IV PENDAFTARAN PualS (1) Usaha Biro Perjalanan Wisata, Cabang Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata harus mendaftarkan usahanya kepada Gubernur melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditunjuk. (2) Gubernur mengeluarkan Tanda Daftar Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Tanda Daftar Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didaftar ulang setiap 5 (lima) tahun. BABV TATA CARA PENDAFTARAN USAHA Pasal 9 (1) Perrnohonan pendaftaran UJPW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) ditujukan kepada Gubernur melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditunjuk. (2) Pendaftaran UPJW tidak dikenakan biaya. (3) Persetujuan permohonan pendaftaran UJPW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya permohonan. Pasal 10 (1) Syarat minimum permohonan pendaftaran UPJW paling tidak me1iputi: a. Akte pendirian badan hukum; b. Rencana kerja/kegiatan tahunan; c. Ketersediaan sumber daya; d. Bukti keanggotaan asosiasi bidang kepariwisataan daerah. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan syarat-syarat permohonan pendaftaran UJPW lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dengan Peraturan Gubernur,

-6 BABVI KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 11 (1) Penyelenggara UJPW wajib: a. memberikan perlindungan kepada wisatawan; b. menggunakan pramuwisata yang bersertifikasi dan memiliki Kartu Tanda Pengenal Pramuwisata; b. Mensinergikan destinasi wisata daerah melalui paket wisata yang ditawarkan; c. d. Mempromosikan industri kreatif dan budaya daerah; memberdayakan sumber daya yang tersedia di daerah; e. bekerjasama dengan pelaku usaha jasa pariwisata yang rnemiliki tanda daftar usaha; f. mencegah dampak sosial yang merugikan masyarakat; g. menyampaikan laporan kegiatan usaha setiap 6 (enam) bulan sekali; j. menjaga dan mentaati nilai-nilai moral, etika dan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat; (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) huruf g, diatur diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. Pasa!12 (1) UJPW wajib bergabung dengan salah satu wadahzasosiasi usaha pariwisata di daerah. (2) Wadah/asosiasi UJPW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k, wajib menegakkan kode etik. (1) UJPW dilarang: Pasa! 13 a. menggunakan tenaga kerja warga negara asing tanpa ijin; b. menggunakan warga negara asing sebagai pramuwisata; c. menggunakan tenaga kerja dibawah umur; d. memindahtangankan Tanda Daftar Usaha kepada pihak lain tanpa ijin Gubernur; dan e. membebankan biaya perjalanan wisatawan kepada pramuwisata. (2) Perorangan dan Badan Usaha yang tidak terdaftar sebagai UJPW dilarang melakukan kegiatan UJPW. Pasal14 (1) Biro Perjalanan Wisata agar rnelakukan kegiatan promosi dan pemasaran paket wisata baik di dalam maupun di luar negeri.

-7 (2) Biro Perjalanan Wisata dari luar Daerah yang akan menyelenggarakan kegiatan di dalam Daerah wajib bekerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata di Provinsi Lampung. (3) Biro Perjalanan Wisata luar negeri yang akan menyelenggarakan kegiatan di dalam Daerah wajib merrunjuk dan bekerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata yang ada di Daerah sebagai mitra kerja, dan dalam me1aksanakan kegiatannya tunduk kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 15 (1) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian UJPW dilakukan oleh Gubernur me1a1ui satuan kerja yang membidangi urusan kepariwisataan. (2) Gubernur dalam meiaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), membentuk Tim. ~ (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Gubernur. (4) DaIam rangka pembinaan, pengawasan dan pengendalian usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Tim dapat meiakukan pemeriksaan ditempat usaha. Pasal16 (1) Dalam rangka pembinaan, pemerintah daerah wajib meningkatkan upaya promosi dan sinergi destinasi pariwisata daerah. (2) Membangun strategi lintas sektoral kepariwisataan daerah. (3) Me1akukan upaya peningkatan kapasitas sumberdaya rnanusia di bidang kepariwisataan melalui pendidikan dan pelatihan. (4) Memberikan jaminan perlindungan dan keamanan serta infrastruktur yang menjamin kelancaran dan kenyamanan. BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal17 (1) Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan dan pengendalian terhadap UJPW. (2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa penyampaian laporan dan informasi kepada Dinas. BABIX SANKSI ADMINISTRATIF Pasal18 (1) Setiap penyelenggaraan UJPW yang beroperasi tanpa Tanda Daftar Usaha "eb<t!>"imana dimaksud dulurn P,,.,,,,J 8 ayat (I), dikenakan sanksi administratif berupa penutupan tempat usaha.

