PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG

Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lemb

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan sehingga terwujud pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme;

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 29/M-IND/PER/6/2013 TENTANG

BUPATI POLEWALI MANDAR

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

: a. bahwa untuk dapat mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, diperlukan peran serta masyarakat dalam pengawasan penyelenggaraan

2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150);

2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Ind

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 50

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN No. 3, 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Arsip Nasional Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan.

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT WALIKOTA YOGYAKARTA,

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : PER

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 77/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 t

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PELAYANAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR BAB I

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pe

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

NOMOR : 15 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Sistem Penanganan Pengaduan. Tindak Pidana Korupsi.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2015

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2014 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 13 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 76 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PELAPORAN PENGADUAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) DUGAAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Arsip Nasional Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 34/Menhut-II/2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala LIPI tentang Pengelolaan Pengadu

GUBERNUR SUMATERA BARAT

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA KOTA MATARAM NOMOR : 8 TAHUN 2017 TENTANG

BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG 2017

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2014

2 Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembar

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Narkotika Na

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 16 TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2013 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI. Whistleblower System. Pelaksanaan. Pedoman.

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 28 TAHUN 2017 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR PENGADUAN PADA PENGADILAN TINGGI AGAMA MEDAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

Transkripsi:

LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan pada dasarnya merupakan kontrol sosial dalam rangka mewujudkan pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Salah satu bentuk pengawasan masyarakat yang perlu ditangani/dikelola secara efektif dan efisien adalah pengawasan dalam bentuk pengaduan masyarakat. Agar pengawasan masyarakat dapat berfungsi efektif sebagai koritrol sosial dalam penyelenggaraan pemerintah maka pengaduan masyarakat perlu ditangani secara cepat, tepat, efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan. Pedoman Pelaksanaan Penanganan Pengaduan Masyarakat dibutuhkan bagi setiap instansi pemerintah dalam penanganan pengaduan masyarakat. Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/4/2009 tentang Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat Bagi Instansi Pemerintah dinyatakan bahwa setiap instansi pemerintah pusat dan daerah dapat menindaklanjuti pedoman tersebut dengan aturan yang lebih teknis. Sesuai dengan : (1) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggata Barat Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tetang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Sekretariat Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, (2) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggata Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011 tetang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, (3) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggata Barat Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tetang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan (4) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggata Barat Nomor 3 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tetang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah lingkup Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dibentuk untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dalam rangka pelayanan publik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya masih dijumpai adanya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang, sehingga diperlukan penanganan pengaduan masyarakat yang merupakan bentuk pengawasan masyarakat terhadap pelaksanaan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah Lingkup Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Untuk maksud tersebut dibentuk Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat dengan Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan hal tersebut, perlu disusun Pedoman Pelaksanaan Penanganan Pengaduan Masyarakat di lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebagai acuan pelaksanaan di dalam penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

B. Maksud Dan Tujuan 1. Maksud Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat dimaksudkan sebagai: a. acuan bagi Desk Pengaduan Masyarakat pada Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Pos Penanganan Pengaduan Pelayanan Publik pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat; dan b. acuan dalam melakukan koordinasi antar Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam pengelolaan dan penanganan pengaduan masyarakat. 2. Tujuan Tujuan disusunnya Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat ini adalah: a. terwujudnya penanganan pengaduan masyarakat yang cepat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan; b. terwujudnya koordinasi penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat sehingga menghindari terjadinya tumpang tindih dalam penanganan pengaduan masyarakat; dan c. terlaporkannya penanganan pengaduan masyarakat kepada pihakpihak terkait. C. Ruang Lingkup Pengaduan masyarakat di lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang ditangani meliputi: 1. hambatan dalam pelayanan masyarakat; 2. korupsi, kolusi dan nepotisme; dan 3. pelanggaran disiplin pegawai.

