PELATIHAN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN UNTUK MENSTIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA 0 3 TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

BAB II TINJAUAN TEORI

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF

Manfaat Deteksi Dini. Tumbuh Kembang Anak SERI BACAAN ORANG TUA

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL

PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH. II.1 Mainan Anak Edukatif II.1.1 Definisi Mainan Anak Edukatif

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang. perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB V HASIL PENELITIAN

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

MAKALAH. 7 Permainan Untuk Meningkatkan Kecerdasan Otak Anak Pada Golden Period. Untuk memenuhi tugas matakuliah. Teknologi Informasi dalam Kebidanan

Panduan CINTA. AyahBunda. untuk. Puskesmas Kecamatan Cilincing. Puskesmas Kecamatan Cilincing

Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 0-1 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Copyright

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

Dasar Pembentukan Bina Keluarga Balita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

PERKEMBANGAN MASA BAYI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V MENJAHIT UNTUK ANAK USIA DINI. bahan menjadi satu. Banyak teknik menjahit yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

1. Pendahuluan PEMBEKALAN PENGETAHUAN TENTANG KARAKTERISTIK ANAK USIA PRA SEKOLAH BAGI GURU-GURU POS PAUD DI WILAYAH KELURAHAN PASIR KALIKI-CIMAHI

STIMULASI DINI UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN DAN KREATIVITAS ANAK

Mengenali Perkembangan Balita

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang

Tumbuh kembang anak. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun

PAUD DAN PEMANFAATAN BAHAN BEKAS UNTUK APE

BAB I PENDAHULUAN. berlainan akan tetapi keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan (growth)

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. dengan spontanitas dan menyenangkan.sesuatu yang dilakukan anak. orang dewasa (Utami& Sulistyaningrum, 2014, h.59).

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN.

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

BAB II LANDASAN TEORI

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK USIA 1-3 TAHUN

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa usia prasekolah merupakan masa emas, dimana anak mulai merasa peka

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG

TUMBUH KEMBANG ANAK. Mei Vita Cahya Ningsih. Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi.

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty.

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS

Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn ¹Yuanita Lely Rachmawati, ²Dyah Nawang Palupi, ³Delfi Fitriani

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan skill dalam

TUMBUH KEMBANG ANAK. By. Nur Asnah,S.S.Kep.Ns.M.Kep

PELAKSANAAN 5 LANGKAH KEGIATAN POSYANDU. Manjilala

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN PERMAINAN BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL KAUSAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini dijadikan sebagai cermin untuk melihat

BAB VII MENEMPEL UNTUK ANAK USIA DINI. Menempel merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

Majalah Dinding Sebagai Media Komunikasi Bidan Desa Terpencil

siap untuk dipenuhi coretan-coretan. Baik buruknya isi coretan tersebut, kita yang

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

DETEKSI DINI DAN STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK. Nur Faizah R

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial.

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PAUD ISLAM TERPADU MUTIARA HATI BABAGAN KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Oleh: Prof.Dr. Siti Partini Suardiman Drs. Hiryanto, M.Si

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa

Layanan Tumbuh Kembang Balita dengan Pendampingan Ibu dan Anak Sehat

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes

Seri Pendidikan Orang Tua: PENGASUHAN POSITIF

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

Workshop Peningkatan Kualitas Tenaga Kependidikan bagi Guru RA. Hotel Bifa Yogyakarta 15 Maret 2011

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Transkripsi:

Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 PELATIHAN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN UNTUK MENSTIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA 0 3 TAHUN 1 Retno Dwiyanti, 2 Citra Hadi Kurniati 1 Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto email: 1 retnodwiyanti13@yahoo.co.id, 2 citrahadi@yahoo.com Abstrak. Tujuan dari kegiatan ini adalah : 1) Memberikan pengetahuan kepada Kader Posyandu tentang perkembangan anak usia 0 3 tahun, 2) Melatih kader Posyandu membuat dan menggunakan alat permainan edukatif untuk menstimulasi perkembangan anak usia 0 3 tahun. Kegiatan dalam pelatihan ini adalah : 1) Pemberian materi tentang perkembangan anak usia 0 3 tahun, 2) pelatihan pembuatan dan penggunaan permainan edukatif untuk meningkatkan perkembangan anak usia 0 3 tahun. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, dan pemberian tugas. Luaran yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah ada peningkatan pemahaman tentang Perkembangan anak usia 0 3 tahun, serta peningkatkan kemampuan membuat dan menggunakan alat permainan edukatif untuk menstimulasi perkembangan anak usia 0 3 tahun. Kata Kunci : Alat permainan, Perkembangan anak, Posyandu 1. Pendahuluan Posyandu merupakan salah satu kegiatan dari tim penggerak PKK yang bertujuan untuk memantau dan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan balita khususnya dan anggota masyarakat umumnya. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh, misalnya: bertambah berat badan, bertambah tinggi badan, bertambah lingkaran kepala, tumbuh gigi susu, dan perubahan tubuh yang lainnya. Sedangkan Perkembangan adalah perubahan mental, misalnya kecerdasan, sikap, tingkah laku, dan sebagainya. Perubahan mental ini berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit. Untuk mencapai tujuan tersebut, kader Posyandu memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan Posyandu di lapangan sehingga keberadaannya perlu dipertahankan. Mitra dalam kegiatan ini adalah Posyandu di Kelurahan Sumampir, yaitu Posyandu Nanas dan Posyandu Manggis. Berikut kegiatan rutin yang dilakukan oleh Posyandu Nanas dan Posyandu Manggis adalah sebagaia berikut : Tabel 1. Kegiatan rutin posyandu Nanas dan Manggis No Kegiatan Jenis kegiatan 1 Pendataan a. Pendataan Balita b. Pendataan Ibu hamil c. Pendataan usia subur 2 Penimbangan Balita a. pencatatan peserta hadir b. pelaksanaan penimbangan c. pencatatan hasil d. pelaporan 3 Konsultasi oleh Bidan a. Kesehatan 218

Pelatihan Pembuatan dan Penggunaan Alat Permainan 219 b. Ibu hamil dan menyusui c. Balita 4 Pemberian Makanan Tambahan 5 Pembarian Vitamin A dosis tinggi pada bulan Februari dan Agustus. Berdasarkan data tersebut, kegiatan yang sudah dilakukan oleh kader posyandu masih sebatas pada penimbangan, pemberian makanan tambahan, imunisasi dan pemberian vitamin. Sedangkan salah satu tujuan Posyandu untuk meningkatkan perkembangan anak belum tercapai secara maksimal. Posyandu bisa menjadi salah satu sarana yang dapat meningkatkan perkembangan anak, salah satunya melalui permainan edukatif yang alatnya sudah tersedia di rumah tangga, misalnya cermin, meja, selendang, dan anggota tubuh. Bermain sebagai kegiatan utama yang mulai tampak sejak bayi, penting bagi perkembangan kognitif, sosial dan kepribadian anak pada umumnya. Bermain dalam tahun-tahun masa bayi banyak dipengaruhi perkembangan fisik, motorik dan mental (Tedjasaputra, 2001). Sumbangan bermain yang juga penting adalah masuknya informasi bagi anak mengenai lingkungannya, orang-orang dan benda-benda dilingkungannya. Seperti ditunjukkan oleh Eckerman dan Rheingold (1974), bahwa bayi belajar mengenai dunia manusia dan benda melalui Penjelajahan (eksplorasi). Salah satu sumbangan bermain yang terpenting adalah kegembiraan yang ditimbulkan oleh bermain. Bermain juga mendorong kreativitas. Meskipun kreativitas masih dalam bentuknya yang sederhana dalam masa bayi, tetapi kesempatan yang diperoleh individu dari kesempatan dan dorongan untuk melakukan apa-apa secara kratif dapat memberikan rangsangan bagi kreativitasnya lebih lanjut pada saat anak keluar dari lingkungan masa bayi yang terbatas dan lebih banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu secara orisinil. Ketika seorang bayi berusia tiga bulan, otaknya telah membentuk 1000 triliun koneksi. Sebagian sel-sel otak yang disebut neuron telah terpaut kuat dengan sel-sel lain sebelum bayi lahir. Neuron tersebut mengendalikan denyut jantung, pernapasan, dan refleks bayi, serta mengatur fungsi-fungsi lain yang penting untuk pertahanan. Selebihnya, rangkaian otak yang lain menunggu untuk dirangkai. Koneksi yang satu sama lain dirangkai oleh neuron dinamakan sinapsis. Sementara berbagai bagian otak berkembanga dengan kecepatan yang berbeda, penelitian terus menerus menunjukkan bahwa periode puncak produksi sinapsis terjadi mulai kelahiran hingga usia 10 tahun. Periode produksi sinapsis yang cepat pada bagian otak tertentu tampaknya berhubungan dengan perkembangan tingkah laku yang terkait dengan bagian otak itu. Para ilmuwan yakin bahwa rangsangan yang diterima anak balita menentukan sinapsis yang dibentuk dalam otak, yang jalurnya menjadi terkait keras. Sewaktu sebuah koneksi dipakai secara berulang-ulang di usia belia, koneksi itu menjadi permanen. Kebalikannya, jika sebuah koneksi sama sekali tidak atau tidak cukup sering dipakai, kemungkinan besar tidak dapat bertahan. Misalnya, seorang anak yang jarang bicara atau mendengar saat usia masih dini, dapat mengalami kesulitan menguasai bahasa di kemudian hari. Seorang anak yang jarang diajak bermain akan memiliki kesulitan untuk menyesuaikan diri secara sosial saat ia tumbuh. Cara terbaik untuk mengembangkan koneksi otak anak adalah dengan melakukan sesuatu yang diinginkan anak, dimulai dari orang tua dan pengasuh yang penuh kasih dan perhatian. Bayi memerlukan suatu lingkungan yang menarik untuk dijelajahi, yang aman, dan dipenuhi orang-orang yang akan memberi tanggapan pissn 2477-2364, eissn 2477-2356 Vol 2, No.1, Th, 2016

