BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

2016 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KECAMATAN PURWADADI KABUPATEN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. acuan dari kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perlu ditingkatkan, di

KONTRIBUSI KOMPENSASI DAN MOTIVASI MENGAJAR TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam komunitas sosial untuk mengimbangi laju perkembangan ilmu. bersamaan terhadap perkembangan dan sistem pendidikan bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. itu, hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Merinda Noorma Novida Siregar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia indonesia

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

BAB I PENDAHULUAN. Unsur sumber daya manusia memegang peranan sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha secara sadar yang sengaja dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses globalisasi merupakan keharusan sejarah yang tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar

kompetensi tersebut karena guru merupakan orang terdepan yang secara langsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian SMK Telkom Pariwisata Bandung (SMK TPB)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional). Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

PENGARUH MOTIVASI, PERILAKU PEMIMPIN, DAN KESEMPATAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA PEGAWAI

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. nasional. Padahal, penyelenggaraannya telah menguras sekitar dua pertiga dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan jasa pendidikan bagi peserta didik sebagai pelanggannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rendahnya kualitas pendidik di Indonesia merupakan cerminan rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Guru Sekolah Dasar merupakan ujung tombak keberhasilan dalam. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas, nampaknya harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi tidak mungkin dapat mencapai tujuan tanpa dukungan anggota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju. peningkatan sumber daya manusia. Mulyasa (2011:3) mengemukakan:

P., 2015 PENGARUH PEMBERIAN TUNJANGAN PROFESI TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMPN SE-RAYON 03 KABUPATEN GARUT

2015 ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BAHASA DAERAH SUNDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Mintarsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Payong (2011) menjelaskan bahwa dalam Standar Nasional

BAB I PENDAHULUAN. juga semakin pesat seperti tiada henti. Dapat dilihat dari alat-alat teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. daya manusianya. Guru sebagai salah satu elemen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Kabupaten Bandung yang merupakan bagian integral dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi dilihat juga dari sikap dan mentalitasnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dadan Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru yang disebut juga pendidik merupakan tenaga profesional yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah pesat. Setiap organisasi berlomba-lomba dalam mencapai target yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor manusia tetap memegang peranan penting bagi keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja didalamnya. Orang-orang yang bekerja di sekolah adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat dan persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu

PERBEDAAN KINERJA PADA GURU TETAP DENGAN GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN SUKOHARJO. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemerintah beranggapan bahwa profesional guru dan dosen dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. hanya diperoleh dari guru yang profesional dan sekolah berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

Transkripsi:

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sekolah merupakan institusi yang sangat berkaitan dengan upaya sadar pembentukan pribadi seseorang yang diharapkan selaras dengan tuntunan budaya manusia yang semakin tinggi. Peran sekolah sangat kompleks, bukan saja masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakannya. Sekolah tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan dengan proses peningkatan segala aspek yang ada di dalam sekolah. Untuk mencapai pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas, suatu lembaga pendidikan sebagai suatu sistem, dipengaruhi oleh berbagai komponen seperti program kegiatan pembelajaran, peserta didik, saranaprasarana pembelajaran, pembiayaan, lingkungan masyarakat, kepemimpinan kepala sekolah, guru dan faktor-faktor lainnya (Rohiat, 2008: 19). Proses peningkatan mutu pendidikan dan sumber daya manusia disekolah memerlukan guru baik secara individu maupun kolaboratif untuk melakukan kinerja mengajar yang mengubah suatu kondisi agar pendidikan dan pembelajaran menjadi lebih berkualitas, untuk itu guru memegang peranan utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Adapun dalam UU No 14 Pasal 1 ayat 1 tahun 2005 menyebutkan: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dengan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Menjadi guru merupakan profesi yang penuh dengan tantangan, yang sering kali guru berhadapan dengan tuntutan kualitas profesi, amanah dari 1 Arum Sulastri, 2013 Kontribusi Kompensasi Dan Motivasi Mengajar Terhadap Kinerja Mengajar Guru di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Tamijajar,Tulang Bawang Barat,Lampung (Studi Analitik Terhadap Guru Sertifikasi Dan Non Sertifikasi) Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2 stakeholders, masyarakat, pemerintah atas keberhasilan pembelajaran akademis siswa dan menuntut kemampuan guru untuk menguasai empat kompetensi sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru dengan melakukan reformasi setahap demi setahap. Menurut Barnawi dan Mohammad Arifin (2012: 15) strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah sudah mencakup delapan point yaitu (1) peningkatan kualifikasi; (2) sertifikasi; (3) peningkatan kompetensi; (4) pengembangan karir; (5) penghargaan dan perlindungan; (6) perencanaan kebutuhan akan guru; (7) tunjangan guru; (8) maslahat tambahan. Adapun menurut Udin Syaefudin Sa ud (2010:77) pengembangan profesionalisme guru harus menjadi perhatian global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru yang berdampak pada meningkatkan kesejahteraan guru yaitu pemerintah telah melaksanakan program sertifikasi guru. Program sertifikasi ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam rangka implementasi dari Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) dan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007. Berdasarkan hukum Undang-Undang tersebut dikemukakan bahwa guru adalah pendidik profesional yang harus memenuhi sejumlah pernyataan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi. Adapun sertifikasi guru diartikan sebagai pemberian sertifikat yang diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sertifikasi pendidik ini diberikan kepada seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan profesi dan telah lulus uji sertifikasi pendidik. Sertifikasi guru ini merupakan salah satu

