HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka

EFEKTIVITAS PEMBERIAN ATP DARI LUAR TERHADAP PEMULIHAN KELELAHAN OTOT GASTROCNEMIUS RANA SP M. ARIEF ERVANA B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mekanisme Kerja Otot

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

RESPIRASI SELULAR. Cara Sel Memanen Energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

organel yang tersebar dalam sitosol organisme

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

BAHAN AJAR BIOKIMIA Sistem energi untuk olahraga. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3)

2.1.3 Terjadi dimana Terjadi salam mitokondria

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

METODE. Gambar 7 Kimograf dan stimulator induksi (dokumentasi pribadi)

Tabel Mengikhtisarkan reaksi glikolisis : 1. Glukosa Glukosa 6-fosfat. 2. Glukosa 6 Fosfat Fruktosa 6 fosfat

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2.

Siklus Krebs. dr. Ismawati, M.Biomed

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

4. Respirasi aerob menghasilkan produk berupa A. sukrosa B. glukosa C. CO D. oksigen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

A. Respirasi Selular/Aerobik

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI

Pengertian Mitokondria

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain

METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI. dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

STRUKTUR DAN FUNGSI ORGANEL SEL. Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. Sri Sugiwati, SSi., MSi.

BIOLOGI JURNAL ANABOLISME DAN KATABOLISME MEILIA PUSPITA SARI (KIMIA I A)

1. Glikolisis, yakni proses pemecahan molekul c6 atau glukosa menjadi senyawa bernama asam piruvat atau dikenal dengan rumus kimia C3.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Metabolisme karbohidrat

Metabolisme Karbohidrat. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA. Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB 6 PEMBAHASAN. tingkat waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia cavitas nasi hewan

Transportasi pada Membran Plasma. Oleh Trisia Lusiana Amir, S.Pd., M. Biomed Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

Gb STRUKTUR FOSPOLIPID (Campbell, 1999:72)

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

TRANSPORTASI TRANSMEMBRAN MEMBRAN SEL

FISIOLOGI SEL & OTOT OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK

DOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si

A. Pengertian Sel. B. Bagian-bagian Penyusun sel

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup

MEKANISME KERJA OTOT LURIK

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol)

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

ASPEK BiokimiaWI Tulang dan Otot. Wiryatun Lestariana Bagian Biokimia Fak. Kedokteran UGM

Respirasi seluler. Bahasan

- Difusi air melintasi membrane permeabel aktif dinamakan osmosis. Keseimbangan air pada sel tak berdinding Jika suatu sel tanpa dinding direndam

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja

KEGIATAN OLAHRAGA DAN KESINAMBUNGAN ENERGI

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS)

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

~Ir\"-r\ ) \~I~! 09!/

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pertemuan III: Cara Kerja Sel dan Respirasi Seluler. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

Metabolisme : Enzim & Respirasi

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) secara sepintas

Mendesain Pangan untuk Atlit Berdasarkan Indek Glikemik. Oleh : Arif Hartoyo HP :

SEL OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

MEMBRAN BIOLOGIS DAN MEKANISME ABSORPSINYA. Tim Teaching MK Biofarmasetika

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran

THE TOUR CYTOL CYT OGY OGY T : he Study of Cells V sualisasi sualisasi sel sel : :mikroskop meningkatkan n resolusi (jarak (jarak an tar obyek

MEMBRAN PLASMA. Selaput sel : Bagian dari protoplasma terluar yang membatasi sel dari lingkungan

Karbohidrat. Metabolisme Karbohidrat. Karbohidrat. Karbohidrat. Karbohidrat & energi

USAHA (KERJA) DAN ENERGI. untuk mengetahui keadaan gerak suatu benda yang menghubungkan

Transkripsi:

21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan perekaman yang kedua dan ketiga dengan penambahan ATP cair 1 ml berturut-turut ke dalam ringer. Besar rangsangan sub maksimal disesuaikan dengan kondisi atau kekuatan masing-masing otot sehingga didapatkan gambar/hasil perekaman yang utuh. Hasil perekaman adalah sebagai berikut : Gambar 10 Hasil perekaman ketika otot direndam dalam ringer laktat

22 Hasil perekaman rata-rata dari rasio antara tinggi gelombang (amplitudo) awal setelah kontraksi tetani dengan amplitudo dari gelombang kontraksi tunggal sebelum stimulasi tetani diberikan ketika otot direndam dalam ringer laktat adalah sebesar 0,7+0,22 cm. Gambar 11 Hasil perekaman ketika otot direndam dalam ringer laktat dengan ATP 1 ml Hasil perekaman rata-rata dari rasio antara tinggi gelombang (amplitudo) awal setelah kontraksi tetani dengan amplitudo dari gelombang kontraksi tunggal sebelum stimulasi tetani diberikan ketika otot direndam dalam ringer laktat dengan ATP 1 ml (0,001 gr/cc) adalah sebesar 0,57+0,23 cm.

23 Gambar 12 Hasil perekaman ketika otot direndam dalam ringer laktat dengan ATP 2 ml Hasil perekaman rata-rata dari rasio antara tinggi gelombang (amplitudo) awal setelah kontraksi tetani dengan amplitudo dari gelombang kontraksi tunggal sebelum stimulasi tetani diberikan ketika otot direndam dalam ringer laktat dengan ATP 2 ml (0,002 gr/cc) adalah sebesar 0,61+0,28 cm. Amplitudo adalah tinggi dari gelombang-gelombang yang terekam pada kertas mekanomiogram, yang merupakan kontraksi maksimum yang berlangsung selama satu siklus getaran (Bueche dan Hecht 2006). Pada frekuensi perangsangan yang rendah (stimulasi tunggal), terlihat masing-masing kontraksi sebagai kontraksi tunggal yang terjadi satu setelah yang lain. Pada kondisi ini, sediaan otot masih bisa mencapai amplitudo tertingginya. Kemudian ketika ditingkatkan frekuensi rangsangannya, sampailah pada suatu titik dimana akan timbul kontraksi yang baru sebelum kontraksi yang terdahulu berakhir. Bila frekuensi mencapai

24 titik kritis, kontraksi berikutnya terjadi begitu cepat sehingga mereka benar-benar bersatu bersama-sama, dan kontraksi secara keseluruhan nampak lancar dan berlangsung terus menerus. Peristiwa ini disebut tetanasi (Guyton dan Hall 1997). Tetanasi dihentikan sebelum kekuatan kontraksi mencapai tingkat maksimumnya, sehingga sediaan otot masih dapat digunakan untuk perekaman kedua dan ketiga. Untuk mengetahui normalitas sebaran data, selanjutnya dilakukan uji normalitas data. Jumlah sampel dalam penelitian ini kurang dari 50 maka uji normalitas data yang digunakan adalah uji Shapiro Wilk. Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Nilai uji normalitas data No. Variabel Ratan SD P Value 1 Ringer 0,7 0,22249 0,738 2 ATP 1 ml 0,57 0,23721 0,66 3 ATP 2 ml 0,61 0,28057 0,701 Keterangan : p > 0,05 = bermakna (s) n = 5 Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa data berdistribusi normal (p > 0,05), maka uji statistik lanjutan yang digunakan adalah ANOVA. Hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 3 Perbandingan amplitudo kontraksi otot dengan pemberian ringer dan ATP Perlakuan Amplitudo Kontraksi Otot (cm) P value Ringer 0,7 + 0,22 0,685405 ATP 1 ml 0,57 + 0,23 0,842842 ATP 2 ml 0,61 + 0,28 0,957694 Keterangan : p > 0,05 = tidak bermakna (n.s) n = 5 Pada tabel di atas terlihat bahwa hasil uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara derajat kontraksi otot baik ringer terhadap ATP 1 ml (P value = 0,685405), ringer terhadap ATP 2 ml (P value = 0,842842), maupun ATP 1 ml terhadap ATP 2 ml (P value = 0,957694), sehingga dapat disimpulkan

25 bahwa pemberian ATP dari luar tidak berpengaruh terhadap pemulihan kelelahan otot rangka. Otot yang digunakan dalam penelitian ini adalah otot gastrocnemius. Berdasarkan kapasitas biokimiawinya, terdapat tiga tipe serat otot, yaitu; serat oksidatif lambat, serat oksidatif cepat (slow twitch), dan serat glikolitk cepat (fast twitch). Tipe fast twitch memiliki aktivitas ATPase miosin yang lebih tinggi dari pada tipe slow twitch. Semakin tinggi aktivitas ATPase, semakin cepat ATP diuraikan, dan semakin cepat ketersediaan ATP untuk siklus titian silang. Hal ini menyebabkan kontraksi otot tipe fast twitch terjadi lebih cepat dibandingkan tipe slow twitch. Metabolisme energi yang dominan digunakan oleh tipe fast twitch adalah glikolisis anaerobik (Guyton dan Hall 1997). Otot gastrocnemius dari Rana sp memiliki tipe serat otot fast twitch sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini. Rangsangan sub maksimal pada preparat in vitro otot gastrocnemius menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan ATP yang berasal dari glikolisis anaerob. Pada kondisi ini, sejumlah energi masih dapat dibebaskan ke sel oleh tahap glikolisis dari degradasi karbohidrat karena reaksi kimia dalam pemecahan glukosa secara glikolitik menjadi asam piruvat tidak memerlukan oksigen. Semakin hebat kerja yang dilakukan oleh otot semakin besar pula jumlah ATP yang dipecahkan (Guyton dan Hall 1997). Sehingga ketika otot diberi rangsangan dengan frekuensi tinggi (tetani), maka kebutuhan ATP meningkat karena kontraksi yang berlangsung terus menerus dan sangat cepat. Proses kejadian kontraksi tersebut secara fisiologis diatur oleh keberadaan Ca 2+ dengan protein pengaturnya yaitu tropomiosin dan kompleks troponin. Pada proses ini, potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion Ca 2+ yang telah disimpan di dalam retikulum ke dalam miofibril. Ion Ca 2+ menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang menyebabkannya bergerak bersama-sama dan menghasilkan proses konraksi (Guyton dan Hall 1997). Interaksi aktin dan miosin dihambat oleh kompleks troponin dan tropomiosin bila kadar Ca 2+ rendah. Rangsang saraf yang memicu kontraksi akan membebaskan Ca 2+ sehingga konsentrasi Ca 2+ di dalam sarkoplasma meningkat dengan cepat. Pengikatan Ca 2+ ke troponin, mengubah

26 interaksi tropomiosin dengan aktin, sehingga miosin dapat mengikat aktin dan menghasilkan gaya kontraksi (Fox 2004). Pemberian ATP dari luar diharapkan dapat membantu mempercepat pemompaan kembali ion Ca 2+ ke dalam retikulum sarkoplasma, tempat ion-ion tersebut disimpan, sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi. ATP memberikan tenaga bagi transpor aktif Ca 2+ ke dalam retikulum sarkoplasma. Karena itu, ATP tidak hanya dibutuhkan untuk kontraksi saja, tetapi juga untuk relaksasi otot (Ganong 1995). Ketika otot dirangsang dengan frekuensi tinggi berdurasi singkat, otot memperoleh energi dari cadangan glikogen yang disimpan dalam otot. Glikogen merupakan salah satu bentuk simpanan energi di dalam tubuh yang dapat dihasilkan melalui konsumsi karbohidrat harian dan merupakan salah satu sumber energi utama yang digunakan oleh tubuh pada saat berolahraga (Irawan 2007). Konversi glikogen menjadi energi terjadi melalui proses glikolisis. Glikolisis merupakan jalur yang bersifat oksidatif anaerobik. Hasil akhir dari jalur glikolisis ini adalah asam piruvat. Pada kondisi anaerob, piruvat akan dikonversi menjadi laktat. Dua molekul ATP dibentuk secara langsung dari setiap molekul glukosa yang terlibat. Reaksi kimia dari glikolisis anaerob adalah sebagai berikut; Glukosa + 2ADP + 2Pi 2Laktat + 2 ATP + 2H 2 O (Vander et al. 2001). Pada kondisi anaerobik, sebagian besar asam piruvat yang diubah menjadi asam laktat akan segera berdifusi keluar dari sel masuk ke dalam cairan ekstraseluler, dan ke dalam cairan intraseluler dari sel lain yang kurang aktif. Sehingga glikolisis dapat berlangsung jauh lebih lama. Glikolisis dapat berlangsung selama beberapa menit, mensuplai tubuh dengan jumlah ATP yang cukup banyak bahkan dalam keadaan tanpa oksigen pernafasan. Kelelahan otot meningkat hampir berbanding langsung dengan kecepatan penurunan glkogen otot (Guyton dan Hall 1997). Kapasitas penyimpanan glikogen dalam tubuh sekitar 350-500 gram, atau setara dengan energi sebesar 1.200-2.000 kkal (Irawan 2007). Satu molekul ATP dengan berat molekul 300 gram dapat menyediakan energi sebesar 10 kkal setiap harinya. Sehingga berdasarkan kapasitas penyimpanan glikogen yang sampai dengan 500 gram (setara energi 2.000 kkal) maka ATP yang dapat dihasilkan adalah 2.000 kkal : 10 kkal per molekul ATP, yaitu 200 molekul ATP. Dengan