220 Retno Dwiyanti, et al. terhadap kebutuhan emosi dan intelektualnya. Mereka membutuhkan orang yang mau bernyanyi, memeluk, berbicara, menggendong dan membacakan cerita. Seluruh koneksi otak ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelajaran dini, tetapi untuk mengembangkan potensi bagi pembelajaran selanjutnya. Bila perkembangan otak terjadi sebagai mana mestinya pembelajaran selanjutnya dipastikan berhasil. Bermain merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kapasitas otak bayi yang merupakan bahan dasar untuk membangun proses pembelajaran dikemudian hari. Berdasarkan hasil riset berikut beberapa contoh permainan yang dapat menstimulasi perkembangan anak menurut Gutama (2002). Tabel 2. Permainan yang dapat menstimulasi perkembangan anak PERKEMBANGAN ANAK STIMULASI/ PERMAINAN USIA (bulan) 0-3 a. Mendengarkan suara orang yang ada disekitar b. Memasukkan benda-benda ke dalam mulut c. Anak senang tersenyum dan diberi senyuman 3-6 a. Mengangkat kakinya ke arah wajahnya dan membuka gerakan menendang b. Memukul-mukul sesuatu c. Menjatuhkan, membuang atau memukulmukul segala sesuatu yang di pegang 9 12 a. Menguasai kemampuan motorik (gerakan) baru b. Memgang dan mengamati mainan atau benda dengan hati-hati 18-24 a. Berimajinasi b. Berkonsentrasi c. Belajar memahami bentuk d. Merangkai, menyusun, mampu memahami bentuk 24-36 a. Meniru gerak ibadah b. Merangkai benda c. Memegang alat tulis, menggunting, menggambar garis d. Senang mendengarkan cerita e. Menyusun gelang-gelang berdasarkan ukurannya a. Mainan yang lembut untuk dipegang dan di genggam b. Mainan-mainan yang bisa berbunyi c. Permainan nonverbal a. Mainan-mainan dari seputar rumah, seperti piring dan gelas plastik b. Mainan untuk ditendang-tendang c. Sebuah bola untuk digulingkan dan digenggam c. Mainan yang bisa digerak-gerakkan d. Mainan yang bisa ditarik e. Mainan bongkar pasang f. Boneka atau bintang-bintangan dari kain a. Membuat rangkaian gelang atau kalung b. Mendongeng dengan boneka tangan c. Mewarnai tempat ibadah Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa otak manusia perlu dirangsang sebanyak mungkin melalui semua alat indera yang ada, dan hal tersebut harus dimulai sejak usia dini. Kalau tidak ada rangsangan, jaringan organ otak akan mengecil akibat menurunnya jaringan fungsi otak. Rangsangan bisa berupa mengajak bermain, berbicara, mendongeng atau mendengarkan musik (Silberg, 1999). Hal ini juga diperkuat oleh riset terbaru tentang otak yang telah menghasilkan tiga temuan penting, yaitu : 1) kapasitas seseorang individu untuk belajar dan berkembang dalam berbagai lingkungan tergantung hubungan timbal balik antara faktor alam (warisan genetika atau faktor keturunan) dan cara asuh (jenis perhatian, rangsangan, dan didikan yang diperoleh), 2) otak manusia secara unik dibentuk agar mengambil manfaat dari pengalaman dan pengajaran yang baik selama tahun-tahun pertama kehidupan, 3) meskipun kesempatan dan resiko terbesar dialami selama tahun Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