3 tanggung jawab yang dilakukan oleh pemerintah sebagai apresiasi jalan untuk menjadikan guru profesional dalam peningkatan mutu pembelajaran yang diimbangi dengan kesejahteraan guru dalam bentuk pemberian tunjangan (kompensasi) sehingga kinerja guru dapat meningkat. Menurut Mulyasa (2008: 34) sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang yang dipilihnya, dengan demikian dengan adanya sertifikasi guru diharapkan kinerja guru lebih berkualitas dan berdampak pada kesejahteraan guru yang berupa tunjangan profesi yang memadai (kompensasi). Menurut Kusumah (2012: 56) mengemukakan bahwa: Sertifikasi guru jelas menggembirakan, dia datang bagaikan sinar yang menyinari para guru, tetapi sertifikasi guru juga menyedihkan karena kesuciannya banyak dikotori oleh oknum-oknum guru yang tak berakhlaqul karimah, sehingga mencederai sertifikasi itu sendiri, padahal tujuan sertifikasi itu bagus, selain mensejahterakan para guru juga membantu guru menjadi profesional. Menjadi guru yang sudah tersertifikasi harus memiliki kemampuan kreatif, kinerja mengajar yang baik didalam melaksanakan tugasnya seharihari sebagai pengajar maupun pendidik, mampu berinovatif dan motivasi tinggi sehingga dapat tercermin sebagai guru profesional yang menggambarkan kemampuan guru dalam proses pengajaran yang dilihat dari kinerjanya yang baik. Kinerja merupakan masalah yang komplek dalam organisasi sekolah, salah satu tantangan yang dihadapi instansi sekolah dalam mengelola seluruh guru-guru sertifikasi dan non-sertifikasi yaitu mendorong semangat kerja seluruh guru walaupun dalam predikatnya berbeda, sehingga mampu mencapai kinerja yang optimal yang berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan, seperti halnya yang diungkapkan Prabu Mangkunegara (2010: 67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja mengajar guru merupakan salah satu faktor penentu dalam mencapai tujuan pembelajaran dalam pendidikan, sehingga kinerja perlu di upayakan untuk selalu ditingkatkan.