BAB II PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT Pengaduan masyarakat yang diterima Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat ditangani oleh Pos Penanganan Pengaduan Pelayanan Publik pada masing-masing SKPD lingkup Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan BUMD. Penanganan pengaduan masyarakat oleh Pos Pengaduan Pelayanan Publik pada masing-masing SKPD lingkup Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan BUMD dilakukan berdasarkan kewenangan dan kriteria, bahwa pengaduan berindikasi penyimpangan yang merugikan masyarakat/negara ditangani oleh Pos Pelayanan Pengaduan Pelayanan Publik pada Inspektorat Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, sedangkan indikasi pengaduan di luar itu maupun yang berupa sumbang saran, kritik yang konstruktif, yang bermanfaat bagi perbaikan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik menjadi penanganan oleh Pos Pengaduan Pelayanan Publik pada SKPD dan BUMD yang terkait. Pengaduan yang jelas alamatnya, segera dijawab secara tertulis dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak pengaduan diterima, dan diselesaikan dalam waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak pengaduan tersebut diterima oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penanganan pengaduan masyarakat meliputi kegiatan penerimaan, pencatatan, penelaahan, penyaluran, konfirmasi, klarifikasi atau penelitian, pemeriksaan, pelaporan, tindak lanjut, dan pengarsipan. A. Pencatatan Pengaduan Pencatatan pengaduan masyarakat dilakukan sebagai berikut : 1. Pengaduan masyarakat yang diterima oleh Pos Penanganan Pengaduan Pelayanan Publik pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah berasal dari organisasi masyarakat, partai politik, perorangan atau penerusan pengaduan oleh Lembaga/ Komisi Negara dalam bentuk surat, fax, atau email, dicatat dalam agenda surat masuk secara manual atau menggunakan aplikasi sesuai dengan prosedur pengadministrasian/tata naskah persuratan yang berlaku. Pengaduan yang disampaikan secara lisan agar dituangkan ke dalam formulir yang disediakan. 2. Pencatatan pengaduan masyarakat tersebut sekurang-kurangnya memuat informasi tentang nomor dan tanggal surat pengaduan, tanggal diterima, identitas pengadu, identitas terlapor, dan inti pengaduan.

3. Pengaduan yang alamatnya jelas, segera dijawab secara tertulis dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak surat pengaduan diterima, dengan tembusan disampaikan kepada Instansi/Satuan Kerja terkait. B. Penelaahan 1. Pengaduan yang telah dicatat kemudian ditelaah guna mengidentifikasi permasalahannya, kejelasan informasi, kadar pengawasan serta langkahlangkah penanganan selanjutnya. 2. Penelaahan minimal yang dilakukan sebagai berikut : a. Merumuskan inti masalah yang diadukan. b. Menghubungkan materi pengaduan dengan peraturan yang relevan. c. Meneliti dokumen dan/ atau informasi yang diterima. d. Menentukan apakah pengaduan yang diterima berkadar pengawasan atau tidak berkadar pengawasan. e. Melengkapi data/ informasi yang diperlukan. f. Melakukan analisis berdasarkan peraturan perundang-undangan yang relevan. g. Menetapkan hasil penelahaan dan penanganan selanjutnya. 3. Hasil penelahaan pengaduan dan rekomendasi: a. Pengaduan berkadar pengawasan yang berindikasi penyimpangan yang merugikan masyarakat atau keuangan negara dengan substansi pengaduan logis dan memadai, yang identitas pelapornya jelas atau tidak jelas serta didukung dengan bukti-bukti, direkomendasikan untuk dilakukan audit dengan tujuan tertentu/audit investigasi. b. Pengaduan berkadar pengawasan yang substansi pengaduannya tidak memadai dengan identitas pelapor jelas, direkomendasikan untuk dilakukan klarifikasi. c. Pengaduan tidak berkadar pengawasan yang mengandung informasi berupa sumbang saran, kritik yang konstruktif, dan sebagainya yang bermanfaat bagi perbaikan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat yang memerlukan tindakan lebih lanjut direkomendasikan untuk ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur. d. Pengaduan yang substansinya tidak logis dan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta tidak mungkin dipenuhi, tidak perlu diproses lebih lanjut.

C. Penyaluran/Penerusan Pengaduan yang secara substansial bukan menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk menangani, seperti substansi pengaduan terkait dengan kewenangan pemerintah daerah Kabupaten/Kota dan/atau instansi lain untuk menyelesaikannya, pengaduan tersebut akan diteruskan kepada pihak-pihak terkait yang berwenang untuk menangani dengan tembusan kepada Pembina Desk Penanganan Pengaduan Masyarakat. Mekanisme penyaluran/penerusan pengaduan masyarakat yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, dilakukan berdasarkan jenjang/hierarki kewenangan serta tanggung jawab sebagai berikut: a. Penyaluran berdasarkan obyek terlapor : 1. Apabila permasalahan pengaduan yang akan diteruskan mengindikasikan suatu penyimpangan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah, penyaluran dialamatkan kepada Aparat Pemeriksa Intern Pemerintah (APIP) atau Instansi Pemerintah yang berwenang dengan tembusan kepada Instansi/Satuan Kerja terkait untuk mendapatkan perhatian. 2. Apabila permasalahan pengaduan yang akan diteruskan mengindikasikan suatu penyimpangan yang dilakukan oleh bukan aparatur Pemerintah, penyaluran ditujukan kepada pimpinan instansi teknis yang berwenang dengan tembusan kepada Instansi/Satuan Kerja terkait. 3. Apabila permasalahan pengaduan yang akan diteruskan mengindikasikan suatu penyimpangan yang dilakukan oleh pejabat negara, penyaluran disampaikan kepada Presiden selaku kepala negara/pemerintahan dengan tembusan kepada pimpinan instansi /Satuan Kerja yang terkait. b. Dalam rangka melindungi pihak pelapor, Instansi/Satuan Kerja yang menangani pengaduan masyarakat wajib merahasiakan kemungkinan dapat diketahuinya identitas pelapor, sepertitidak mencatumkan identitas pelapor dalamsyrat penyaluran dan menutup identitas pelapor yang terdapat dalam surat pengaduan. c. Apabila terjadi kesalahan alamat penyaluran dan/atau lampiran surat penyaluran yang tidak sesuai, maka Instansi/Satuan Kerja penerima wajib segera mengembalikan keseluruhan berkas penyaluran kepada instansi/satuan kerja yang menyalurkannya/mengirimkannya agar dapat segera dilakukan langkah perbaikan sebagaimana mestinya.

d. Apabila terjadi kesalahan tujuan penyaluran yang bukan kewenangannya, maka Instansi/Satuan Kerja penerima agar segera menyalurkan kepada instansi/satuan kerja yang berwenang menanganinya dengan tembusan kepada instansi/satuan kerja yang menyalurkannya dan instansi/satuan kerja terkait, agar dapat segera dilakukan penanganan sebagaimana mestinya. D. Pengarsipan Berkas penanganan pengaduan masyarakat disimpan di tempat yang aman berdasarkan klasifikasi jenis masalah, instansi/satuan kerja terlapor serta urutan waktu pengaduan sesuai dengan tatacara pengarsipan yang berlaku. Arsip-arsip pengaduan berkadar pengawasan dan bersifat rahasia agar disimpan dengan aman dan hati-hati. Terhadap permintaan informasi oleh pihak lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), masyarakat, media masa dan lain-lain, informasi yang dapat diberikan hanya data statistik dari penanganan pengaduan, bukan substansinya, kecuali untuk pengaduan tidak berkadar pengawasan seperti sumbang saran. E. Penanganan Lebih Lanjut Pengaduan masyarakat yang berkadar pengawasan diselesaikan melalui pembuktian lebih lanjut melalui klarifikasi, konfirmasi, audit atau prosedur lainnya yang dipandang perlu sesuai dengan peraturan yang berlaku. 1. Klarifikasi Kegiatan klarifikasi dilakukan sebagai berikut : a. Apabila berdasarkan hasil telahaan masih diperlukan data/ informasi, dilakukan pengumpulan data/informasi melalui konfirmasi, klarifikasi atau prosedur lainnya yang dianggap perlu. b. Meminta data/ bukti dan penjelasan baik secara lisan maupun tertulis kepada pihak-pihak terkait dengan permasalahan pengaduan. c. Pengujian bukti-bukti dilakukan secara sampling. d. Melakukan penilaian terhadap permasalahan yang diadukan dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Menyusun laporan klarifikasi dan simpulan perlu atau tidak perlu dilakukan audit. g. Apabila hasil klarifikasi menunjukkan tidak terbukti dan tidak dilakukann audit, perlu menginformasikan kepada pelapor yang alamatnya jelas.

