BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengembangkan kematangan karir siswa SMA disajikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang bimbingan belajar berbasis teknik mind map untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK)

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

DARI BIMBINGAN DAN KONSELING PERKEMBANGAN KE KOMPREHENSIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Marliani, 2013

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan karir untuk mengembangkan selfefficacy

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang tercantum pada UU RI No.14 tahun 2005 pasal 1,

BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sering didefinisikan dari praktek praktek yang digunakan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

PERKEMBANGAN, PARADIGMA, VISI DAN MISI SERTA TRILOGI PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING A. Perkembangan Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PENGANTAR PENDIDIKAN, oleh Nanang Purwanto, S.Pd., M.Pd. Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI ERA DISRUPSI: PELUANG DAN TANTANGAN

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya proses pembelajaran. Pendidikan nasional diarahkan untuk. masalah hidup, serta membentuk manusia kreatif dan inovatif.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

Oleh: Ilfiandra, M.Pd. Mubiar Agustin, M.Pd. Ipah Saripah, M.Pd.

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UJI KOMPETENSI GURU

BAB I PENDAHULUAN. Rafika Warma, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bagian ini diuraikan sejumlah kesimpulan penelitian sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,..

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan motivasi pemerintah untuk selalu memperbaiki sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah)

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang bertugas untuk mendidik siswa menjadi manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lastri Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan pada Bab IV maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan zaman sebagai efek dari globalisasi yang diakibatkan dari perkembangan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

191 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian untuk menghasilkan bimbingan berlandaskan Neo-Sufisme (BBN) untuk mengembangkan perilaku arif mahasiswa dikembangkan secara teoretik berdasarkan pendekatan teori orang arif Neo-Sufisme, yang dipadukan secara praktis dengan studi awal perilaku arif mahasiswa, dan studi perilaku serta ajaran orang arif kontemporer. Untuk menghasilkannya, telah ditempuh prosedur penelitian dan pengembangan yang terdiri atas tiga langkah utama, yakni studi pendahuluan, pengembangan BBN, uji BBN dan sosialisasi. BBN merupakan layanan fasilitasi yang bersifat pemahaman dan pengembangan di samping upaya preventif. Kesimpulan hasil studi BBN untuk mengembangkan perilaku arif dikemukakan berikut ini. 1. Hasil studi awal menunjukkan bahwa secara umum mahasiswa STKIP HAMZANWADI Selong perilaku arifnya sebagian besar berada pada kategori arif dengan akal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perilaku mereka belum memenuhi harapan perilaku arif dengan akal dan hati. Sementara itu yang belum arif mencapai di bawah 10 per sen. 2. Hasil studi tiga tokoh arif kontemporer menunjukkan bahwa perilaku mereka sesuai dengan teori perilaku orang arif klasik, yakni kenal Allah (makrifatullah), cinta Allah dan Rasul-Nya (mahabah), sangat mementingkan orang lain (itsar), kesatria (futuwwah) dan produktif (intajiyyah). Orang arif pesantren mencapai derajat paling tinggi, yakni telah menjadi insan kamil. Sementara itu, pencapaian perilaku mereka tersebut adalah dengan memberdayakan modal (kekuatan) kultural, sosial politik, ekonomi dan simbolik. 3. Studi terhadap ajaran orang arif tersebut menunjukkan hasil yang relatif sama, karena disatukan oleh tujuan untuk makin dekat kepada Allah. Perbedaan ajaran mereka adalah karena perbedaan guru (mursyid), dan ranah tempat mereka berkiprah. Ajaran mereka dikelompokkan menjadi dua,

192 yakni (1) dasar ajaran, meliputi landasan filosofis, afiliasi mazhab, pandangan terhadap makrifat dan mahabah, inti dan tujuan ajaran, sumber masalah dan sumber kebahagiaan; dan (2) bentuk dan prosedur ajaran sesuai dengan ajaran masing-masing. 4. Bentuk bimbingan berlandaskan Neo-Sufisme (BBN) untuk mengembangkan perilaku arif mahasiswa terdiri dari komponen rasional, landasan filosofis, tujuan, sasaran, fungsi, kualifikasi konselor, prosedur bimbingan dan muhasabah serta indikator keberhasilan. Hasil penimbangan pakar Delphi (bidang tasawuf, BK Islami dan konvensional, serta filsafat pendidikan) terhadap BBN menunjukkan bahwa BBN secara rasional telah sesuai dan dapat digunakan untuk mengembangkan perilaku arif mahasiswa. Penimbangan tersebut menghasilkan BBN hipotetik. 5. BBN hipotetik telah teruji melalui pembuktian eksperimen dan menjadi BBN yang efektif untuk memfasilitasi pengembangan perilaku arif mahasiswa. Ia terbukti efektif untuk mengembangkan semua indikator perilaku arif mahasiswa. Hal tersebut juga dikuatkan oleh testimoni mahasiswa tentang perilaku arifnya. Tetapi BBN memiliki sejumlah keterbatasan yang masih memerlukan pembuktian empirik selanjutnya. 6. Dilihat dari keutuhan struktur perilaku arif mahasiswa, ada dua indikator yakni perilaku mahasiswa yang kenal Allah Maha Kuasa dan kenal Allah Maha Berkehendak tidak berkorelasi dengan dimensi perilaku makrifatullah; dan dimensi perilaku cinta Allah dan Rasul-Nya tidak berkorelasi dengan dimensi perilaku kesatria. Ini berarti bahwa perilaku arif mereka belum utuh. Tidak adanya korelasi tersebut juga disebabkan karena ukuran sampel terlalu kecil untuk dilakukan uji model perilaku. B. Rekomendasi Sesuai dengan harapan akan manfaat penelitian sebagaimana disebut pada Bab I, dan berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka rekomendasi hasil ditujukan kepada pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), STKIP HAMZANWADI Selong khususnya Unit Pelaksana Teknis Layanan Bimbingan