Pelatihan Pembuatan dan Penggunaan Alat Permainan 221 pertama kehidupan, proses pembelajaran tetap berlangsung selama siklus hidup manusia. Mitra dalam kegiatan ini adalah kader Posyandu Nanas dan kader posyandu Manggis di kelurahan Sumampir dimana kegiatan yang berkaitan dengan perkembangan balita masih perlu ditingkatkan. Beberapa permasalahan yang dihadapi mitra saat adalah : 1. Kurangnya pengetahuan kader posyandu di kelurahan Sumampir dalam meningkatkan perkembangan balita khususnya anak usia 0 3 tahun. Selama ini pengetahuan dan kegiatan kader posyandu masih sebatas pada penimbangan, pemberian makanan tambahan, imunisasi dan pemberian vitamin. 2. Kurangnya keterampilan kader posyandu dalam mengembangkan kegiatan posyandu khususnya dalam hal peningkatan perkembangan balita. Salah satu tujuan posyandu adalah meningkatkan perkembangan anak, tetapi kader posyandu tidak pernah mengembangkan ketrampilannya untuk kegiatan tersebut karena kader posyandu hanya menerapkan sesuai dengan ketrampilannya sewaktu mengasuh anak. 3. Minimnya pembinaan bagi kader posyandu dalam hal kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan perkembangan anak. Permasalahan tersebut merupakan prioritas masalah yang harus segera di selesaikan, mengingat bahwa : 1) Kader posyandu merupakan tonggak utama untuk memantau dan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan balita khususnya dan anggota masyarakat umumnya, 2) Pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu dalam memantau dan meningkatkan perkembangan anak perlu ditingkatkan, agar perkembangan anak sesuai dengan tugas perkembangannya. Untuk meningkatkan kemampuan kader posyandu yang berkaitan dengan perkembangan balita, pelatihan bagi kader sangat diperlukan untuk menambah pengetahuan kader dan membantu kader dalam mensosialisasikan kepada anggota tentang stimulasi atau permainan edukatif yang sederhana yang dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan anak. 2. Metode Pelaksanaan Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pemberdayaan secara maksimal melalui kader Posyandu Nanas dan kader Posyandu Manggis di kelurahan Sumampir. Untuk itu pendekatan dilaksanakan secara komprehensif, dalam arti melibatkan mitra sejak tahap awal kegiatan dengan cara mengajak mitra mengidendifikasi permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan anak balita dan pemanfaatan perlengkapan rumah tangga yang tidak terpakai sebagai alat permainan edukatif. Melalui pendekatan ini diharapkan kegiatan ini tepat sasaran dan memunculkan tanggungjawab mitra untuk mendukung kesuksesan program Posyandu. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ceramah, demonstrasi, simulasi, dan pemberian tugas. Secara rinci dapat dilihat dalam uraian berikut : 1. Pemberian pengetahuan tentang perkembangan anak balita dan stimulasi yang bisa diberikan. 2. Pelatihan pembuatan alat permainan edukatif untuk anak usia 0 3 tahun. 3. Pelatihan ini diawali dengan metode ceramah untuk memberikan konsep tentang perkembangan anak usia 0 3 tahun, pentingnya stimulasi dalam perkembangan pissn 2477-2364, eissn 2477-2356 Vol 2, No.1, Th, 2016

