BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) (Studi Tentang Aspek Kelembagaan Di BMT SUMBER USAHA Tengaran, Semarang)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

LEMBAGA KEUANGAN JASA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk. badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak pihak yang meyakini bahwa usaha kecil menengah (UKM) mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang melekat pada konsep (build in concept) dengan berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi liberalisasi industri perbankan. Para ulama waktu itu telah berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi Islam menghendaki terjadinya transaksi-transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syari ah, terutama perbankan syari ah. Demikian pula Baitul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Implementasi Akad MMQ pada Pembiayaan Modal Kerja Perspektif Hukum Ekonomi Syariah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syari ah. Peran

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Islam sebagai Agama yang lengkap dan sempurna telah

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi dengan tujuan

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB II LANDASAN TEORI. UNS, 2009), Evaluasi Penerapan Prinsip Syariah pada Praktik

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal muamalah, selain hubungan sesama manusia yang bersifat keduniaan juga

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. dan universal yang mengatur semua aspek, baik sosial, ekonomi, dan politik

BAB I PENDAHULUAN. Kesempurnaan Islam diantaranya mengatur tentang syariat atau hukum,

Materi 4 Perkembangan Lembaga Bisnis Syariah. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ekonosia, 2003, h Heri Sudarsono, Bank dan lembaga keuangan Syariah, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan hilangnya semangat nilai-nilai etika religius

BAB I PENDAHULUAN. koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas. kekeluargaan (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179).

BAB I PENDAHULUAN. integral dan komprehensif, sehingga prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam mengacu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, masalah kekurangan modal. globalisasi saat ini masyarakat mudah memperoleh modal untuk memulai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. ini. Hal ini tidak terlepas dari keinginan umat Islam di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain,

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

Transkripsi:

0 BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) (Studi Tentang Aspek Kelembagaan Di BMT SUMBER USAHA Tengaran, Semarang) SKRIPSI Disusun Dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Islam dan Sarjana Hukum PadaProgram Double Degree (Twinning Programe) Fakultas Agama Islam dan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta ANIK SURYANTI I 000 000 066 / C 100 000 334 TWINNING PROGRAME UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah telah menjadikan manusia saling membutuhkan satu sama lain, agar manusia saling tolong menolong, tukar menukar keperluan untuk dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya, baik dalam jual beli, sewa menyewa, bercocok tanam, maupun cara lain yang diridhoi oleh Allah SWT. Untuk menjaga keteraturan muamalat yang dilakukan oleh hambanya, Allah memberikan peraturan dalam bermuamalat. Hukum Islam yang mengatur manusia dengan manusia lain, benda dan alam semesta disebut hukum muamalah. 1 Dalam bidang muamalah hukum asal semua perbuatan adalah kebolehan (jaiz= halal), kecuali hal-hal yang jelas dilarang yaitu maysir, gharar, dan riba. 2 Salah satu asas bermuamalah ialah tolong menolong, berdasarkan perintah Allah SWT dalam Firman-Nya pada QS. Al Maidah ayat 2) yang artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa. 3 Berdasarkan pada ayat Al Qur'an di atas kiranya dapat dipahami bahwa tolong menolong dalam kebaikan dan dalam ketakwaan dianjurkan oleh Allah 1 Faturrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syariah, PT. Citra Aditya Bakti, BandungL 2001: hal 26. 2 Juzmaliani, dkk. Bisnis Berbasis Syariah. Bumi Aksara, Jakarta: 2008, hal 184. 3 Al Qur an dan Terjemahnya, Depag. Republik Indonesia, CV. J-ART, Bandung: 2005, hal. 107 1

2. Koperasi merupakan salah satu bentuk tolong menolong, kerja sama dan saling menutupi kebutuhan, dan tolong menolong kebajikan adalah salah satu wasilah mencapai ketakwaan yang sempurna (haqatuqatih) tentang hukum koperasi dalam Islam dinyatakan oleh sebagian ulama menganggap bahwa koperasi disebut juga dengan (Syirkah ta awuniyah/persekutuan tolong menolong. Menurut Masifuk Zuhdi di dalam koperasi terdapat unsur akad mudhorobah, yakni suatu perjanjian kerja sama antara dua orang atau lebih, yang satu menyediakan modal usaha, sedangkan lainnya melakukan usaha atas dasar profit sharing (membagi keuntungan) menurut perjanjian. 4 Didalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Ahmad dari Anas bin Malik r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW yang artinya: Tolonglah saudaramu yang menganiaya dan yang dianiaya, sahabat bertanya ya Rasulullah aku dapat menolong orang yang dianiaya tapi bagaimana menolong yang menganiaya? Rasul menjawab : kamu tahan dan mencegahnya dari menganiaya itulah arti menolong daripadanya. Hadist tersebut dapat dipahami lebih jauh (luas), yaitu umat Islam dianjurkan untuk menolong orang-orang yang ekonominya lemah (miskin) dengan cara berkoperasi dan menolong orang kaya jangan sampai mengisap darah orang miskin, seperti dengan cara mempermainkan harga, menimbun barang, membungakan uang dan cara yang lainnya. 5 Pendapat mengenai hukum bunga bank yang dikeluarkan oleh Majelis Tarjih PP Muhammadiyah No. 8 Tahun 2003 dan Majelis Ulama Indonesia 4 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, PT. Grafindo Persada. Jakarta: 2007, hal 150. 5 Fuad Mohd. Fachruddin. Riba dalam Bank, Koperasi, Perseroan dan Asuransi, PT. Al Ma arif, Bandung: 1987, hal 171.