2. Audit Dengan Tujuan Tertentu/Audit Investigasi a. Audit dengan Tujuan Tertentu /Audit Investigasi dilakukan apabila pengaduan yang diterima atau hasil klarifikasi mengindikasikan adanya suatu penyimpangan yang merugikan keuangan negara, atau penyimpangan kepegawaian, pengadaan barang dan jasa, dan hambatan kelancaran pembangunan. b. Audit dengan Tujuan Tertentu / Audit Investigasi dilakukan oleh Inspektorat Provinsi Nusa Tenggara Barat sesuai dengan prosedur yang berlaku. c. Kegiatan audit mengacu pada standar audit dan pedoman audit yang berlaku, antara lain meliputi: 1) menyusun perencanaan audit 2) menyusun program audit: - penelaahan terhadap aturan perundang-undangan yang relevan dengan permasalahan; - mendapatkan bukti-bukti audit yang kompeten dan memadai; - menentukan metode audit yang tepat; - menentukan pihak-pihak yang akan dimintai keterangan: 3) menganalisis bukti; 4) merumuskan hasil audit; 5) mengkomunikasikan hasil audit; 6) menyusun laporan hasil audit. d. Laporan hasil audit atas pengaduan masyarakat yang diterima berupa penyaluran agar dilaporkan kepada pimpinan instansi /satuan kerja yang menyalurkan.

Prosedur penanganan pengaduan masyarakat (dumas) disajikan dalam flow chart berikut. Flow Chart Prosedur Penanganan Pengaduan Masyarakat PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT Prosedur 1. Menerima dan mencatat pengaduan masyarakat - Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat menerima pengaduan dalam bentuk surat, email, fax, lisan (dibuat verbal) - Mencatat dalam agenda surat masuk : nomor dan tanggal surat pengaguan, inti pengaduan dan yang diadukan, tanggal penerimaan surat. 2. Menelaah pengaduan masyarakat Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat pada masing-masing SKPD yang menerima pengaduan masyarakat menyeleksi dan menelaah pengaduan masyarakat : - Menyeleksi apakah pengaduan masyarakat layak ditangani sesuai kunjungan - Merumuskan inti permasalahan - Melakukan analisis berdasarkan peraturan perundang-undangan yang relevan - Menentukan indikasi penyimpangan dan dampaknya - Menentukan apakah pengaduan berkadar pengawasan atau tidak berkadar pengawasan. - Merumuskan rekomendasi penanganan lebih lanjut: Tim Dumas Mulai Menerima dan mencatat dumas Menelaah dumas Memiliki kewenangan menindaklanjuti y T Diteruskan ke Instansi yang berwenang Berkadarwas y T Tim dumas pada SKPD melakuk an klarifi kasi. Lanjut

PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT Prosedur Tim Dumas Merumuskan rekomendasi penanganan lebih lanjut: - Pengaduan yg berkadarwas ditangani/diteruskan ke Inspektorat. - Pengaduan yang tidak berkadarwas dan bersifat teknis oprasional ditanganni oleh SKPD terkait - Pengaduan yang bukan menjadi kewenangan diteruskan kepada yang berwenang menangani 3. Menjawab Dumas yang menjadi kewengan Pengaduan yang jelas alamatnya segera dijawab dalam waktu kurang dari 14 hari sejak pengaduan diterima oleh Tim Dumas dan ditembuskan kepada Desk Dumas pada Sekretariat Daerah. 4. Meneruskan Dumas ke instansi yang berwenang Pengaduan yang bukan menjadi kewenangan diterukan kepada yang berwenang menangani 5. - Pengaduan yang berkadar pengawasan ditanganni/diteruskan untuk ditangani oleh Inspektorat Provinsi. - Pengaduan yang tidak berkadar pengawasan dan bersifat teknis oprasional ditangani oleh SKPD terkait - Pengaduan yang bukan menjadi kewenangan diteruskan kepada yang berwenang menangani 6. Melakukan Audit Investigasi Pengaduan yang logis dan didukung dengan data memadai serta indikasi penyimpangan jelas diusulkan untuk dilakukan audit dengan tujuan tertentu atau audit sesuai dengan pedoman yang berlaku 6. Pelaporan Tim dumas pada masing-masing SKPD setiap awal bulan menginformasikan tentang status penanganan dumas kepada Sekretariat Desk Dumas pada Setda. Selanjutnya Sekretariat Desk Dumas Setda menyusun laporan penangan dumas bulanan dan triwulan untuk dilaporkan kepada Gubernur. 8. Monev Sekretariat Desk Dumas Setda melakukan monitoring dan evaluasi terhadap tindak lanjut penanganan pengaduan masyarakat. Lanjutan Tim dumas pada Inspektorat melakukan klarifikasi Temdikasi adanya penyimpangan yang merugikan KN atau hambatan kelancaran tugas Menyusun LHA dan menyampaikan kepada pihak terkait Pelaporan/Monev T Tim Dumas menyusun laporan status penanganan dumas dan menyampaikan kpd Desk Dumas Setda. Sekretariat Desk Dumas Setda menyusun lap penanganan dumas bulanan dan triwulan Tim dumas mengarsip dokumen penanganan dumas. Sekretariat dumas melakukan monev y Dilakukan audit infestigasi Dihentikan Selesai

F. Perlindungan Terhadap Pelapor Selama proses audit, instansi/satuan kerja yang berwenang menanganni pengaduan masyarakat wajib memberikan perlindungan hukum dan perlakuan wajar kepada pelapor maupun terlapor.

BAB III PELAPORAN DAN PEMANTAUAN A. Pelaporan 1. Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat pada Pos Penanganan Pengaduan Pelayanan Publik masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah setiap bulan menyampaikan laporan penanganan pengaduan masyarakat dalam bentuk surat kepada Sekretariat Desk Pengaduan Masyarakat Sekretariat Daerah. Laporan tersebut minimal memuat informasi tentang nomor dan tanggal pengaduan, isi ringkas pengaduan, posisi penanganan dan hasil penanganan. 2. Sekretariat Desk Pengaduan Masyarakat pada Sekretariat Daerah menyusun laporan triwulanan dan semesteran untuk disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan kepada pihak-pihak terkait lainnya. B. Penyelesaian Hasil Penanganan Pengaduan Masyarakat 1. Sekretariat Desk Pengaduan Masyarakat secara periodik melakukan monitoring dan evaluasi (monev) terhadap penanganan pengaduan pelayanan publik pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah. 2. Penyelesaian hasil penanganan pengaduan masyarakat agar ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, berupa : a. tindakan administratif; b. tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi; c. tindakan perbuatan pidana; d. tindakan pidana; e. perbaikan manajemen. C. Pematauan Hasil Penanganan Pengaduan Masyarakat dapat dilakukan secara langsung melalui pemutakhiran data, rapat koordinasi, monitoring pada instansi/satuan kerja yang menangani. Pemantauan secara tidak langsung melalui komunikasi elektronik dan melalui surat. Pemantauan penanganan pengaduan masyarakat dikelompokkan menjadi status dalam proses, status selesai disertai bukti-bukti. Status selesai apabila unit kerja yang menangani pengaduan masyarakat telah menerbitkan laporan atas pengaduan masyarakat.

BAB IV PENUTUP Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat ini dijadikan acuan oleh Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat dalam menangani pengaduan masyarakat meliputi penelahaan dan klarifikasi kepada pihak-pihak terkait, sehingga diharapkan dapat dilakukan penanganan pengaduan masyarakat secara cepat, cermat, dan berkualitas. Langkah selanjutnya adalah mendorong Pimpinan Instansi/Satuan Kerja untuk menindaklanjuti pengaduan masyarakat guna memperbaiki mutu pelayanan di satuan kerjanya, menuju pemerintahan yang bersih (clean governance) dan pemerintahan yang baik (good governance). GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, H. M. ZAINUL MAJDI