4 Namun hal ini tidaklah mudah dilakukan, sebab banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis (dalam Prabu Mangkunegara, 2010: 13) bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi pencapaina kinerja adalah kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Menurut Usman (2010: 250) menyebutkan bahwa motivasi seseorang ditentukan oleh intensitas motifnya (uang). Adapun menurut Griffin (2004: 38) bahwa motivasi adalah penting karena sangat menentukan kinerja dan karena sifatnya tidak terwujud. Maka dari itu kinerja mengajar guru merupakan salah satu faktor dominan yang berpengaruh terhadap kompensasi dan motivasi. Sebagaimana yang disebutkan oleh Wether dan Davis (dalam Wibowo, 2007: 158) bahwa kompensasi merupakan apa yang diterima pekerja sebagai tukaran atas kontribusinya kepada organisasi, dan didalam kompensasi terdapat sistem intensif yang menghubungkan kompensasi dengan kinerja. Senada dengan hal tersebut Rowley (2012: 281) mengemukakan bahwa uang memang pada kenyataannya berpengaruh untuk memotivasi kerja dan system imbalan yang dirancang dengan baik akan memotivasi para pekerja ke arah tingkat kinerja yang diinginkan oleh organisasi. Adapun senada yang diungkapkan oleh Cahyani (2005: 77) kompensasi merupakan faktor penting untuk mempertahankan karyawan/ pegawai, sebab suka tidak suka dan disadari atau tidak uang merupakan faktor penting dalam kehidupan yang dapat meningkatkan motivasi walaupun sulit untuk bisa memuaskan manusia. Selain kompensasi yang dibutuhkan dalam kinerja mengajar guru adanya motivasi sangat diperlukan, dimana motivasi yang rendah akan mengahasilkan guru yang kinerja mengajarnya rendah, sedangkan motivasi yang tinggi akan membuat guru berusaha bekerja menjadi lebih baik dan menghasilkan kinerja mengajar guru yang berkualitas. Dalam melaksanakan tugas pembelajaran, permasalahan akan muncul bukan saja pada guru yang belum tersertifikasi yang menginginkan predikat profesional akan tetapi pada guru yang sudah tersertifikasi. Guru akan menghadapi suatu problema yang berasal dari dalam maupun luar

5 kepentingan guru seperti halnya guru yang tersertifikasi dituntut berkewajiban harus lebih mampu bekerja secara profesional, memiliki kemampuan kompetensi, motivasi mengajar yang lebih, sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja mengajar yang dikelolanya dan diembannya sebagai predikat profesional sehingga tidak ada pemberitaan yang negatif. Menurut Wahyudi (Media Indonesia, 17/11/2012) mengemukakan bahwa sertifikasi yang dilaksanaan saat ini gagal dan hanya menghabiskan dana anggaran. Adapun Fatwa (Kompas. Com, 16/3/2012) juga mengemukakan uji kompetensi yang diadakan pemerintah belum menunjukkan kinerja mengajar guru yang profesional dan guru yang sudah tersertifikasi malah mempunyai motivasi yang kurang dalam mengajar. Adapun menurut Rose (2012: 181) menyatakan Any discussion of the relationship of teacher pay to learning outcomes must begin by acknowleadging that there is a problem to be solved and teachers must be at the centre of solving it. Artinya setiap diskusi tentang hubungan gaji guru (kompensasi) dengan hasil belajar harus dimulai dengan mengakui bahwa ada masalah yang harus dipecahkan dan guru harus berada dipusat pemecahan masalah tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut maka bisa dikatakan bahwa kompensasi memberikan pengaruh terhadap peningkatan dan penurunan kinerja mengajar guru dan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Adapun fenomena yang terjadi dilapangan hasil pengamatan penulis menunjukkan bahwa kinerja mengajar para guru itu relatif, ada guru yang sudah sertifikasi kinerjanya meningkat dan adapula yang kinerjanya sama saja tidak ada perubahan yang signifikan, selain itu ada pula guru yang belum sertifikasi tetapi kinerjanya memang sudah bagus karena adanya berbagai pengalaman atau sebaliknya. Adapula sebagian guru yang sudah tersertifikasi malah mempunyai motivasi yang kurang, jarang membuat program pengajaran dan evaluasi, serta keengganan menyelesaikan pekerjaan dalam membuat silabus dan menganalisis pembelajaran yang cocok untuk diajarkan pada siswa, karena berfikir yang penting sudah sertifikasi jadi mengajar hanya sebagai rutinitas bukan tanggung jawab, sehingga mempunyai

