BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional di Indonesia dilaksanakan dalam rangka

HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI 6 KECAMATAN DI KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu faktor yang berperan penting dalam pembangunan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. Manusia sebagai individu maupun golongan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat terutama setelah terjadi krisis ekonomi tahun Nilai

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh : Sri Handayani NIM K

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan yang memadai seseorang akan mampu menjawab

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli Definisi Ada Daftar Pustakanya

Pedoman Wawancara/Pertanyaan Kepala Desa

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk menjadi negara maju, bermartabat, dan sejahtera. Upaya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sarana untuk membentuk sumber daya manusia yang

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja KEpala Desa dalam Mendukung Program Wajardikdas 9 Tahun

I. PENDAHULUAN. baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti ini perkembagan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

MEMBENTUK SUMDER DAYA MANUSIA BERKUALITAS MELALUI LEADER CLASS

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warganegara Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah komunitas, dan komunitaslah yang membentuk masyarakat. Substansi ini

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup Bangsa

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Madrasah Tsanawiyah Kifayatul Achyar

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

pendidikan dasar, yaitu pendidikan di SD dan SMP. Prinsip dasar filosofis, sosiologis, anthropologis, psikologis, pedagogis, yuridis, ideologis, dan

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi

I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN BADUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi negatif bagi jalannya roda pemerintahan. Berdasarkan UUD 1945 alenia IV berbunyi mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

A. Latar Belakang Masalah

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya teknologi. Diantara

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci utama bagi suksesnya

I. PENDAHULUAN. kepribadiaannya sesuai dengan nilai - nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram

BAB I PENDAHULUAN. dari kebodohan dan kemiskinan. Hal ini Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara di dunia internasional. Kecenderungan tersebut yang kemudian mendorong bangsa Indonesia untuk melakukan perubahan dalam berbagai bidang, terutama bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu hal yang mulai digalakkan oleh pemerintah dalam menghadapi persaingan adalah pemerintah mulai memperbaiki sektor pendidikan, karena pendidikan merupakan bekal utama dalam pembentukan manusia yang berdaya guna serta berwawasan luas. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. 1 Melalui pendidikan diharapkan bangsa Indonesia tidak akan menjadi bangsa yang tertinggal dengan bangsa lain, karena selain untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi lebih baik lagi. Pendidikan juga merupakan sarana bagi anggota masyarakat untuk mencari nafkah, mengembangkan bakat perseorangan demi kepentingan pribadi maupun masyarakat, melestarikan budaya, serta menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi demokrasi. 1 http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan 1

2 Dalam pengembangan sumber daya manusia, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah strategis. Langkah yang dilakukan antara lain memfokuskan pembangunan pada bidang pendidikan. Mengingat maju mundurnya atau berkualitas tidaknya sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pelaksanaan pendidikan sebagai pencetak sumber daya manusia. Sejak awal orde baru hingga awal Repelita IV (1984 1989) sektor pendidikan mengalami perkembangan yang cukup baik secara kuantitatif. Strategi dasar pembangunan pendidikan nasional yang diperkenalkan pada akhir Repelita II (1974 1979) terdiri atas empat butir, yaitu : peningkatan kualitas pendidikan, pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, relevansi pendidikan, dan efisiensi pendidikan. 2 Dimensi pemerataan pendidikan diharapkan dapat memberikan kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan bagi semua usia sekolah, terutama bagi anak-anak di pedesaan. Pemerataan kesempatan berarti setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan, sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945. UUD 1945 pasal 31 ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. 3 Langkah pertama yang dilakukan oleh pemerintah adalah mulai membentuk program-program guna meningkatkan kualitas pendidikan dari tahun ke tahun. Dimulai dengan pencanangan program wajib belajar sekolah dasar enam tahun (WAJAR 6 Tahun) dan telah mencapai kesuksesan pada tahun 1984. 2 Ali, Mohammad, 2009, Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional, Grasindo, Jakarta, hal:16 3 Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1)

3 Program tersebut kemudian dilanjutkan dengan program wajib belajar sembilan tahun (WAJAR 9 Tahun) yang mulai pada tahun 1994. Wajib belajar sembilan tahun merupakan perwujudan pendidikan dasar untuk anak usia 7 15 tahun. Program ini mewajibkan setiap warga negara untuk bersekolah selama sembilan tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari tingkat kelas 1 Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga kelas sembilan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 6 ayat (1) setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 7 ayat (2) orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. 4 Program wajib belajar sembilan tahun sifatnya anjuran, tetapi program ini hendaknya memiliki kekuatan untuk mendorong dan menggerakkan partisipasi masyarakat, sehingga program ini mampu menuntaskan kesempatan kepada warga negara untuk memperoleh pendidikan sampai jenjang SMP, sementara orang tua yang memiliki anak usia sekolah dianjurkan bahkan diwajibkan menyekolahkan anaknya sampai pada jenjang tersebut. Kenyataannya, pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun tersebut masih belum terlaksana di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Salah satunya di Desa Bendungan, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung. Mahalnya biaya pendidikan, serta budaya masyarakat yang telah lama melekat di masyarakat desa Bendungan perlu mendapat perhatian khusus. 4 UU No. 20 tahun 2003 Sisdiknas.

4 1.2 Fokus Permasalahan Keberhasilan program wajib belajar sembilan tahun tidak pernah terlepas dari peran masyarakat dan pemerintah. Pemerintah sebagai penggalak program wajib belajar hendaknya memperhatikan serta melengkapi segala sarana dan prasarana pendukung untuk mendukung pelaksanaan program tersebut. Peran serta masyarakat juga tidak kalah pentingnya. Masyarakat hendaknya ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun. Kondisi wajib belajar sembilan tahun di Desa Bendungan, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung masih belum terlaksana sebagaimana mestinya, di mana tingkat pendidikan yang ada dapat terlihat dalam tabel berikut : No. Dusun Tabel 1. Kondisi Anak Sekolah dan Anak Putus Sekolah di Desa Bendungan Kecamatan Tretep Anak Usia (7-15) Tahun Tidak tamat SD Tamat SD Tidak Lanjut SMP Lanjut SMP 1. Bendungan 360 2 358 112 246 2. Gemawang 72-72 - 72 2 430 112 318 Jumlah 432 (0,46%) (99,53%) (26,04%) (73,95%) Sumber : Laporan Penduduk Desa Bendungan, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung Pada tabel 1. menunjukkan bahwa anak usia sekolah (7 15) tahun di Desa Bendungan Kecamatan Tretep yang berjumlah 432 orang, masih ditemukan anak yang tidak tamat SD dan tidak melanjutkan ke jenjang SMP. Anak yang tidak tamat SD berjumlah 2 orang (0,46%), sedangkan yang tidak melanjutkan SMP ada 112 orang (26,04%). Kondisi ini memperlihatkan bahwa keberhasilan

5 program wajib belajar sembilan tahun masih belum terlaksana sesuai apa yang diharapkan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan pendahuluan yang dilakukan di desa Bendungan, ada beberapa hal yang diduga sebagai penyebab rendahnya minat masyarakat untuk mengikuti pendidikan dasar sembilan tahun. Hal tersebut di antaranya : 1. Persepsi orang tua terhadap pendidikan. Pola pikir masyarakat yang berasumsi bahwa pendidikan itu penting namun mereka belum menyekolahkan anak mereka hingga lulus pendidikan dasar sembilan tahun, di tambah lagi dengan adanya masyarakat yang menilai bahwa pendidikan bagi anak merupakan hal yang tidak penting karena pendidikan dianggap sebagai suatu tambahan beban bagi keluarga. 2. Keadaan ekonomi orang tua. Masyarakat yang hanya bermata pencaharian sebagai buruh tani menjadikan mereka berada dalam keadaan ekonomi lemah. Penghasilan mereka yang tidak begitu besar menjadikan mereka enggan menyekolahkan anak-anak mereka karena merasa terbebani oleh mahalnya biaya pendidikan. Beberapa gejala yang timbul menunjukkan adanya masalah. Terdapat orang tua yang memiliki persepsi bahwa pendidikan itu penting serta berpersepsi bahwa pendidikan itu tidak penting, namun anggapan-anggapan tersebut masih belum di dukung dengan kegiatan orang tua menyekolahkan anak-anak mereka hingga lulus pendidikan dasar.

6 Masalah lain yang timbul adalah keadaan ekonomi masyarakat yang berada dalam garis kemiskinan dengan penghasilan yang tidak menentu menjadikan masyarakat enggan untuk berperan aktif dalam kegiatan pendidikan anak-anaknya. Hal ini yang kemudian berdampak pada pendidikan anak-anak mereka. Berangkat dari hal-hal tersebut, maka peneliti membuat rumusan masalah, sebagai berikut : Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun di Desa Bendungan Kecamatan Tretep? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian menyebutkan tentang apa yang ingin diperoleh. 5 Setiap kegiatan yang dilakukan oleh siapa pun, tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan masalahnya masing-masing. Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun di Desa Bendungan Kecamatan Tretep. 1.4 Signifikansi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 5 Arikunto, Suharsimi, 2010, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, hal: 15

7 a. Signifikansi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat mendukung pernyataan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 6 ayat (1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 7 ayat (2) Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. 6 b. Signifikansi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi faktual pengaruh pandangan orang tua terhadap pendidikan, dan kondisi sosial ekonomi secara bersama-sama terhadap program wajib belajar sembilan tahun, selain itu diharapkan pemerintah ikut memikirkan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. 2. Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan agar mereka mengubah cara pandang mereka tentang pendidikan demi menyukseskan program wajib belajar sembilan tahun. 3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 6 UU No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional.

8 1.5 Batasan masalah Pelaksanaan penelitian ini tidak pernah lepas dari berbagai kendalakendala yang menyebabkan adanya keterbatasan dari penelitian ini. Selama melaksanakan penelitian, penulis mengalami banyak kesulitan dalam hal menetapkan responden, karena masyarakat sulit untuk diajak bekerja sama, selain itu informasi yang diberikan oleh narasumber terdapat beberapa unsur ketidakjelasan dalam memberikan penjelasan. Ruang lingkup penelitian ini hanya memfokuskan pada partisipasi masyarakat pada pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun. Lokasi penelitian hanya dilakukan di Desa Bendungan, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung.