BAB III PANDANGAN KAFA< AH DALAM PERKAWINAN MENURUT MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENYAJIAN DATA A. DESKRIPSI SUBJEK, OBJEK, DAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

KETUA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO

BAB IV ANALISIS TENTANG PANDANGAN MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA TERHADAP KONSEP KAFA< AH DALAM PERKAWINAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Praktek Dan Pemahaman Masyarakat Desa Pinggirsari Kecamatan Ngantru tentang Kafa ah Dalam Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

FAKTOR - FAKTOR PENINGKATAN KADAR MAHAR DALAM PERKAWINAN ( Studi Kasus dalam Masyarakat Kota Bharu, Kelantan Malaysia ) SKRIPSI

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ETIKA AKADEMIK. Program Studi D3 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dicapai demi tercapainya tujuan. Masalah pendidikan telah disebutkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Perkembangan kemajuan bangsa sedikit

BAB I PENDAHULUAN. kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Institut KeIslaman Abdullah Faqih (INKAFA) adalah perguruan tinggi Islam,

BAB III DESKRIPSI PELAKSANAAN AKAD SEWA MENYEWA KAMAR (KOST) BAGI MAHASISWA DI JEMURWONOSARI WONOCOLO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. oleh tuhan dikarenakan telah dibekali akal dan pikiran. Melalui akal dan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUKU PEDOMAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pendidikan yang baik akan sangat berpengaruh dari generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P

BAB I PENDAHULUAN. mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses dan mobilitas sosial. dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.

BAB I PENDAHULUAN. kepada segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. formal. Permasalahan yang ada dalam pendidikan formal bertambah pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

PERATURAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 62 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 SEMARANG. Disusun oleh : Nama : Rizal Akhmad Prasetyo NIM : Jurusan/Prodi : HKn/PPKn

Lingkungan Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Perguruan Tinggi Swasta di Jawa Barat dan Banten

BAB III STRATIFIKASI PENDIDIKAN DAN SIFAT GOTONG ROYONG DI KELURAHAN JEMUR WONOSARI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan. pembangunan nasional, karena pada hakekatnya pendidikan bukan hanya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bawah naungan Departemen Agama, dan secara akademik berada di bawah

TATA TERTIB ORIENTASI PENDIDIKAN MAHASISWA BARU INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER 2017

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pasal 3 HMPF-ITB berkedudukan di Class Room 1.2 LABTEK VIII Institut Teknologi Bandung Kampus Ganesha.

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan atau kafā'ah. Karena dalam pandangan Islam perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita

BAB III HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Galih Septian, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,

REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. (Q.S. Al- A raf/7: 26). 2

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM Nomor : Dj.I/255/2007. Tentang TATA TERTIB MAHASISWA PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM

Transkripsi:

BAB III PANDANGAN KAFA< AH DALAM PERKAWINAN MENURUT MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Letak Geografis Fakultas Syari ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, juga merupakan bagian dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel. Sehingga pada dasarnya letak geografis fakultas-fakultas yang ada dilingkungan Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel yang memang berada dalam satu lokasi, dalam arti tidak terpisah-pisah, yaitu kesemuanya terletak di jalan Ahmad Yani No. 117 Surabaya yang berada di kelurahan Jemur wonosari kecamatan wonocolo, Kotamadya Surabaya. Letak geografis yang strategis ini memberikan peluang besar bagi mahasiswa yang belajar didalamnya untuk dapat mengembangkan keilmuannya secara lebih matang, karena masuk dalam wilayah perkotaan. 2. Sejarah Fakultas Syari ah Pada tanggal 28 Oktober 1961, Menteri Agama menerbitkan SK No. 17/1961, untuk mengesahkan pendirian Fakultas Syari ah di Surabaya dan Fakultas Tarbiyah di Malang. Kemudian pada tanggal 01 Oktober 1964,