6 kualifikasi kinerja mengajar yang sama dengan guru yang belum tersertifikasi padahal seharusnya yang terjadi guru yang sudah tersertifikasi harus lebih mampu mengembangkan kompetensinya dan memenuhi jam pelajaran sebanyak 24 jam kinerja mengajarnya serta lebih mampu berinovasi serta kurangnya fasilitas pembelajaran/ alat bantu dalam kegiatan mengajar. Sebagaimana diketahui dari data yang diperoleh bahwa jumlah guru yang sudah tersertifikasi hingga akhir tahun 2011 khusus Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Data Jumlah Guru yang Sudah Tersertifikasi. TK SD SMP SMA SMK Pengawas Total 4 631 218 120 41 35 1049 Tabel 1.2. Rata-Rata Hasil Uji Kompetensi Guru. SD SMP SMA/ SMK 40% 38,42% 49% Sumber: Dinas Pendidikan Tulang Bawang Barat (TBB) 2012. Tabel 1.3. Rata-Rata Hasil Ujian Nasional (UN) di Kecamatan Tumijajar. No. Tahun Rata-rata Hasil UN 1. 2010 22,5% 2. 2011 23,5% 3. 2012 23,5% Sumber: Dinas Pendidikan Tulang Bawang Barat (TBB), 2012 Selain itu pada surat kabar internet Lampung Post. Co, Rabu (06 /12/12) menurut Ara (Guru) yang menanggapi belum adanya peningkatan kinerja yang signifikan dari guru-guru penerima tunjangan sertifikasi, menyebutkan bahwa Pada dasarnya banyak guru yang masih belum memiliki kompetensi ideal, sekarang banyak guru yang sudah S2, sekaligus sudah tersertifikasi, tapi performa mengajar dan kinerjanya masih sama seperti saat belum menerima tunjangan. Adapun Lampung Post dalam Issu. Com (17/11/12) mengemukakan tenaga mengajar tidak menerapkan system

7 pengajaran yang ideal didalam kelas dan program sertifikasi guru dinilai tidak mampu meningkatkan kualitas guru. Sedangkan dari pemberitaan hasil nilai Ujian Nasional (UN) dari tahun 2010 hingga 2012, dinyatakan bahwa UN SD khususnya daerah Lampung kurang memuaskan. Menurut Bujang Rahman (Radar Lampung. Com, 29/01/2012)) mengatakan: Hingga kini banyak publik menyangsikan hasil UN, karena di lapangan tidak disiapkan secara simultan. Ia pun menyarankan agar persiapan di lapangan dalam pelaksanaan UN bagi siswa SD benarbenar matang. Jangan sampai terulang adanya apresiasi tidak baik dari publik terhadap hasil UN hanya karena kesiapan di lapangan tidak matang. Adapun hasil penelitian tentang kinerja guru diungkapkan oleh Yensi (2010) dalam penelitiannya mempunyai pengaruh yang signifikan kompensasi dan motivasi terhadap kinerja sebesar R 2 = 45,6%. Dan beberapa hasil penelitian tentang kinerja guru sertifikasi yaitu diungkapkan oleh Ramli dalam penelitiannya (2012: 32) dikatakan bahwa Seseorang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik secara otomatis akan menerima tunjangan yang terkait dengan sertifikat tersebut. Dengan demikian terjadi suatu penambahan income atas seseorang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik. Dengan adanya sertifikat pendidik yang melekat pada seorang guru, dapat disimpulkan bahwa guru tersebut telah memiliki beberapa kemampuan lebih dibandingkan dengan teman-teman guru yang belum mendapatkan sertifikat pendidik. Dan dengan kompetensi dan profesionalisme yang dimiliki diharapkan juga mampu meningkatkan kinerja di sekolah. Adapun menurut Wardana dalam penelitiannya tentang guru sertifikasi (2013: 99) mengungkapkan : Fakta kinerja mengajar guru yang sertifikasi belum menunjukkan kinerja yang baik, ada pula guru yang mengalami penurunan kinerja setelah mereka mendapatkan sertifikasi. Peningkatan kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi masih belum memuaskan, motivasi kerja yang tinggi justru ditunjukkan oleh guru yang belum mengikuti sertifikasi dengan harapan segera dapat disertifikasi, demikian temuan sementara dari hasil survey yang dilakukan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengenai dampak sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru. Dan mempunyai korelasi sebesar (r = 0,636) antara motivasi dan kinerja guru sertifikasi.