3 (MUI) No. 1 Tahun 2004 yang isinya menyatakan dengan jelas bahwa bunga bank adalah hukumnya haram. Selanjutnya dalam putusan Fatwa MUI disebutkan untuk wilayah yang sudah ada kantor transaksi yang didasarkan perhitungan bunga, tetapi apabila dalam wilayah yang belum ada kantor / jaringan lembag keuangan Islam dibolehkan melakukan transaksi di lembaga keuangan konvensional berdasarkan prinsip dharurat/hajat. 6 Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya. 7 Digolongkan ke dalam dua golongan besar yaitu Lembaga keuangan Bank dan lembaga keuangan bukan Bank. 8 Dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu lembaga keuangan sistem konvensional dan lembaga keuangan syariah. Perbedaan pokok antara kedua jenis lembaga itu ialah dalam hal penentuan harga, baik untuk harga jual maupun harga beli. Penentuan harga dalam perbankan konvensional selalu didasarkan pada bunga, sedangkan bank syariah berdasarkan kepada konsep Islam yaitu kerja sama adalah skema bagi hasil, baik untung maupun rugi. 9 Fatwa MUI mengenai bunga bank memiliki peran strategis sebagai salah satu instrumen bagi penciptaan iklim yang kondusif. Mengingat perbankan syariah nasional masih merupakan industri baru yang sedang 6 Fatwa-fatwa MUI No. 1 tahun 2004 tentang Bunga (Intersat / Faidah) 7 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cet. 6, 2002, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal: 2). 8 Achwan, Herry Tjahjono, Totok Subjakto, Sistem Keuangan, Bank Indonesia, Jakarta, 1993, hal: 2. 9 Kasmir, Op.cit. hal 37.

4 berada dalam masa pertumbuhan, maka iklim yang kondusif merupakan syarat penting bagi pengembangannya. 10 Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dari tahun ke tahun terus menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan. Salah satu wujud dari pesatnya perkembangan ekonomi syariah adalah dengan berkembangnya perbankan yang berdasarkan syariah. Kemunculan perbankan syariah semakin menguat tatkala dalam kondisi krisis ekonomi perbankan konvensional mengenai keterpurukan sementara perbankan syariah tetap bertahan. 11 Sehatnya perekonomian suatu bangsa ditandai dengan majunya ekonomi rakyat yang sebagian besar adalah pengusaha kecil. Hampir semua pengusaha kecil adalah beragama Islam. Oleh karena itu, sudah saatnya bank syariah mengurus pengusaha kecil dan menengah ini dengan serius, agar dampaknya dirasakan langsung oleh rakyat. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat link (jaringan) antara bank-bank umum syariah atau unit usaha syariah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT-BMT). Di sinilah letak pentingnya jiwa dan semangat dari ayat Al Qur'an yang menyuruh untuk tolong menolong dalam kebaikan. Memang harus diakui, bahwa sulit bagi bank umum untuk mengurus pengusaha-pengusaha kecil yang banyak, karena terlalu mahal bagi bank umum untuk menjangkaunya, mengingat penyebarannya yang sangat luas hingga ke berbagai pelosok Indonesia. Oleh karena itu Bank BPRS masih juga merasa mahal, maka dapat diberikan BMT-MBT untuk mengurusnya. 12 10 Wawan Andy dkk, Prospek Bank Syariah, Pasca Fatwa MUI, Suara Muhammadiyah, Yogyakarta: 2005, hal: 73. 11 Ibid, hal. 39. 12 Ibid, hal. 55.

5 Dalam kondisi yang demikian inilah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro berbasis syariah muncul dan mencoba menawarkan solusi bagi masyarakat kelas bawah 13 mungkin untuk lebih tepatnya disebut dengan lembaga keuangan syariah (LKS) yaitu organisasi ekonomi yang operasionalnya berdasarkan syariah Islam. 14 Sebagai lembaga keuangan mikro bergerak dalam kegiatan usaha menghimpun dan menyalurkan dana dari masyrakat, namun secara yuridis bertentangan dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pada Pasal 16 (1) bahwa kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan hanya dapat dilakukan oleh Bank Umum atau BPR. Disisi kelemahannya, BMT memiliki arti penting bagi pembangunan ekonomi berwawasan syariah, BMT merupakan lembaga keuangan yang berpedoman Al Qur an dan Hadist, berbasis kerakyatan dengan pemberdayaan usaha kecil dan menengah, serta langsung bersinggungan dengan masyarakat di perkampungan dan desa-desa, sehingga dapat mengentaskan kemiskinan dengan pengembangan kewirausahaan dan pelayanannya yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan membuat BMT cepat populer. Namun realitas keberadaannya ini masih belum selaras dengan tatanan hukum yang ada. Masalah utamanya adalah faktor kelembagaan yang sering menjadi kendala, belum diatur secara spesifik sampai saat ini menyatakan dirinya sebagai koperasi artinya secara Badan Hukum tunduk pada Undang-undang Perkoperasian. Sebagai koperasi simpan pinjam harus mampu memenuhi 13 Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, ISES, Yogyakarta, Juli 2008. hal xvi. 14 A. Djuzali dan Yadi Januari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengantar), UII, Press, 2002, hal. 4.

6 persyaratan legalitas sebagai koperasi seperti anggaran dasar, keanggataan, permodalan, tata organisasi, dan cara kerja lainnya. 15 Menurut Karnaen A. Perwataatmadja Baitul Mat Wal Tamwil dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau koperasi. 16 Sedangkan menurut RT Sutaniya Raharja Hadikusumo, koperasi merupakan suatu kumpulan/organisasi ekonomi yang beranggotakan orangorang/badan-badan yang memberi kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota. Menurut Peraturan yang ada dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. 17 Landasan hukum koperasi adalah Undang-undang No 12 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian yang diganti dengan UU No. 25 tahun 1992 tentang koperasi. BMT mengambil bentuk hukum koperasi adalah menurut Prakarsa sendiri, yaitu karena desakan kebutuhan praktis yaitu untuk memperoleh payung hukum, dan bukan karena adanya dasar hukum yang menentukan atau mengharuskannya demikian, sebab dasar peraturan tentang BMT memang belum ada, 18 maka diperlukan kebijakan tepat bagi BMT demi kepastian hukum sebagai landasan peraturan hukum yang kokoh dan memperkuat kedudukan hukum serta jaminan perlindungan dalam pengembangan usahanya 15 Ahmad Sumiyanto, Ibid., hal xvi. 16 Karnaen A. Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia. Depok: Usaha Kami, 1996, hal. 216. 17 RT. Sutantya Raharja Hadikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 2000, hal. 4. 18 M. Muhtarom, problema yuridis Lembaga Keuangan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dalam perspektif sistem hukum lembaga keuangan di Indonesia. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Hukum Minat Utama Hukum Bisnis Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2004. hal. 78

7 sebagai kelompok kecil yang tumbuh dari bawah dengan pesat sebagai lembaga ekonomi rakyat, guna memberikan rasa aman kepada para pihak yang terkait di dalamnya sehingga kepercayaan masyarakat dapat terjaga dan terindikasi tumbuh dan berkembang BMT bisa lebih jauh lagi. Jadi segala upaya untuk menjamin kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada pihak terkait di sebut perlindungan hukum. 19 BMT Sumber Usaha Tengaran Semarang merupakan salah satu LKS yang menghadapi permasalahan seperti uraian di atas, meskipun berjalan sebagai koperasi BMT tetapi kenyataan operasionalnya maish bersifat rancui seperti layaknya sebuah perbankan syariah. Guna mengetahui kejelasan kelembagaan dan perlindungan terhadap para anggota BMT Sumber Usaha Tengaran, Semarang yang terkait dengan adanya kepastian hukum yang mengaturnya maka penulis tertarik untuk meneliti dan menyusun skripsi dengan judul Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) (Studi tentang Aspek Kelembagaan di BMT, Sumber Usaha Tengaran Semarang). B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mengangkat dua permasalahan guna dibahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu: 1. Bagaimana aspek kelembagaan Baitul mal wat tamwil di BMT Sumber Usaha Tengaran Semarang? 19 Jurnal Reformasi Hukum Vol. V. No. 2. Uli Deember oleh Azhar Usman, dalam Tulisannya yang berjudul Perlindungan Hukum Dalam Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri, Jurnal Mimbar Ilmiah Hukum Universitas Islam Jakarta.

8 2. Bagaimana pengaturan kelembagaan Baitul mal wat tamwil di BMT Sumber Usaha Tengaran Semarang? C. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan aspek kelembagaan Baitul mal wat tamwil di BMT Sumber Usaha Tengaran Semarang. 2. Untuk mendeskripsikan pengaturan kelembagaan Baitul mal wat tamwil di BMT Sumber Usaha Tengaran Semarang dalam hukum positif. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Memberikan masukan kepada masyarakat luas mengenai seluk beluk lembaga keuangan Islam khususnya BMT, sehingga dapat diperoleh pengetahuan yang cukup guna memanfaatkan lembaga keuangan Islam yang ada. 2. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam menerapkan teori yang diperlajari penulis, sehingga dapat memperluas wawasan dan pengetahuan penulis, khususnya dalam bidang hukum lembaga keuangan Islam.

9 3. Memberikan sumbangan pemikiran dan sumber informasi bagi masyarakat dalam bidang lembaga keuangan Islam, khususnya mengenai aspek kelembagaan BMT di BMT Sumber Usaha Tengaran Semarang. E. Metode Penelitian Penelitian merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam menyusun skripsi ini, dan sesuatu yang berkaitan dengan pokok permasalahan di perlukan suatu pedoman atau metode penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Metode pendekatan Pendekatan dilakukan berdasarkan pada penelitian hukum dengan menggunakan pendekatan doktrinal (normative), pendekatan doktrinal digunakan karena dalam penelitian ini hukum dikonsepkan sebagai undang-undang yang berlaku / hukum positif, 20 sedangkan hukum Islam dikonsepkan sebagai asas hukum yang ideal. Jadi, dalam penyusunan skripsi ini digunakan pendekatan doktrinal, khususnya yang berupa penemuan hukum in concreto dan asas-asas hukum. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Sumber Usaha Tengaran Semarang. Penentuan lokasi ini didasarkan 20 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum Suatu Penganar. Jakarta: Grafindo Persada, 2003, hal. 91.

10 pada pertimbangan bahwa BMT Sumber Usaha Tengaran Semarang letaknya sangat strategis dan dekat dengan peneliti. 3. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif, karena dalam penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan atau menggambarkan memaparkan secara jelas mengenai obyek yang diteliti khususnya aspek kelembagaan di BMT Sumber Usaha Tengaran Semarang, baik dari sudut pandang hukum Islam maupun hukum positif Indonesia (UU No. 25 Tahun 1992). 4. Sumber Data a. Data Sekunder Data ini merupakan data yang berasal dari bahan-bahan pustaka. Khususnya dari anggaran dasar dan anggaran dasar rumah tangga dari baitul mal wat tamwil Sumber Usaha Tengaran Semarang. Serta dokumen-dokumen lain yang mendukung. b. Data Primer Data ini merupakan sejumlah keterangan-keterangan dan faktor yang diperoleh dari anggota,pendiri serta pengurus Baitul Mal Wat Tamwil Sumbe Usaha Tengaran Semarang melalui wawancara dengan pihak-pihak yang dipandang mengetahui objek yang diteliti. 5. Metode Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan

11 Adalah metode pengumpulan data dengan jalan menggali atau mempelajari data dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku atau literatur, peraturan perundang-undangan, yaitu berkaitan dengan masalah yang diteliti. b. Wawancara Adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan komunikasi langsung dengan responden, yaitu pihak pendiri, pengurus dan anggota baitul mal wat tamwil Sumber Usaha Tengaran Semarang. 6. Metode Analisa Data Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode normative kualitatif karena penulis bertitik tolak dari norma positif dan asas hukum yang berasal dari hukum Islam. Caranya dengan mengolah asas-asas hukum yang ada lalu menggolongkannya, kemudian permbahasannya dilakukan dengan pengkorelasian hukum positif yang berasal dari peraturan perundang-undangan dengan data yang diperoleh, sehingga pada tahap akhirnya dapat ditemukan hukum in concreto dan asas-asas hukumnya dan kemudian ditarik kesimpulan akhir secara deduktif. F. Sistematika Skripsi Untuk mendapat gambaran jelas mengenai arah skripsi ini, maka secara global dapat digambarkan sistematika skripsi ini sebagai berikut:

12 Bab I Pendahuluan. Bab ini dibahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II Landasan Teori. Bab ini dibahas tentang tinjauan umum tentang Baitul Mal Wat Tamwil, Koperasi, Syirkah. Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini dibahas tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang Aspek dan Pengaturan Kelembagaan BMT Sumber usaha Tengaran Semarang. Bab IV. Penutup. Berisi tentang kesimpulan dan saran.