Fakultas Ushuluddin di Kediri diresmikan berdasarkan SK Menteri Agama No. 66/1964. Fakultas Syari ah merupakan salah satu fakultas pertama di lingkungan IAIN Sunan Ampel. Sampai tahun 2006, fakultas yang didirikan sejak tahun 1961 berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI No. 17/1961 tanggal 28 Oktober 1961 memiliki 3 (tiga) jurusan sebagai berikut: a. Jurusan Ahwal al-syakhsiyah Kompetensi Lulusan Jurusan Ahwal al-syakhsiyah 1) Memiliki memiliki kemampuan akademik yang tinggi (aspek kognitif) di bidang hukum keluarga dan peradilan Islam 2) Memiliki keterampilan yang profesional di bidang hukum keluarga dan peradilan Islam (aspek psikomotorik) 3) Memiliki integritas moral dan berbudi luhur dalam menangani masalah hukum keluarga dan peradilan Islam (aspek afektif) b. Jurusan Muamalah Kompetensi Lulusan Jurusan Muamalah 1) Memiliki kemampuan akademik yang tinggi, kreativitas yang menonjol dan mampu bersaing secara fair (aspek kognitif) 2) Memiliki ketarampilan dalam menangani tugas-tugas yang diemban dan dalam mencari terobosan dan menciptakan lapangan kerja sesuai dengan bidang kerja yang digelutinya (aspek psikomotorik)

3) Memiliki etika luhur, sikap bertanggungjawab, tidak mudah menyerah, ulet dan tekun c. Jurusan Siyasah Jinayah Kompetensi Lulusan Jurusan Siyasah Jinayah 1) Memiliki wawasan luas di bidang pemikiran politik Islam, konsep pemerintahan Islam yang aplikatif dan hukum pidana Islam yang komprehesif 2) Memiliki kemampuan dalam memberikan solusi terhadap persoalanpersoalan dalam masyarakat yang berkaitan dengan hukum tatanegara Islam dan hukum pidana Islam 3) Memiliki kemampuan teknis dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Islam di bidang hukum tatanegara dan hukum pidana dalam rangka transformasi politik dan hukum positif nasional ke arah yang lebih sesuai dengan ajaran Islam yang universal. d. Jurusan Ekonomi Syari ah Kompetensi Lulusan Jurusan Ekonomi Syari ah 1) Memiliki kemampuan akademik yang tinggi, kreativitas yang menonjol dan mampu bersaing secara fair 2) Memiliki ketarampilan dalam menangani tugas-tugas yang diemban dan dalam mencari terobosan dan menciptakan lapangan kerja sesuai dengan bidang kerja yang digelutinya 3) Memiliki etika luhur, sikap bertanggungjawab, tidak mudah menyerah, ulet dan tekun

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, Fakultas Syari ah menempati gedung berlantai 3 dengan rincian: 16 ruang kuliah, 1 ruang pimpinan, 2 ruang administrasi, 2 ruang dosen, 1 ruang jurusan, 2 laboratorium dan 1 gudang. Sarana penunjang kegiatan administratif meliputi 12 komputer, 8 OHP dan 1 LCD. 3. Karakteristik Mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya a. Latar Belakang Karakteristik mahasiswa sangat erat kaitannya dengan sifat dasarnya dan menunjuk pada suatu aspek dalam kepribadian yaitu keseluruhan sifat-sifat individual seseorang yang dapat memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran. Dalam kaitannya dengan obyek penelitian adalah mahasiswa fakultas syari ah IAIN sunan ampel surabaya semester akhir yaitu mahasiswa semester 7 (tujuh) ke atas, mempunyai sistem nilai yang dapat mengendalikan tingkah lakunya dalam kehidupan hingga dapat membentuk gaya yang luas sehingga berbeda dengan mahasiswa lain. Hal ini berkaitan dengan berbagai ketentuan-ketentuan: 1) Mahasiswa semester 7 keatas baik secara biologis maupun psikis lebih berorientasi dalam memilih pasangannya kearah jenjang pernikahan;

2) Kecerdasan social serta kemampuan untuk berpikir logis dan rasional sesuai dengan kapasitas intelektualitas; 3) Kemampuan untuk membuat keseimbangan antara fisik, kecerdasan emosional dan kecerdasan ruhaniah; 4) Karakteristik pada masa dewasa (adulthood) dengan baik dan matang yang meliputi memilih jodoh yaitu menyesuaikan diri dengan status orang dewasa; Maka dari itu mahasiswa semester 7 keatas dianggap representatif untuk dijadikan obyek penelitian dalam penulisan skripsi ini. b. Keadaan Mahasiswa Adapun keadaan mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya terdapat beberapa ketentuan program studi yang menjadi wilayah pembagian dalam jurusannya. Namun yang menjadi pokok dari gambaran keadaan mahasiswa disini adalah mahasiswa semester ahkir yaitu semester 7 (tujuh) ke atas. Jumlah mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya yang aktif studi dalam perkuliahan yaitu: SEMESTER Jmlh I III V VII IX XI XIII 474 354 325 304 193 69 37 1756

Sedangkan jumlah mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya menurut jurusannya sebagai berikut: a. Ahwal Al-Syakhsyiyah SEMESTER Jmlh I III V VII IX XI XIII 137 166 137 136 58 18 20 672 b. Muamalah SEMESTER Jmlh I III V VII IX XI XIII 145 140 150 133 99 35 8 710 c. Siyasah Jinayah SEMESTER Jmlh I III V VII IX XI XIII 79 48 38 35 36 16 9 261 d. Ekonomi Syari ah SEMESTER Jmlh I III V VII IX XI XIII 113 0 0 0 0 0 0 113 Demikian gambaran keadaan mahasiswa fakultas syari ah IAIN sunan ampel Surabaya pada semester ganjil masa priode 2009-2010.

B. Pandangan Mahasiswa Fakultas Syari ah Iain Sunan Ampel Surabaya Tentang Konsep Kafa> ah Dalam Perkawinan Dengan hal ini setelah persiapan penelitian dilakukan maka dimulailah aktivitas pengumpulan data. Dalam hal ini terdapat beberapa unsur konsep dalam kafa> ah menurut mahasiswa Fakultas Syari ah iain Sunan Ampel Surabaya Adapun data yang diperoleh dilapangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya Tentang Konsep Kafa> ah Dalam Perkawinan No Variabel frekuensi presentase 1 Mengetahui banyak 54 60 % 2 Mengetahui sedikit 32 35,6 % 3 Tidak, mengetahui 4 4,4 % 4 Lain-lain 0 0 % Tabel diatas memperlihatkan pada kita bahwa ada dua jawaban responden tentang pengetahuan terhadap konsep kafa> ah dalam perkawinan, yaitu mengetahui dan tidak meng\ethaui. Dari 90 angket yang disebarkankan sebagian besar responden memilih jawaban ya, mengetahui banyak atas pertanyaan apakah anda mengetahui tentang konsep kafa> ah dalam perkawinan? yaitu berjumlah 54 atau 60 % responden, dalam hal ini sangatlah lumrah karena pemahaman mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya tentang kafa> ah dalam perkawinan merupakan kajian dari matakuliah bidang fiqh yang sesuai dengan karakter kampus Islam. Lalu responden yang memilih jawaban Ya, mengetahui sedikit berjumlah 32 atau 35,6 %.

Hal ini berkaitan dengan faktor orientasi jurusan Fakultas Syari ah yang berbeda-beda, namun demikian tingkat pemahaman mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya tentang kafa> ah dalam perkawinan hanya sebatas adanya konsep tertentu sebagai pertimbangan memilih jodoh. Adapun yang memilih jawban Tidak, mengetahui berjumlah 4 atau 4,4% responden. Dari pilihan jawaban yang terakhir lain-lain tidak terdapat responden yang memilih, dalam artian karena hanya berkaitan dengan pemahaman tentang kafa> ah dalam perkawinan dengan penjelasan Ya dan Tidak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya mengetahui dan paham tentang konsep kafa> ah dalam perkawinan. Table Pentingnya Kafa> ah Dalam Perkawinan No Variabel frekuensi presentase 1 Sangat penting 46 51,1 % 2 Penting 38 42,2 % 3 tidak penting 4 4,4 % 4 lain-lain 2 2,2 % Table diatas memperlihatkan kepada kita bahwa pendapat responden tentang pentingnya konsep kafa> ah dalam perkawinan cukup bervariasi. Dari 90 responden ada 46 responden atau 51,1 % menganggap bahwa konsep kafa> ah sangat penting dalam perkawinan. Responden yang menyatakan bahwa kafa> ah sangat penting dalam sebuah perkawinan, beralasan pada keyakinan mereka

bahwa adanya kafa> ah dalam perkawinan dapat mewujudkan kebahagiaan dan ketentraman dalam rumah tangga. Oleh sebab itu sebelum perkawinan berlangsung, maka masing-masing pihak biasanya betul-betul mempertimbangkan apakah ia sekufu (seimbang) dengan pasangannya. Kemudian responden yang memilih jawaban penting atas pertanyaan apakah konsep kafa> ah penting dalam sebuah perkawinan sejumlah 38 atau 42,2 %. Lalu dari 90 angket yang disebarkan terdapat 4 atau 4,4 % pilihan jawaban yang menganggap bahwa konsep kafa> ah dalam perkawinan tidak penting untuk dijadikan pertimbangan dalam membangun rumah tangga, jawaban ini menganggap bahwa pasangan hidup merupakan takdir Allah yang hanya bisa di terima dan di jalani. Sedangkan responden yang memilih jawaban lain-lain berjumlah 2 atau 2,2 %. Hal ini merupakan adanya anggapan bahwa dalam hal memilih pasangan tidak harus dikaitkan secara formal terkait dengan keharusan mengikuti konsep kafa> ah, dalam artian responden menganggap tentang konsep kafa> ah dengan biasa-biasa saja. Disini dapat diketahui bahwa pandangan mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya tentang kafa> ah dalam perkawinan menjadi suatu hal yang pokok dalam pertimbangan memilih pasangan sebelum perkawinan. Hal ini terbukti dengan sebagian besar responden memiliki anggapan bahwa konsep

kafa> ah dalam perkawinan merupakan faktor yang dapat menentukan keharmonisan rumah tangga. Table Tujuan Kafa> ah Dalam Perkawinan No Variabel Frekuensi Presentase 1 Untuk menjaga kehormatan keluarga 37 41 % 2 Untuk menjaga kebahagiaan dalam rumah tangga 42 47 % 3 Untuk memperbaiki keturunan 11 12 % 4 Lain-lain 0 0 % Table diatas menggambarkan pada kita bahwa terdapat keberagaman jawaban responden tentang tujuan kafa> ah yang dalam perkawinan. Dari 90 responden ada 37 responden atau 41 % yang menjawab bahwa tujuan kafa> ah adalah untuk menjaga kehormatan keluarga, hal ini berkaitan dengan faktor adanya tuntutaan perkawinan dengan menjaga nama baik keluarga. Kemudian yang menjawab bahwa tujuan kafa> ah adalah untuk menjaga kebahagiaan rumah tangga ada 42 atau 47 % responden. Pandangan responden dalam hal ini menyangkut konsep memilih pasangan dengan mempertimbangkan unsur kesejahteraan antara suami isteri untuk mencapai keharmonisan dalam membangun rumah tangganya. Adapun yang memilih jawaban untuk memperbaiki keturunan dari pertanyaan apakah tujuan konsep kafa> ah dalam perkawinan berjumlah 11 atau 12 % responden. Pilihan jawaban tersebut berdasarkan pertimbangan tingkat keberadaan sosial yang harus dirubah dengan proses memilih pasangan, baik dalam segi ekonomi atau bentuk jasmani

keluarga. Sedangkan jawaban lain-lain dari tujuan konsep kafa> ah dalam perkawinan, tidak terdapat responden yang mempunyai pilihan. Dalam artian responden beranggapan bahwa tidak adanya tujuan dari konsep kafa> ah dalam perkawinan selain pilihan jawaban diatas. Dari jawaban responden pada table IV diatas, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang mempunyai pandangan tentang tujuan dari konsep kafa> ah dalam perkawinan yaitu untuk menjaga kesejahteraan rumah tangga. Hal ini berkaitan dengan harapan yang di bangun dalam perkawinan itu sendiri, untuk membangun keharmonisan rumah tangga. Dengan demikian menurut pandangan mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya tentang tujuan dari konsep kafa> ah dalam perkawinan adalah demi memperoleh kebahagiaan dalam rumah tangga. C. Kriteria Kafa> ah Dalam Perkawinan Menurut Mahasiswa Fakultas Syari ah Iain Sunan Ampel Surabaya Tentang Konsep Kafa> ah Dalam Perkawinan Kriteria-kriteria kafa> ah dalam perkawinan menurut mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya ada 4 (empat) faktor yang dianggap perlu untuk dijadikan pertimbangan kafa> ah dalam perkawinan. Hal ini menyangkut beberapa pertimbangan-pertimbangan yang telah diuraikan penjelasaanya oleh mahasiswa sesuai dengan persepsinya dalam konsep kafa> ah. Adapun kriteria ukuran kafa> ah dalam perkawinan menurut pandangan mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya, sebagai berikut:

Table Kriteria Ukuran Kafa> ah Yang Paling Pokok Dalam Perkawinan No Variabel frekuensi presentase 1 Agama 28 31 % 2 Nasab 17 19 % 3 Harta 34 38 % 4 Pekerjaan 11 12 % Table diatas menggambarkan pada kita bahwa terdapat keberagaman jawaban responden tentang kriteria ukuran kafa> ah yang paling pokok yang dalam perkawinan. Dari keseluruhan angket yang disebarkan, 90 responden memenuhi isi dari pilihan jawaban yang ditawarkan. Adapun jawaban responden terhadap kriteria unsur yang paling pokok dalam perkawinan yaitu: 1. Agama Yaitu ukuran kafa> ah (keseimbangan) seseorang ditentukan oleh faktor agama, artinya sampai sejauh mana ketaatan seorang menjalankan perintah agama dan meninggalkan hal-hal yang dilarangnya. Faktor ini menjadi salah satu unsur kriteria kafa> ah karena dalam setiap kehidupan rumah tangga harus meletakkan unsur-unsur nilai ketakwaan kepada Allah 39. Selain itu dalam membangun rumah tangga adalah berorientasi pada anjuran rosulullah kepada manusia untuk meneruskan generasi. Sehingga menurut mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya, bahwa faktor agama itu 39 Hasil wawancara dengan mahasiswi Fak. Syariah IAIN supel Surabya. Tahun 2009.

termasuk kriteria kafa> ah dalam perkawinan disebabkan karena nilai kebutuhan ibadah. Untuk lebih jelasnya, sejauh manakah faktor agama dapat mempengaruhi proses kafa> ah dalam perkawinan, berikut dibawah ini: Dari table diatas menunjukkan bahwa dari 90 responden ada 28 responden atau 31% yang menjawab agama atau akhlak seseorang sebagai ukuran kafa> ah yang paling pokok dalam sebuah perkawinan. Disini mahasiswa memilih agama sebagai pertimbangan dalam unsur kafa> ah karena menyangkut kerohanian beribadah dalam membangun rumah tangga. 2. Nasab Adalah ukuran kufu (seimbang) seseorang ditentukan oleh faktor nasab (keturunan). Artinya apakah calon suami isteri dari keturunan priyayi, tokoh masyarakat atau kyai, orang kaya, orang miskin dan orang awam. Faktor nasab (keturunan) dijadikan juga sebagai ukuran kafa> ah dalam perkawinan karena menurut pandangan mahasiswa Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan tujuan demi menjaga martabat dan kehormatan diri dan keluarga dari sebagian masyarakat yang berada pada tingkatan status sosial tertentu dalam masyarakat. Hal ini berkaitan dengan adanya unsur menjaga kehormatan keluarga dengan menjunjung nilai status tingkat derajat

dalam sosial masyarakat sekitarnya. Sehingga dalam menjaga nama baik keturunan keluarga menjadi sebab utama dalam membangun rumah tangga 40. Untuk mengetahui data dari table diatas menunjukkan ada 17 atau 19 % responden yang memilih unsur nasab seseorang sebagai ukuran kafa> ah yang paling pokok dalam sebuah perkawinan. Hal ini berkaitan dengan faktor untuk meneruskan harapan dari keluarga yaitu menjaga martabat keluarga dalam tingkat sosial masyarakat. 3. Kekayaan Menurut pandangan mahasiswa Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya ukuran kufu seseorang tentang kekayaan ditentukan dengan kemampuan memberikan mahar yang diminta dan nafkah yang cukup dan pantas, dalam artian bahwa dipertimbangkannya kekayaan dalam masalah kafaah, karena seorang wanita dari keluarga kaya akan menderita hidup bersama laki-laki yang miskin, dan karena manusia menganggap kemiskinan sebagai kekurangan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Dalam kehidupan seseorang faktor kekayaan atau harta merupakan hal yang harus diperhatikan, hal ini berhubungan dengan adanya kebutuhankebutuhan dalam setiap rumah tangga. Untuk memenuhi segala kebutuhan dalam rumah tangga menurut mahasiswa, yang paling utama adalah adanya materi yaitu harta. Dengan adanya harta maka dapat terpenuhi semua 40 Hasil wawancara dengan mahasiswi Fak. Syariah IAIN supel Surabya. Tahun 2009.

kebutuhan dalam rumah tangga 41, sehingga mahasiswa Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya memasukkan faktor kekayaan kedalam kriteria kafa> ah dalam perkawinan. Dari latar belakang kehidupan mahasiswa yang materialistic, mampu mempengaruhi cara berpikir tentang keadaan-keadaan sosial, sehingga faktor kekayaan merupakan penentu dalam pemenuhan segala kebutuhan-kebutuhan rumah tangga. menurut pandangan mahasiswa Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya, dengan harta kekayaan dapat menjaga kehormatan serta menciptakan ketentraman dan keharmonisan dalam rumah tangga. Untuk mengetahui sejauh manakah faktor kekayaan dapat mempengaruhi suatu perkawinan, dari table diatas menunjukkan bahwa terdapat 34 atau 38 % renponden menanggapi unsur harta atau kekayaan sebagai salah satu kriteria kafa> ah yang paling pokok dalam perkawinan. Disini menyangkut pandangan responden tentang keberadaan harta sebagai faktor yang sangat menunjang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. 4. Pekerjaan Ukuran kufu seseorang tentang pekerjaan yaitu adanya mata pencaharian yang dimiliki seseorang untuk dapat menjamin nafkah 41 Hasil wawancara dengan mahasiswi Fak. Syariah IAIN supel Surabya. Tahun 2009.

keluarga 42, ditentukan oleh kemapanan ekonomi, yakni penghasilan dari pekerjaan yang tetap. Jadi orang yang ekonominya belum mapan atau tidak mempunyai penghasilan yang tetap ataupun orang yang masih pengangguran, menurut penilaian mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya dipandang tidak sekufu hal ini disebabkan bahwa dizaman yang sulit seperti sekarang ini, untuk memenuhi hidup kesetaraan adalah susah jika tidak mempunyai sumber pemasukan dana yang tetap 43. Jika suatu rumah tangga mempunyai mata pencaharian atau pekerjaan maka segala kebutuhan dalam rumah tangganya secara tidak langsung dapat memenuhinya. Oleh karena itu mahasiswa Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya memasukkan faktor pekerjaan kedalam kriteria kafa> ah dalam perkawinan. Dari keseluruhan angket yang disebarkan terdapat 11 atau 12 % responden yang memilih pekerjaan sebagai unsur pertimbangan kafa> ah dalam perkawinan. Disini berdasarkan pandangan responden terhadap nilai kebutuhan rumah tangga yang harus terpenuhi setiap harinya, dalam artian pekerjaan atau mata pencaharian merupakan status yang harus ada dalam membangun rumah tangga. Disini dapat dimengerti bahwa pandangan mahasiswa Fakultas Syari ah IAIN Sunan Ampel Surabaya tentang kafa> ah dalam perkawinan, 42 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, h. 846 43 Hasil wawancara dengan mahasiswi Fak. Syariah IAIN supel Surabya. Tahun 2009.