222 Retno Dwiyanti, et al. anak, dan pentingnya kreatifitas dalam mengembangkan alat permainan sebagai stimulasi dalam perkembangan anak. Setelah ceramah, selanjutnya adalah pelatihan membuat alat permainan edukatif bagi anak usia 0 3 tahun dari bahan-bahan rumah tangga yang tidak terpakai. Metode yang digunakan adalah demonstrasi, simulasi dan pemberian tugas. Bahan pelatihan adalah : botol bekas, bungkus makanan ringan, benang jahit, kain bekas, dan perlengkapan rumah tangga lainnya yang sudah tidak terpakai. Adapun peralatannya adalah gunting, lem, jarum jahit, benang, alat tulis, crayon. 4. Evaluasi, yaitu kegiatan untuk mengetahui hasil pelatihan yaitu perubahan pengetahuan dan keterampilan mengembangkan alat permainan edukatif menjadi alat yang bisa menstimulasi perkembangan anak usia 0 3 tahun. 3. Hasil dan Pembahasan Keberhasilan kegiatan ini dapat dilihat dari indikator : 1) meningkatnya pengetahuan kader posyandu tentang tahapan perkembangan anak usia 0 3 tahun, 2) meningkatkan kemampuan dan kreatifitas kader posyandu dalam membuat alat permainan dari bahan sederhana. Hasil dari kegiatan pelatihan ini adalah : 1. Adanya peningkatan kemampuan kader posyandu yang ditunjukkan dengan peningkatan scor post tes dibandingkan pre tes. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 3. Perolehan hasil pre tes dan post tes pengetahuan perkembangan anak Subjek Skor Pre tes Jumlah Skor Post tes Jumlah Posyandu Nanas 8,5-10 3 8,5-10 6 6,5-8,0 7 6,5-8,0 5 4 6,0 2 4 6,0 1 JUMLAH 12 12 Posyandu Manggis 8,5-10 2 8,5-10 3 6,5-8,0 5 6,5-8,0 6 4 6,0 3 4 6,0 1 JUMLAH 10 10 Hasil tersebut menunjukkan bahwa pelatihan pembuatan dan penggunaan permainan untuk menstimulasi perkembangan anak usia 0 3 tahun di posyandu mempunyai dampak positif bagi kader posyandu. Keberhasilan pelatihan ini juga dapat dilihat dari tingkat partisipasi peserta selama pelatihan. Partisipasi aktif ditunjukkan dengan respon para kader posyandu terhadap fasilitator dalam bentuk bertanya, dan menanggapi. 2. Meningkatnya kemampuan kader posyandu dalam membuat alat permainan dari bahan sederhana. Produk yang dihasilkan kader posyandu antara lain : a. Bola dari bahan kain perca atau kain flanel Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

Pelatihan Pembuatan dan Penggunaan Alat Permainan 223 Keterangan : Permainan ini adalah Bola kain dari bahan dasar kain flanel. Alat ini dapat digunakan untuk melatih motorik halus dan rasa percaya diri dengan cara genggamkan pada anak bola tersebut, dan gulingkan bola agar anak meraihnya, jauhkan sedikit demi sedikit bagi anak yang sudah bisa tengkurap b. Adonan Tepung c. Puzzle Keterangan : Permainan ini adalah Adonan tepung dari bahan dasar Tepung terigu, minyak dan pewarna makanan. Alat ini dapat digunakan untuk melatih kreativitas anak dengan cara biarkan anak berkreasi sendiri, agar kecerdasan dan kreativitasnya berkembang Keterangan : Permainan ini adalah Puzzle atau bongkar pasang dari bahan dasar kardus dan kertas bergambar. Alat ini dapat digunakan untuk melatih anak untuk menyusun dengan baik dan benar (pas), agar motorik kasar dan halus terlatih, serta meningkatkan kecerdasan anak tentang pengenalan bentuk. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan Ipteks bagi Masyarakat menunjukkan bahwa untuk meningkatkan perkembangan anak usia 0 3 tahun membutuhkan alat permainan yang sesuai dengan perkembangan anak. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa ada peningkatan pemahaman tentang perkembangan anak dengan stimulasi melalui permainan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan skor post tes dibandingkan dengan skor pre tes. Hasil kegiatan juga ditunjukkan dengan kemampuan kader posyandu dalam membuat alat permainan dari bahan yang sederhana. Daftar pustaka Eckermen, C.O. and Rheingold, H.L. 1974. Infants Reaction to Unfamiliar Adults Varying in Novelty. Developmental Psychology. Gutama, 2002. Alat Permainan Edukatif. Jakarta : Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Silberg, J. 2002. Brain Games for Babies (Terjemah). Jakarta: Erlangga. Tedjasaputra, M.S. 2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. pissn 2477-2364, eissn 2477-2356 Vol 2, No.1, Th, 2016