8 Fenomena tersebut menunjukkan tingkat kompetensi para guru masih rendah dan mengandung arti bahwa pengelolaan proses belajar mengajar, pengembangan diri guru, motivasi dan kinerja mengajar masih perlu ditingkatkan mutunya, pembinaan, dan pengawasan terhadap guru harus dilakukan secara kontiniu dan peningkatan tunjangan sertifikasi yang diberikan pemerintah masih belum mampu meningkatkan kinerja yang dimiliki guru. Faktor kompensasi yang diberikan sebagai balas jasa dan motivasi perlu diperhatikan dalam penseleksiannya apabila ingin meningkatkan kinerja mengajar guru. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah penelitian dapat diidentifikasi dan dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Identifikasi Masalah. Sebagai pengelola proses belajar mengajar yang profesional, guru dituntut melakasankan tugas dan kewajibannya, berpengetahuan luas, dan mampu memotivasi dirinya sendiri sehingga menghasilkan kinerja mengajar yang optimal yang tercermin dari prestasi hasil belajar peserta didiknya dalam rangka meningkatkan kualitas dan tujuan pendidikan. Belum maksimalnya pengelolaan proses belajar mengajar oleh guru mengidentifikasikan bahwa kinerja mengajar guru perlu mendapatkan perbaikan, perhatian dan dapat dilakukan pembinaan lagi. Adapun beberapa faktor yang rendahnya kinerja mengajar guru dapat berasal dari individu guru sendiri, organisasi maupun psikologisnya. Kurang memuaskannya kinerja mengajar tersebut diidentifikasi sebagai berikut: a. Kurangnya motivasi mengajar, b. Adanya perbedaan kesejahteraan/ insentif guru, c. Kurangnya fasilitas pembelajaran/ alat bantu mengajar, d. Jarangnya membuat program pengajaran dan evaluasi yang inovatif

9 e. Kurang mampunya mengelola interaksi pembelajaran dikelas. f. Keengganan menyelesaikan pekerjaan dalam membuat silabus dan menganalisis pembelajaran yang cocok untuk diajarkan pada siswa. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru di Sekolah Dasar Negeri se-tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung. Faktor-faktor kinerja mengajar guru tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Variabel individu: Kemampuan, Keterampilan, Mental fisik, Latar belakang keluarga, Tingkat sosial, Pengalaman, Demografi Kinerja Mengajar Guru (Kinerja Individual) Variabel Organisasi Sumber Daya, Kepemimpinan, Imbalan (kompensasi), Struktur Desain pekerjaan. Variabel Psikologis Persepsi, Sikap, Kepribadian, Belajar dan Motivasi Gambar 1.1. Faktor Kinerja menurut Edi Siregar (2011: 85) dan Malthis dan Jackson (2009: 114). Berdasarkan uraian diatas, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru sangat komplek, mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga serta keterkaitan antara program sertifikasi maka pada penelitian ini variabel-variabel yang akan diteliti dibatasi pada tiga variabel yaitu kompensasi sebagai variabel bebas (X 1 ), motivasi mengajar sebagai variabel bebas (X 2 ) dan kinerja mengajar guru (Y) sebagai variabel terikat. Variabelvariabel tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut: a) Kompensasi sebagai pendapatan yang diterima pegawai yang berupa pembayaran keuangan langsung dan pembayaran tidak langsung sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada organisasi.

10 b) Motivasi mengajar diartikan sebagai energi psikologi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan yang diharapkan. Adapun motivasi bisa berasal dari diri sendiri (instrinsik) maupun dari luar individu (ekstrinsik). c) Kinerja mengajar guru merupakan perilaku kerja yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar didepan kelas sesuai dengan kriteria tertentu. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana kompensasi yang diperoleh guru di Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung? b. Bagaimana motivasi mengajar guru di Sekolah Dasar Negeri se- Kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung? c. Bagaimana kinerja mengajar guru di Sekolah Dasar Negeri se- Kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung? d. Berapa besar kontribusi pemberian kompensasi terhadap kinerja mengajar guru di Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung? e. Berapa besar kontribusi motivasi mengajar terhadap kinerja mengajar guru di Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung? f. Berapa besar kontribusi pemberian kompensasi dan motivasi mengajar terhadap kinerja mengajar guru di Sekolah Dasar Negeri se- Kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung? g. Bagaimana perbedaan kinerja mengajar guru sertifikasi dan nonsertifikasi di Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung.

11 h. Bagaimana perbedaan kompensasi pada guru sertifikasi dan nonsertifikasi di Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung i. Bagaimana perbedaan motivasi mengajar pada guru sertifikasi dan non-sertifikasi di Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung. C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kompensasi dan motivasi mengajar terhadap kinerja mengajar guru Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung. Tujuan umum ini dirinci menjadi tujuan yang lebih khusus, yaitu untuk mengetahui: a. Besarnya gambaran pemberian kompensasi guru di Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung. b. Besarnya gambaran motivasi mengajar guru di Sekolah Dasar Negeri se- Kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung. c. Besarnya gambaran kinerja mengajar guru di Sekolah Dasar Negeri se- Kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung. d. Besarnya kontribusi variabel pemberian kompensasi terhadap kinerja mengajar guru di Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung. e. Besarnya kontribusi variabel motivasi mengajar terhadap kinerja mengajar guru di Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung. f. Besarnya kontribusi pemberian kompensasi dan motivasi mengajar terhadap kinerja mengajar guru di Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung.

12 g. Besarnya perbedaan kinerja mengajar guru sertifikasi dan guru nonsertifikasi di Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat. Lampung. h. Besarnya perbedaan kompensasi guru sertifikasi dan guru non-sertifikasi di Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung. i. Besarnya perbedaan motivasi mengajar antara guru sertifikasi dan guru non-sertifikasi di Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Tumijajar, Tulang Bawang Barat, Lampung. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan teoritis dan praktis. 1. Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat antara lain: a. Untuk Kepentingan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini memperkaya khasanah kajian keilmuan, yaitu bidang ilmu pengelolaan sumber daya manusia khususnya ditinjau dari sistem kompensasi dan pemberian motivasi mengajar kepada guru terhadap kinerja mengajar guru. b. Peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan tentang kompensasi yang diterapkan selama ini dalam upaya meningkatkan kinerja mengajar guru yang secara signifikan dapat meningkatkan kesejahteraan dan pemotivasian guru. 2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan: a. Guru Sekolah Dasar, sebagai umpan balik dan masukan bagaimana motivasi dan kinerja mengajar mereka selama ini, dan beberapa rekomendasi yang mungkin disampaikan untuk meningkatkan motivasi mengajar sehingga kinerja mengajar guru lebih baik dimasa yang akan datang.

13 b. Kepala Sekolah Dasar, sebagai umpan balik dan masukan bahwa sistem tunjangan profesi yang ditetapakan dapat mempengaruhi upaya guru untuk dapat meningkatkan kinerja mengajar guru. c. Bagi Guru, dapat menjadi masukan untuk memperbaiki cara mengajar dalam kinerja mengajar guru. E. Struktur Organisasi Tesis Untuk memahami alur pikir dalam penulisan tesis ini, maka perlu adanya struktur organisasi yang berfungsi sebagai pedoman penyusunan laporan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis. Bab II berisi kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun rumusan masalah dan tujuan. Serta mengemukakan kerangka pikir yang mendasari penelitian dan pemaparan hipotesis penelitian. Bab III berisi penjelasan yang rinci mengenai metode penelitian. Komponen dari metode penelitian terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian berikut dengan justifikasi penggunaan metode penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisis data penelitian. Bab IV berisi hasil penelitian dari analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan tentang masalah penelitian, serta pembahasan yang dikaitkan dengan kajian pustaka. Bab V berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi yang menyajikan tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Penulisan kesimpulan untuk tesis berupa butir demi butir hasil penelitian. Rekomendasi dapat ditujukan kepada para praktisi pendidikan, ataupun kepada peneliti berikutnya.

14 Daftar pustaka memuat semua sumber yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan tesis. Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian.