BAB I PENDAHULUAN. Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun pagi

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi kognitif merupakan aktifitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I PENDAHULUAN. (DM) merupakan salah satu penyakit Non-Communicable Disease

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

HUBUNGAN NILAI ANKLE BRACHIAL INDEKS DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia (BPS, 2013).

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan angka kejadian penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia terjadi akibat pertambahan usia yang progresif

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) merupakan yang tertinggi di dunia (Wild, et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi obesitas telah meningkat secara dramatis di Amerika Serikat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dan dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan 30%

A. Latar Belakang Masalah

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi.

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit jantung, kanker. dan stroke menggantikan penyakit menular dan malnutrisi sebagai

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

FORM OBSERVASI Mini Mental State Examination (MMSE)

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum stroke merupakan penyebab kematian yang ketiga

KORELASI ANTARA NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX DENGAN STATUS KOGNITIF PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 LANJUT USIA ARTIKEL ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. penyakit degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1

HUBUNGAN ANTARA DISLIPIDEMIA DENGAN STATUS PENYAKIT ARTERI PERIFER (PAP) PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TERKONTROL SEDANG

BAB.I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB 3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode sekat lintang yang menilai hubungan ABI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Inta Lismayani, saat ini sedang menjalani pendidikan

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX PADA LANSIA PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat pertama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PAD PADA DIABETISI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi tersebut akan menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas harian seseorang.(hesti,2008) Pada abad 21 diduga penduduk usia lanjut diseluruh dunia akan meningkat (tahun 2000 mencapai 426 juta atau sama dengan 6,8% total populasi). Jumlah ini akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2005 mencapai 829 juta (9,7% total populasi). Untuk Asia Tenggara, proporsi penduduk usia di atas 60 tahun akan mengalami peningkatan dari 5% di tahun 1950 menjadi 11,5% di tahun 2050. Jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia dari tahun 2000 sampai 2005 meningkat menjadi 8,2% dari 7,6% total populasi penduduk. Dan jumlah ini akan terus meningkat dan diprediksikan tahun 2020 mencapai 11,4%. Dengan meningkatnya populasi usia lanjut, hal ini berhubungan dengan meningkatnya angka kesakitan, penurunan kemampuan kognitif dan ketidakberdayaan serta ketergantungan. Gangguan kognitif ringan merupakan gejala patologis dan tanda awal bagi demensia maupun Alzheimer pada usia lanjut. Pada penelitian Marhamah di kota Depok yang dilaksanakan bulan November 22

2004 - Maret 2005, didapati 4.0% usia lanjut yang berumur 60 tahun dijumpai bermasalah dengan kemampuan kognitif. (Marhamah,2007) Sepuluh persen dari orang tua yang berumur 65 tahun dan 50% dari mereka yang lebih tua dari 85 tahun memiliki kerusakan kognitif, mulai dari ringan sampai demensia berat. (Paul, 2010) Gangguan fungsi kognitif merupakan masalah kesehatan yang penting dalam memberikan kontribusi terhadap kecacatan, morbiditas dan kematian. Faktor pembuluh darah dapat berhubungan dengan perkembangan fungsi kognitif dan dementia.(sugawara dkk,2010) Pengukuran Ankle Brachial Pressure Index adalah merupakan test non invasive untuk menentukan peripheral arterial disease. Ankle Brachial Pressure Index sering dianggap untuk menentukan blocked arteries dan arterial stiffness, dengan menggunakan pengukuran yang bersifat non invasive. Ankle Brachial Pressure Index merupakan hasil dari perbandingan antara sistolik pergelangan kaki dengan sistolik brakial dan digunakan untuk menilai keparahan daripada oklusi arteri pada tungkai. Penurunan daripada ABI menunjukkan adanya peripheral arterial disease yang disebabkan oleh atherosclerosis. Dalam sebuah studi berbasis komunitas besar di Amerika Serikat, didapati ABI yang rendah dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif selama 7 tahun penelitian dan studi kohort lainnya termasuk Edinburgh Artery Study dan Honolulu Asia Aging Study menunjukkan bahwa ABI yang rendah memiliki nilai prediktif untuk 23

resiko gangguan fungsi kognitif di masa depan dan meningkatkan resiko demensia. (Sugawara dkk, 2010; Laurin, 2007; Migliacci, 2008) Ankle Brachial Pressure Index, merupakan marker untuk atherosclerosis yang berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut.(johnson, 2010) Pada penelitian lain menunjukkan bahwa ABI yang rendah merupakan prediktor awal untuk penurunan fungsi kognitif.(raffnsson, 2009) Pada studi dari Heart Outcomes Prevention Evaluation Study (HOPE) menunjukkan bahwa ABI merupakan prediktor yang kuat untuk kejadian kardiovaskular dan untuk semua kasus mortalitas walaupun diukur secara sederhana dengan palpasi daripada arteri di tungkai.(migliacci, 2008) Ankle BrachiaI Pressure Index mempunyai peranan sebagai marker untuk atherosclerosis, dan hubungannya dengan cardiovascular disease (CVD). Pengukuran ABI telah direkomendasikan sebagai bagian untuk menentukan resiko dan sebagai primary prevention dari CVD pada individu asimptomatis. Ada konsensus yang menyatakan bahwa abnormal ABI dengan asimptomatis individu dikategorisasikan ke dalam kategori resiko tinggi terhadap CVD untuk kedepannya.(khan, 2008) Peripheral Arterial Disease merupakan bentuk umum dari peripheral vascular disease (PVD), sebagai hasil dari atherosclerosis pada arteri arteri yang mensuplai ekstremitas bawah (seperti abdominal aorta, iliac, femoral, popliteal, tibial). Dimana PAD mempengaruhi orang dewasa 24

16% diatas usia 55 tahun, termasuk didalamnya 10% asymptomatic PAD (stage I), 5% claudicatio intermittent (stage II), 1 % chronic leg ischemia (stages III IV). Peripheral Arterial Disease berhubungan dengan komorbid atherosclerosis pada arteri koroner dan arteri carotid. Peripheral Arterial Disease (PAD) dianggap sebagai faktor resiko yang signifikan untuk stroke. Atherosclerosis dan banyak faktor resikonya seperti hipertensi, diabetes melitus, hiperlipidemia, merokok telah diketahui mempunyai efek yang merusak fungsi kognitif dan ada kemungkinan bahwa penurunan fungsi kognitif bersamaan dengan penyakit ini.(waldstein dkk,2003;tapiheru, 2008) Peripheral arterial disease pada ekstremitas bawah merupakan penyakit umum yang mempengaruhi 12 juta masyarakat Amerika serikat. Atherosclerosis merupakan penyebab utama pada peripheral arterial disease pada anggota gerak bawah.(khan, 2008) Diketahui bahwa atherosclerosis pada tungkai bawah menunjukkan manifestasi yang utama terhadap patologi sama dengan sistem arteri lainnya. Dan sejumlah studi menyatakan bahwa hubungan antara ABI dengan fungsi kognitif dijumpai. Adanya ABI yang rendah mempunyai korelasi dengan cardiovascular disease dan mortalitas. (Sugawara dkk, 2010; Laurin, 2007) Pada US community based study, dinyatakan bahwa ABI yang rendah berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif selama 7 tahun follow up. Studi kohort lainnya termasuk Edinburgh artery study dan 25

Honolulu Asia Aging study, menunjukkan bahwa nilai ABI yang rendah merupakan nilai prediktif bagi faktor resiko terhadap gangguan fungsi kognitif dan meningkatnya resiko dari dementia. (Sugawara dkk, 2010) Pada population based Rotterdam study, Breteler et al(cit, Waldstein,dkk,2003) menemukan bahwa individu individu dengan ABI <0,90 (diagnostic sebagai PVD) menunjukkan kinerja yang menurun pada MMSE jika dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai ABI yang lebih besar. Adanya PVD, sebagaimana dinilai oleh ABI, juga telah dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif pada MMSE dan test perceptuo motor speed selama periode tiga sampai tujuh tahun, khususnya diantara individu individu yang memiliki allele 4 apo E. Pada studi Honolulu Asia Aging study, PAD merupakan penyakit umum pada populasi tua. Peripheral arterial disease merupakan akumulasi dari atherosclerosis pada tungkai bawah yang mempengaruhi sampai 30 % dari North Americans dan Eropa dengan umur > 55 tahun, dan setengahnya merupakan asimptomatis.(laurin, 2007) Pada suatu studi epidemiologi dilakukan pengujian terhadap fungsi kognitif dan peripheral arterial disease pada populasi umum. Dengan analisis cross sectional, dimana peripheral arterial disease (PAD) mempunyai hubungan dengan penurunan fungsi kognitif dan pengukuran dengan Mini Mental State Examination. Dua penelitian melaporkan dimana subjek yang diperiksa dengan nilai ABI yang rendah dan apolipoprotein (Apo) E ε4 allele memiliki penurunan fungsi kognitif yang 26

besar. ApoE ε4 allele telah dilaporkan adanya perubahan hubungan dari faktor resiko penyakit serebrovaskular lainnya terhadap fungsi kognitif dan Alzheimer disease. Tidak diketahui dengan pasti peripheral artery disease (PAD) berhubungan secara klinis dengan dementia. Faktor resiko pembuluh darah, termasuk atherogenic dan stroke related damage, diketahui mempunyai peranan dalam vascular dementia, tetapi bukan merupakan bukti yang signifikan terlibat dalam Alzheimer disease. Oleh karena itu, hipotesis daripada studi ini menyatakan bahwa ABI berhubungan dengan dementia,vascular dementia dan Alzheimer disease. (Laurin 2007;Elwood 2002). Pada population based Rotterdam study, menemukan bahwa individu individu dengan ABI <0,90 (diagnostic sebagai PVD) menunjukkan hubungan signifikan pada MMSE yang rendah jika dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai ABI yang lebih besar. Adanya PVD, sebagaimana dinilai oleh ABI, juga telah dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif pada MMSE dan test perceptuo motor speed selama periode 3 sampai 7 tahun, khususnya diantara individu individu yang memiliki allele 4 apo E.(Waldstein 2003) Atherosclerosis stenosis terjadi pada ekstremitas bawah, tekanan berkurang pada arteri di tungkai, hal ini menimbulkan nilai ABI yang rendah. Ankle brachial pressure index dengan nilai <0.90 dianggap patologis, yang menunjukkan adanya PAD. Dibandingkan dengan angiography, sensitivity dari nilai ABI yang rendah pada tungkai dengan 27

arteri stenosis 50% adalah sekitar 90% dan spesifisitas adalah sekitar 98%. Pada large scale epidemiological studies, menunjukkan adanya hubungan antara nilai ABI yang rendah dengan yang meningkatkan resiko coronary death, cerebrovascular death. Pada systematic review yang terbaru, spesifisitas dari nilai ABI yang rendah dapat menjadi prediksi untuk cardiovascular outcomes di masa depan meningkat (88% cardiovascular mortality). (Letz 2007) Mini Mental State Examination (MMSE) terdiri atas 5 kemampuan kognitif yang terdiri atas orientasi (skor maksimum 5), registrasi (skor maksimum 3), Atensi dan kalkulasi (skor maksimum 5),mengingat kembali / Recall (skor maksimum 3), kemampuan bahasa (skor maksimum 9). total keseluruhan skor MMSE maksimal 30, dan bila skor MMSE<24 menandakan adanya masalah dengan kemampuan kognitif. (Marhamah,2007). Pada penelitian Kochhann 2009, distribusi pendidikan terhadap MMSE dikategorikan dengan grup yang dibagi atas 0-5 tahun pendidikan disebut pendidikan rendah, pendidikan sedang adalah 6 11 tahun dan pendidikan tinggi adalah bila> 12 tahun. Dengan median MMSE score : 29 (>9 tahun pendidikan), 26 ( 5 8 tahun pendidikan), 22 (0 4 tahun pendidikan). 28

I.2. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penelitian penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan Ankle Brachial pressure Index dengan gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut. I.3. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk: 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Ankle Brachial pressure Index dengan gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan nilai ankle brachial pressure index dengan fungsi kognitif usia lanjut 1.3.2.2 Untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian 1.3.2.3 Untuk mengetahui distribusi subjek penelitian berdasarkan fungsi kognitif 1.3.2.4 Untuk mengetahui distribusi subjek penelitian berdasarkan nilai Ankle brachial pressure index 1.3.2.5 Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif 1.3.2.6 Untuk mengetahui hubungan diabetes melitus dengan fungsi kognitif 29

1.3.2.7 Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif 1.3.2.8 Untuk mengetahui hubungan merokok dengan fungsi kognitif I.4. HIPOTESIS Ada hubungan nilai Ankle Brachial Pressure Index (ABI) dengan gangguan fungsi kognitif usia lanjut. I.5. MANFAAT PENELITIAN Dengan mengetahui hubungan antara ankle brachial pressure index dengan fungsi kognitif pada usia lanjut, maka penelitian ini: 1. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk membuat rencana pencegahan bagi pasien usia lanjut yang belum mengalami gangguan fungsi kognitif, sehingga diharapkan dapat memperlambat atau mengurangi kejadian gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut. 2. Dapat menjadi landasan untuk penelitian selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara ankle brachial pressure index dengan gangguan fungsi kognitif. 30