-8 (2) Setiap penyelenggara UJPW yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dikenakan sanksi administratif berupa penutupan tempat usaha. (3) Setiap pengusaha UJPW dari luar daerah yang melanggar ketentuan dalam Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3), dikenakan sanksi administratif berupa peringatan dan menghentikan kegiatannya. Tanda Daftar usaha dicabut apabila: BABX PENCABUTAN TANDA DAFTAR USAHA Pasal 19 a. pengusaha tidak meneruskan kegiatan usahanya; b. tidak memenuhi kewajibannya untuk mendaftar ulang setiap 5 (lima) tahun sekali; c. tidak menjalankan usahanya se1ama 2 (dua) tahun berturut-turut atau tidak memberikan laporan empat kali berturut-turut; d. terbukti melakukan pelanggaran yang berkaitan dengan kegiatan usahanya; e. terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12; dan f. terbukti me1akukan pe1anggaran peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan kegiatan usahanya. BABXI KETENTUAN PENYIDIKAN Pasa120 (1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Provinsi Lampung. (2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk: a. menerima laporan pemeriksaan atau pengaduan berkenaan tindak pidana di bidang UJPW; b. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau pengaduan berkenaan tindak pidana di bidang UJPW; c. melakukan pemanggilan terhadap perseorangan atau badan usaha untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau sebagai saksi dalam tindak pidana di bidang UJPW; d. melakukan pemeriksaan terhadap perseorangan atau badan usaha yang diduga melakukan tindak pidana di bidang UJPW;

-9 e. memeriksa tanda pengenal seseorang yang tindak pidana di bidang UJPW; f. melakukan penggeledahan dan penyitaan bidang UJPW; berada di tempat terjadinya barang bukti tindak pidana di g. meminta keterangan atau bahan bukti dari perseorangan atau badan usaha sehubungan dengan tindak pidana di bidang UJPW; h. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan; i. membuat dan menandatangani berita acara; dan j. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana di bidang UJPW. (3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui Penyidik Kepolisian Republik Indonesia. DAB XII KETENTUAN PIDANA Pasa121 (1) Setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan dalam Pasal 11 dan Pasal 13 diancam pidana paling lama 6 (enam) bulan dari/atau denda sekurang-kurangnya Rp 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) dan sebanyak-banyaknya Rp 50.000.000,- (lima puluhjuta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran, (3) Selain sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (I), dapat juga dikenakan sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BABXIII KETENTUAN PERALIHAN Pasai22 (1) Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak diundangkannya Peraturan Daerah im, penyelenggara UJPW yang telah memiliki ijin usaha sebe1um diundangkannya Peraturan Daerah ini harus mendaftarkan ijin usahanya pada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditunjuk untuk diadakan penyesuaian. (2) Ketentuan lebih Ianjut secara teknis yang beium diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur dalam Peraturan Gubernur, yang ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

-10 BAS XIV KETENTUAN PENUTUP Pasa! 23 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini, dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Lampung. Ditetapkan di Telukbetung pada tanggal '7 -Desember2015 GUBERNUR LAMPUNG, Diundangkan di Te1ukbetung pada tanggal? -Desember- 2015 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI LAMPUNG, Ir. ARINAL DJUNAIDI Pembina Utama NIP. 195606171985031005 NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG (4/2015) LEMBARAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG TABUN 2015 NOMOR.

-10 BAB XIV KETENTUAN PENUTUp Pasa! 23 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini, dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Lampung. Ditetapkan di Telukbetung padatanggal 7 -Desember2015 GUBERNUR LAMpUNG, M. RI Diundangkan di Telukbetung padatanggal? -Desember- 2015 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI LAMPUNG, Ir. ARINAL DJUNAIDI Pembina Utama NIP. 195606171985031005 NOMOR REGISTER I"ERATURAN DAERAH PROVINBI LAMPUNC (4/~01S) LEMBARAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 NOMOR.

-10 BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Peraturan Daerah ini mulai beriaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini, dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Lampung. Ditetapkan di Telukbetung padatanggal" -Desember2015 GUBERNUR LAMPUNG, M. RI Diundangkan di Telukbetung pada tanggal Z -Desember -20 IS SEKRETARIS DAERAH PROVINSI LAMPUNG, Ir. ARINAL DJUNAIDI Pembina Utama NIP. 19560617 198503 1 005 NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG (4/2015) LEMBARAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 NOMOR.

-11 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR ~ TAHUN 2015 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN W1SATA I. UMUM Propinsi Lampung mempunyai potensi pariwisata yang sangat luar biasa, namun belum dikembangkan secara maksimal untuk meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. Potensi pariwisata daerah mempunyai nilai ke-ekonomi-an yang sangat tinggi yang dapat dikembangkan menjadi industri pariwisata untuk mendukung pembangunan daerah. Pengelolaan potensi pariwisata daerah dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundangan baik diterbitkan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah. Aspek penting yang perlu ditekankan pada upaya pengembangan dan penumbuhan industri pariwisata daerah antara lain adalah aspek promosi dan sinergi destinasi wisata daerah. Ketentuan daerah yang mengatur tentang kepariwisataan adalah a) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011 tentang Kepariwisataan, dan b) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Provinsi Lampung. Sehubungan dengan hal tersebut maka substansi pengaturan peraturan daerah ini tidak dapat dilepaskan dari dua peraturan tersebut. Tujuan yang dirumuskan Peraturan Daerah ini adalah: a. Menumbuhkan dan mengembangkan usaha pariwisata daerah; b. Mempromosikan dan mensinergikan destinasi wisata daerah; c. Mengendalikan dan mengarahkan kegiatan usaha kepariwisataan; d. Mendorong budaya lampung dan industri kreatif daerah sebagai daya tarik wisata daerah; e. Meningkatkan kunjungan wisata dan melindungi wisatawan ke daerah. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, maka peran Usaha Jasa Perjalanan Wisata (UPJW) dapat didayagunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas. UPJW yang terdiri dari Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata adalah usaha ekonomi yang dilakukan oleh suatu badan usaha atau perorangan untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatannya dalam menangani para wisatawan baik domestik maupun internasional yang datang berkunjung ke Lampung. Sebagai suatu bentuk usaha ekonomi, dalam rangka tertib pelaksanaannya, maka keberadaan Usaha Jasa Perjalanan Wisata yang terdapat di Provinsi Lampung perlu diatur dalam suatu peraturan perundangan-undangan berupa Peraturan Daerah yang mengatur hak dan kewajiban serta sanksi bagi yang melakukan pelanggaran. Hal ini disebabkan tidak semua usaha yang bergerak di bidang Jasa PeIjalanan Wisata yang beroperasi di Provinsi Lampung, memahami potensi Lampung sebagai daerah tujuan wisata yang dapat digali dan dikembangkan sebagai modal usaha di bidang jasa perjalanan wisata dan cara untuk melestarikan dan menjaga citranya. Para wisatawan yang datang ke Larnpung ingin mendapatkan pelayanan yang memadai dan informasi yang benar tentang daerah Lampung, dimana pelayanan pemberian informasi terhadap potensi wisata Lampung bisa didapatkan melalui Usaha Jasa Perjalanan Wisata ini. Untuk dapat melakukan kegiatan menangani wisatawan dengan baik, maka setiap Usaha Jasa Perjalanan Wisata wajib mendaftarkan usahanya kepada Pemerintah Provinsi Lampung dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

-12 II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Ayat (1) Yang dimaksud dengan "Gerai.Jual" atau "Sales Counter" adalah unit usaha Biro Perjalanan Wisata yang hanya melakukan bagian tertentu untuk memperlancar pelayanan kepada para wisatawan. Ayat (2) Pasal8 Ayat II) Ayat (2) Yang dimaksud dengan "Tanda Daftar Usaha" adalah Tanda Daftar yang dike1uarkan oleh Gubernur atau pejabat yang ditunjuk untuk melakukan kegiatan usaha Biro perjalanan Wisata, Cabang Biro Perjalanan Wisata danlatau Agen Perjalanan Wisata. Ayat (3) Yang dimaksud dengan "Daftar Ulang Usaha" adalah pendaftaran yang harus dilakukan oleh pemegang Tanda Daftar Usaha untuk memantau keberlangsungan usaha yang dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali. Pasal9 Pasal 10 Pasal 11 Ayat (1) Hurufa Yang dimaksud dengan "memberikan perlindungan kepada wisatawan" adalah jaminan keselamatan dan keamanan selama wisatawan yang bersangkutan berada di Lampung. Hurufb Hurufc Hurufd Cukup jelas,

-13 Hurufe Yang dimaksud dengan "bekerjasama dengan komponen usaha jasa pariwisata" adalah kerjasama dengan usaha jasa lainnya yang sudah terdaftar atau mempunyai ijin. Huruff Hurufg Hurufh Hurufi Hurufj Yang dimaksud dengan "mentaati nilai-nilai budaya adalah nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Lampung dalam kesehariannya. Hurufk Hurufl Yang dimaksud dengan "memberikan perlindungan kepada Pramuwisata" adalah jaminan keselamatan dan kesehatan kerja selama yang bersangkutan melaksanakan tugasnya sebagai pramuwisata berupa asuransi. Pasal 12 Ayat (1) Hurufa Hurufb Hurufc Huruf d Hurufe Yang dimasud dengan "biaya tour" adalah biaya-biaya yang ditimbulkan selama tour dilaksanakan. Ayat (2) Pasal 13 Pasa! 14 Pasal 15 Pasal16 Pasal17

-14 Pasal18 Cukup jelas, Pasal19 Pasal20 Pasal21 Pasal22 Pasal23 Cukup jelas, Cukup jelas, Cukup je1as. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR.