ABSTRAK ANALISIS KUALITATIF FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG DIJUAL DI UNIT PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN Fitria Hidayah 1 ; Noor Aisyah 2 ; Aditya Maulana P.P 3 Ikan asin adalah ikan yang diolah menggunakan garam untuk mengawetkan sehingga tidak terjadi pembusukan. Penggunaan formalin sebagai pengawet ternyata telah disalahgunakan dalam industri makanan seperti halnya pada pengolahan ikan asin. Formalin dalam tubuh dapat menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengkunsumsi akan muntah, diare bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya formalin pada ikan asin yang dijual di Unit Pasar Sektor II Kecamatan Banjarmasin Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Analisis kualitatif formalin pada ikan asin dilakukan dengan menggunakan metode konvensional dengan larutan Ag(NH 3 ) 2 dan larutan KMnO 4 0,1 N. Penelitian sampel dilakukan di laboratorium kimia Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 40 sampel ikan asin yang terdapat di Unit Pasar Sektor II Kecamatan Banjarmasin Selatan, yang terdiri dari 14 sampel ikan asin telang, 11 sampel ikan asin peda, dan 15 ikan asin selungsungan/bilistawa bahwa semua sampel positif mengandung formalin. Kata Kunci: Analisis Kualitatif, Formalin, Ikan Asin
ABSTRACT QUALITATIVE ANALYSIS OF FISH FORMALDEHYDE ASIN UNIT SOLD IN THE MARKET SECTOR II SOUTH DISTRICT BANJARMASIN Fitria Hidayah 1 ; Noor Aisyah 2 ; Aditya Maulana P.P 3 Salted fish is a fish that is processed using salt to preserve so there is no decay. Formaldehide as apreservatif often misuse in food industries, such as in the processing of salted fish. In our body, formaldehide can make gastritis, alergic, carcinogenic (cancer causal), mutagenic (change of cell function causal), and if people eat that, they will vomit, dicentry, and death that cause of blood circulation failure. Therefore, the research aimed to determine the presence or absence of formalin on salted fish sold in the Market Sector Unit II District of Southern Banjarmasin. This study is a descriptive study. Qualitative analysis of formaldehyde in refined salted fish with conventional method use to Ag(NH 3 ) 2 solution and 0.1 N KMnO 4 solution. This research doat chemistry laboratory Academy of Pharmacy ISFI Banjarmasin. Based on the research that has been done, of 40 samples of salted fish contained in the Market Sector Unit II District of Southern Banjarmasin, consisting of 14 samples of salted fish telang, 11 samples of salted fish peda, and 15 samples of salted fist selungsungan/bilistawa that all positive samples contain formaldehyde. Keyword: Qualitative Analysis, Formaldehyde, Salted Fish
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, salah satu caranya adalah dengan pembuatan ikan asin (Suhartini dan Hidayat, 2005 cit. Hastuti, 2010, hal 132). Pengolahan ikan asin adalah cara pengawetan ikan yang telah kuno, tetapi saat kini masih banyak dilakukan orang di berbagai negara. Di Indonesia, bahkan ikan asin masih menempati posisi penting sebagai salah satu bahan pokok kebutuhan hidup rakyat banyak. Meskipun ikan asin sangat memasyarakat, ternyata pengetahuan masyarakat mengenai ikan asin yang aman dan baik untuk dikonsumsi masih kurang. Buktinya ikan asin yang mengandung formalin masih banyak beredar dan dikonsumsi, padahal dampaknya sangat merugikan kesehatan. Formalin digunakan karena dapat memperpanjang keawetan ikan asin (Hastuti, 2010). Formaldehid yang lebih dikenal dengan nama formalin ini adalah salah satu zat tambahan makanan yang dilarang. Meskipun sebagian banyak orang sudah mengetahui terutama produsen bahwa zat ini berbahaya jika digunakan sebagai pengawet, namun penggunaannya bukannya menurun namun malah
semakin meningkat dengan alasan harganya yang relatif murah dibanding pengawet yang tidak dilarang (Hastuti, 2010). Formalin sebenarnya bukan merupakan bahan tambahan makanan, bahkan merupakan zat yang tidak boleh ditambahkan pada makanan. Memang orang yang mengkonsumsi bahan pangan (makanan) seperti tahu, mie, bakso, ayam, ikan dan bahkan permen, yang berformalin dalam beberapa kali saja belum merasakan akibatnya. Tapi efek dari bahan pangan (makanan) berformalin baru bisa terasa beberapa tahun kemudian. Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lendir saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Di dalam tubuh cepat teroksidasi membentuk asam format terutama di hati dan sel darah merah. Pemakaian pada makanan dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia, yaitu rasa sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi susunan syaraf atau kegagalan peredaran darah (Effendi, 2009 cit. Hastuti, 2010, 132-133). Penelitian uji kualitatif yang dilakukan oleh Hastuti (2010), di laboratorium Teknologi Industri Pertanian terhadap sejumlah sampel ikan asin yang diuji dengan larutan asam kromatofat, seluruh sampel ternyata mengandung formalin dengan kadar beragam. Sampel ikan asin dari pasar Kamal Madura memiliki kandungan formalin 29,10 miligram per kilogram. Sampel ikan asin dari pasar Socah, dipastikan mengandung formalin 30,65 mg/kg. Sampel ikan asin dari pasar Bangkalan mengandung formalin dengan kadar 49,26 mg/kg. Sampel ikan asin yang diambil dari salah satu pasar di Sampang ternyata juga memiliki kadar formalin cukup tinggi yaitu 44,14 mg/kg. Berdasarkan uraian tersebut maka
dilakukanlah penelitian untuk mengetahui keberadaan formalin dalam ikan asin yang dijual di Unit Pasar Sektor II Kecamatan Banjarmasin Selatan.