27 berat molekul 200 x 300 gram, yaitu 60.000 gram ATP. Sementara rata-rata kandungan ATP pada produk ATP yang beredar di pasaran adalah sebesar 20-100 mg atau sama dengan 0,02-0,1 gram. Jumlah yang sangat kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah yang mampu dihasilkan secara mandiri oleh tubuh. Klon (2005) menyebutkan bahwa ATP tidak dapat berdifusi bebas melintasi membran plasma sel. Bentuk molekul polarnya menjadi penghalang besar untuk melintasi bagian hidrofobik membran plasma. Secara umum, molekul polar seperti asam amino dan nukleotida (termasuk adenosin) tidak bebas permeabel untuk membran plasma. Hal ini menjelaskan bahwa aktivitas dan atau fungsi ATP hanya berlangsung di dalam sel (intraseluler) saja serta tidak dapat diintervensi dengan penambahan ATP dari luar karena bagian hidrofobik membran plasma sel dengan sifat non polarnya tidak bisa ditembus begitu saja. Struktur dasar dari membran plasma sel adalah sebuah lapisan lipid ganda yang terdiri atas molekul-molekul fosfolipid. Salah satu bagian dari setiap molekul fosfolipid ini larut dalam air, yaitu hidrofilik. Bagian lain hanya larut dalam lemak, disebut hidrofobik. Gugus fosfat dari fosfolipid bersifat hidrofilik (polar), gugus asam lemaknya bersifat hidrofobik (non polar). Di dalam sel, ATP diproduksi dan diangkut keluar dari mitokondria kemudian berdifusi ke seluruh sel untuk membebaskan energinya dimana saja dibutuhkan sehingga sel dapat menjalankan fungsinya (Guyton dan Hall 1997). Hal ini menjelaskan bahwa unit hidup yang melakukan fungsi kehidupan adalah sel dengan bahan bakarnya yaitu ATP. Di sisi lain, ringer laktat dapat masuk ke dalam membran plasma sel otot dengan cara difusi fasilitasi. Difusi fasilitasi atau difusi yang dipermudah didefinisikan sebagai gerakan kinetik molekuler ataupun ion yang butuh interaksi antara molekul maupun ion tersebut dengan protein pembawa dalam membran (Guyton dan Hall 1997). Ringer laktat merupakan larutan garam yang terdiri dari natrium, kalium, laktat, dan klorida, yang merupakan ion-ion yang dibutuhkan otot untuk menjaga kondisi fisiologis sel dan berguna untuk kontraksi otot. Larutan ini bersifat isotonis sehingga sering digunakan pada resusitasi cairan pada kondisi kekurangan cairan tubuh (Farhan 2009).

28 Beberapa hal yang dapat diperhatikan atau dilakukan sebagai tindak alternatif yang dinilai efektif untuk memulihkan kelelahan, sederhana, dan wajar dilakukan, antara lain; meningkatkan konsumsi oksigen (Sherwood 2001). Oksigen diperlukan untuk pemulihan sistem-sistem energi. Ketika hutang oksigen dilunasi ketika itu juga sistem kreatin fosfat dipulihkan, asam laktat dibersihkan, dan simpanan glikogen paling tidak sebagian diganti. Tindak alternatif lainnya adalah konsumsi cairan yang cukup atau berimbang. Ketika panas di dalam tubuh meningkat entah karena aktivitas yang tinggi, suhu lingkungan, atau oksidasi biologis, maka cairan tubuh akan dikeluarkan dalam bentuk keringat sebagai respon dari hal-hal tersebut. Jika tidak diimbangi dengan konsumsi cairan yang cukup maka konsentrasi cairan ekstraseluler akan meningkat sehingga cairan intraseluler tertarik ke ekstraseluler dan sel mengalami dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan proton di dalam mitokondria mengalami gangguan sehingga laju produksi dari ATP terganggu, dan relaksasi otot tidak dapat terjadi (Guyton dan Hall 1997). Konsumsi karbohidrat juga merupakan tindak alternatif lain yang dapat dilakukan untuk memulihkan kelelahan dan kembali mendapatkan energi atau tenaga yang hilang karena beraktivitas atau berolah raga. Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen, dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah sebagai penghasil energi di dalam tubuh. Selain itu, karbohidrat yang dikonsumsi juga dapat tersimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen di dalam otot dan hati (Irawan 2007). Glikogen pada tingkat aktivitas yang tinggi dan atau lama akan berkurang sejalan dengan kelelahan otot. Daya tahan atau endurance akan meningkat jika kapasitas penyimpanan glikogen di dalam otot ditingkatkan dengan peningkatan konsumsi karbohidrat (Guyton dan Hall 1997). Sebagai tambahan, kadang diperlukan cairan intravena dan atau infus glukosa pada tingkat kelelahan yang tinggi.