193 dan Konseling (UPT-LBK), program studi Bimbingan dan Konseling, dan peneliti selanjutnya. Rekomendasi untuk masing-masing pihak tersebut dipaparkan sebagai berikut. 1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI, dapat mengimplementasikan temuan-temuan penelitian ini terutama untuk mendukung program pengembangan pendidikan karakter, dengan memperluas ranah kebijakan strategis, antara lain sebagai berikut: a. Dalam rangka pemantapan pelaksanaan pendidikan karakter yang menjadi fokus dalam Kurikulum 2013 dan dalam rangka mencapai Generasi Emas 2045, seyogyanya menyertakan rujukan hasil penelitian yang terkait dengan pemahaman hakikat manusia menurut Tuhan dan filsafat serta intervensi yang diberikan, sehingga dapat mencapai kepribadian utuh. Penelitian ini telah berhasil menemukan bahwa BBN efektif untuk mengembangkan perilaku arif mahasiswa, di mana di dalamnya terdapat dimensidimensi perilaku yang mendukung kepribadian utuh. Di samping bahwa dimensi perilaku tersebut digali dari nilai-nilai universal orang-orang arif klasik (sejak abad ke-8 M), juga didasarkan pada bentuk perilaku dan ajaran orang-orang arif kontemporer yang hidup dalam konteks Nusantara. Orang-orang arif yang distudi tersebut turut terlibat aktif dalam membangun masyarakat pasca kemerdekaan (pada 1950-an) hingga menjadi pemimpin pemerintahan provinsi pada dewasa ini. Karena itu, temuan penelitian dapat dijadikan sebagai dasar dalam kebijakan strategis agar lebih terarah pada tujuan untuk menyiapkan Generasi Emas tersebut. b. Bahwa generasi emas yang berlandaskan pada tujuan utuh pendidikan nasional Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003, yang dituangkan ke dalam empat gugus, yakni sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan; di mana tujuan tersebut berciri produktif, kreatif, inovatif dan afektif, maka temuan penelitian ini memberikan kontribusi untuk mengembangkan gugus sikap spiritual, sikap sosial, yang berciri produktif dan afektif dalam pengambilan kebijakan pendidikan karakter mahasiswa. Oleh karena itu, untuk pembinaan mahasiswa sebagai agent of change dan iron

194 stock (kader-kader pemimpin), maka temuan penelitian di atas dijadikan dasar pertimbangan kebijakan agar perilaku arif mereka dijadikan sebagai fokus dalam pengembangan karakter mereka. Untuk itu, pengembangan program bimbingan dan konseling sebagai layanan fasilitasi institusi pendidikan tinggi kepada mahasiswa diposisikan secara terpadu dalam penyelenggaraan program pendidikan tinggi. 2. Pihak Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), khususnya untuk divisi yang menangani perguruan tinggi, dapat mengimplementasikan temuan ini dengan mengambil kebijakan manajemen pengembangan kompetensi konselor pendidik. Untuk hal ini, ABKIN dapat mengambil inisiatif mengadopsi BBN dan menindaklanjuti untuk pendidikan, pelatihan dan pengembangannya. 3. Unit Pelaksana Teknis Layanan Bimbingan dan Konseling (UPT-LBK) STKIP HAMZANWADI Selong, mengimplementasikan BBN sebagai berikut. a. Penerapan BBN diberikan kepada mahasiswa yang sedang mengikuti perkulihaan, yakni setelah mereka mendapat kuliah Pendidikan Agama. Tujuannya adalah agar mereka memiliki bekal yang cukup untuk mengikuti program tersebut. Fokus pengembangan hendaknya didasarkan atas hasil analisis kebutuhan perilaku arif mahasiswa, sehingga akan berkembang ragam layanan sesuai dengan ragam kebutuhan mahasiswa. b. Penyelengaraan program pelatihan model BBN untuk konselor pendidikan tinggi (konselor PT) dan para dosen pembimbing akademik (dosen PA). Program ini dipandang dapat memperkuat akidah, akhlak dan kompetensi profesional konselor dan dosen PA dalam memberikan layanan kepada mahasiswa. Program ini ditujukan agar dapat lebih memperluas jangkauan sasaran individu yang dibimbing (mahasiswa), agar mereka secara bertahap memiliki pengetahuan untuk berperilaku arif. Agar konselor PT dan dosen PA memenuhi syarat dan ketentuan untuk aplikasi BBN maka diperlukan pelatihan untuk mereka. Pada Lampiran 22 disajikan syarat dan ketentuan tersebut.

195 4. Program studi Bimbingan dan Konseling dapat mengadakan pembaharuan dan program dalam menindaklanjuti BBN sebagai berikut. a. Bahwa selama ini bidang ilmu Bimbingan dan Konseling ditujukan untuk memfasilitasi individu agar berkembang secara optimal. Namun, perkembangan optimal yang dimaksud belum ada wujud perilakunya secara empirik. Temuan penelitian ini telah berhasil mengungkap bahwa perkembangan optimal tersebut secara empirik ditunjukkan oleh orang-orang arif (insan kamil). Oleh karena itu, pengembangan kurikulum Bimbingan dan Konseling ke depan seharusnya ditujukan untuk mencapai insan kamil, dengan meniru sistem pendidikan di ponpes. Selanjutnya, dimensi perilaku orang arif (insan kamil) dapat dijadikan rujukan untuk merumuskan tujuan pengembangannya. b. Selain itu, BBN digunakan untuk menyempurnakan konten kurikulum yang terkait dengan mata kuliah Pengembangan Pribadi Konselor (S1), yakni agar mata kuliah tersebut ditujukan mengembangkan perilaku arif mahasiswa, sehingga para mahasiswa secara bertahap dapat berkepribadian konselor yang utuh. c. Selanjutnya, implementasi BBN dapat digunakan untuk mengembangkan perilaku arif mahasiswa peserta Pendidikan Profesi Konselor (PPK) atau Profesi Pendidikan Guru BK (PPG BK). Mereka membutuhkan program BBN agar sebagai calon konselor profesional dapat memiliki kepribadian utuh sehingga dapat melayani konseli dengan sebaik-baiknya. d. Akhirnya, BBN bukan satu-satunya model bimbingan yang sempurna, sehingga program studi Bimbingan dan Konseling seyogyanya dapat mengarahkan mahasiswa untuk melakukan kajian dengan menggunakan pendekatan bimbingan yang lebih menyeluruh (bimbingan dan konseling komprehensif), sehingga bingkai kajian keilmuan bimbingan dan konseling akan lebih komprehensif dan dapat dijadikan rujukan untuk program studi lain.

196 4. Peneliti selanjutnya mengimplementasikan BBN dengan cara sebagai berikut. a. Perluasan subjek penelitian tentang perilaku arif, yang tidak hanya pada jenjang mahasiswa, akan tetapi subjek dapat diperluas pada jenjang yang lebih rendah sampai lebih tinggi, misalnya untuk anak siswa SD, SMP dan SMA, serta mahasiswa S2, S3 dengan keragaman iman dan masyarakat luas. Dengan perluasan tersebut, dapat disusun skala norma perilaku, misalnya mulai dari perilaku awam (Tingkat I), perilaku arif dengan dominan akal (Tingkat II), perilaku arif dengan akal dan hati (Tingkat III), dan perilaku arif dengan mata hati (Tingkat IV). b. Peningkatan kualifikasi perilaku arif, yang tidak hanya sampai pada arif dengan akal dan hati, tetapi juga sampai kepada arif dengan penglihatan mata hati. Juga tidak hanya melalui Tahapan Syahadat dan Salat untuk mencapai perilaku tersebut, tetapi dapat ditingkatkan ke tahapan Zakat, Puasa dan Haji, sebagaimana diteorikan. Untuk ini diperlukan penelitian yang lebih komprehensif dengan terlibat langsung bersama orang-orang arif, dan kemudian membangun desain penelitian pengembangan untuk kualifikasi perilaku tersebut. c. Penelitian ini baru terbatas pada penggunaan layanan bimbingan dan belum menyangkut konseling. Oleh karena itu, diperlukan penggunaan pendekatan bimbingan dan konseling yang lain untuk membantu mengembangkan perilaku arif, sehingga dapat dilihat secara empiris perbedaan keefektifan pendekatan bimbingan dan konseling yang digunakan, baik dari sisi teknik, metode ataupun langkah-langkah bimbingan dan konseling yang digunakan. d. Pengembangan instrumen pengungkap perilaku arif mahasiswa yang multi bentuk untuk mengungkap dimensi-dimensi perilaku arif, sehingga dapat diungkap perilaku arif yang lebih komprehensif.