BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2010), Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 2.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

Puji Asih Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, salah satunya adalah kemampuan dalam bidang matematika.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas atau

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Annisa Shara,2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang dihadapi manusia, suatu cara yang menggunakan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan interaksi sosial yang telah melembaga sejak sejarah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Purwati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan untuk memperoleh. matematika sebaiknya dimulai dari masalah-masalah kontekstual atau

Keywords: Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Square, Hasil Belajar

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

BAB I PENDAHULUAN. harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengajaran. 1. proses pembelajaran dapat dirasakan manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan matematika sebagai pelajaran yang sulit bukanlah hal baru dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia, dengan mempelajari matematika siswa lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu keharusan. Sebab selain matematika sebagai pintu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Dimana biasanya anak mulai memasuki dunia sekolah. Anak mulai keluar dari lingkungan keluarganya dan mulai memasuki dunia sosial yang baru dan lebih luas yaitu sekolah untuk mengembangkan semua potensinya. Masa sekolah akan memberikan pengaruh yang sangat besar kepada anak sebagai individu dan sebagai makhluk sosial. Kondisi dan situasi sekolah tentunya berbeda dengan di rumah. Anak mulai belajar mandiri, beradaptasi di lingkungan sekolah, bertemu dengan teman-teman baru, guru-guru, belajar, mengerjakan tugas-tugas sekolah, mematuhi peraturan-peraturan sekolah dan lain sebagainya. Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam membentuk sumber daya manusia yang tangguh. Sejak bayi dilahirkan, ia sudah mulai dengan proses belajarnya yang pertama yaitu belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia. Hal ini akan berjalan terus sampai anak masuk sekolah dan proses pembelajaran formal mulai diterapkan pada dirinya. Pada saat ini, seorang anak perlu dirangsang untuk mengembangkan rasa cinta akan belajar, kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik dan rasa diri sebagai pelajar yang sukses. Proses belajar pada anak mempunyai beberapa tujuan, diantaranya ialah: 1. Agar anak dapat maju ke fase perkembangan selanjutnya.

2 2. Agar anak mempunyai keterampilan-keterampilan yang baru yang berguna bagi perkembangan dirinya. 3. Agar anak dapat mengerti peranan sosial yang harus dijalankannya dan mampu mengerti peranan orang lain dalam konteks sosialnya. Dengan demikian proses belajar merupakan suatu proses seumur hidup yang kompleks dan merupakan bagian dari proses tumbuh kembang seorang anak. Adanya kebijakan pemerintah pada bidang pendidikan (1994) yang mencanangkan pelaksanaan wajib belajar 9 tahun yaitu : 6 tahun di SD dan 3 tahun di SLTP. Atas dasar itu, maka setiap tamatan SD diwajibkan melanjutkan ke SLTP. SD sebagai lembaga pendidikan fondasi atau basis untuk pendidikan SLTP bahkan untuk pendidikan lebih tinggi lagi dalam era globalisasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), seni dan budaya diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang semakin baik dilihat dari segi proses maupun kualitas tamatan yang dihasilkan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan SD agar semakin baik, guru sebagai praktisi pendidikan di sekolah penting memperhatikan anak SD. Guru harus mengenal dan memahami lebih dalam dan luas tentang perkembangan peserta didiknya supaya ia bisa memfasilitasi perkembangan anak secara tepat untuk pencapaian tujuan pendidikan. Apabila mengkaji perkembangan anak SD, maka akan dipahami bahwa anak SD berada pada usia 6-13 tahun dimana setiap anak memiliki bakat dan

3 kemampuan yang berbeda-beda satu dengan lainnya, ada anak yang cepat sekali berdaptasi dengan lingkungan barunya dan ada juga anak yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. Kowitz, GT (Furqon, 2005) mengemukakan bahwa beberapa rintangan akan muncul di sekolah dasar pada umumnya yang disebabkan oleh karakteristik anak itu sendiri. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi anak-anak sekolah dasar antara lain menyangkut masalah pribadi, masalah penyesuaian sosial maupun masalah akademik. Masalah akademik dapat ditemui oleh hampir seluruh siswa dalam setiap kelas dan setiap mata pelajaran. Permasalahan akademis bisa berupa tidak dikuasainya kemampuan atau materi yang ditargetkan sebagai tujuan pengajaran. Anak-anak yang seperti ini sering kali dikenal dengan anak yang mengalami prestasi belajar rendah, baik karena lambat belajar maupun prestasinya di bawah kemampuan yang dimilikinya. Anak yang mengalami kesulitan belajar tidak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Karena tujuan dari belajar adalah mengembangkan segala potensi yang dimiliki siswa. Dengan demikian, ketidakberhasilan mereka dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan saja melainkan juga karena faktor-faktor lainnya seperti akibat dari cara belajar yang salah, kurang motivasi belajar, kurangnya fasilitas dan dukungan dari orang tua, kesalahankesalahan guru dalam cara mengajarnya sebagai akibat dari kurang memahami materi ajarannya, pendekatan yang harus digunakan atau kurangnya pemahaman terhadap karakteristik anak didiknya.

4 Kesulitan belajar yang dialami siswa sekolah dasar disadari merupakan fenomena yang sangat menarik. Di dalam kelas, ada saja anak yang mengalami kesulitan belajar, kondisi tersebut akan membuat anak mengalami kesulitan di dalam kelas dan mungkin tertinggal dalam satu atau beberapa mata pelajaran tertentu. Perlunya dukungan dan motivasi serta kerjasama yang baik antara orang tua dan sekolah akan membantu anak dalam proses belajarnya. Pada tahun 1997 dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dikatakan bahwa 1,8 % dari anak usia sekolah mengalami kesulitan belajar. Di Indonesia pada tahun 1996 Pusbang Kurrandik (Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan) Balitbang Dikbud melakukan penelitian terhadap 4994 siswa SD kelas I VI di Provinsi Jawa Barat, Lampung, Kalimantan Barat dan Jawa timur mendapatkan hasil bahwa 696 dari siswa SD (13,94%) tersebut mengalami kesulitan belajar. Mata pelajaran matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit oleh pelajar baik tingkat SD, SLTP maupun SLTA. Matematika sangat berkaitan dengan simbol-simbol atau lambang-lambang. Dalam proses belajar matematika, pola tingkah laku manusia tersusun menjadi model sebagai prinsip belajar yang diaplikasikan ke dalam matematika, prinsip belajar ini harus dipilih, sehingga cocok untuk mempelajari matematika. Matematika tersusun secara hirarki dan penalaran deduktif, sehingga jika belajar matematika terputus-putus, akan terjadi gangguan dalam proses penguasaan matematika.

5 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari SD untuk membekali kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta kemampuan bekerjasama. Adapun tujuan mata pelajaran matematika dalam Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

6 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Setelah melakukan studi pendahuluan di SD Negeri Isola 2 banyak didapatkan siswa-siswi yang mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika di setiap tingkatan kelas khususnya kelas V. Gambaran kesulitan belajar siswa adalah masih banyaknya siswa yang tidak memahami akan materi pelajaran, tuntutan yang harus mereka capai, bagaimana cara pengerjaan materi pelajaran. Masih dijumpai banyaknya siswa yang motivasi dan minat belajarnya rendah dibandingkan dengan teman-teman lainnya. Terutama mengenai materi soal cerita. Hampir keseluruhan siswa kelas V SD masih mengalami kesulitan terhadap materi tersebut. Sehingga siswa-siswi tersebut sangat perlu diberikan layanan bantuan sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Apabila tidak, tentunya akan sangat merugikan anak itu sendiri dikemudian harinya. Karena proses belajarnya akan terhambat dan tertinggal dari teman-teman lainnya. Banyaknya materi yang belum dikuasai baik oleh sebagian siswa dapat menyebabkan menurunnya prestasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari data Debdikbud tahun 1995 bahwa semakin tinggi pendidikan siswa semakin menurun perolehan rata-ratanya. Nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil NEM (Nilai Ebtanas Murni) mata pelajaran matematika untuk SD menunjukkan hasil yang

7 rendah yaitu 4,38 tahun ajaran 1989/1990, 4,57 1990/1991, 6,15 1992/1993, dan 5,68 1993/1994 (Heryana, 2006). Hasil tersebut merupakan pukulan keras bagi para guru-guru di sekolah agar semakin meningkatkan upaya bantuan bagi siswa di sekolah. Belum lagi saat ini siswa hanya bisa lulus dengan standar kelulusan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun yang sangat memberatkan baik bagi siswa itu sendiri maupun pada guru di sekolah. Kelas V SD merupakan kelas yang dipersiapkan untuk naik ke kelas VI dan menghadapi ujian nasional. Maka dari itu penelitian ini dirasa sangat dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika untuk dicarikan solusi dari permasalahan yang ada. Sehingga kasus siswa yang gagal dalam mata pelajaran matematika semakin menurun dan pasing grade untuk mata pelajaran matematika bisa semakin lebih baik dan meningkat setiap tahunnya. Salah satu bentuk bantuan di sekolah untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya adalah berupa layanan bimbingan belajar yang tidak terlepas dari layanan bimbingan dan konseling. Kehadiran bimbingan konseling di lembaga pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membantu peserta didik agar mampu melakukan penyesuaian diri dengan tuntutan akademis, tuntutan sosial, tuntutan dunia kerja dan penyesuaian psikologis sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pemerintah secara formal telah memberikan dasar acuan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar dengan Peraturan Pemerintah No. 28

8 Tahun 1990. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar merupakan tanggung jawab guru dan wali kelas karena belum ada tenaga profesional (konselor/guru BK) yang diangkat atau ditugaskan di sekolah dasar. Dalam SK Menpan No. 83/1993 ditegaskan bahwa selain tugas utama mengajar, guru sekolah dasar ditambah dengan melaksanakan program bimbingan di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Bimbingan belajar merupakan proses untuk mengembangkan pribadi siswa agar memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik, motivasi belajar yang tinggi dan keterampilan belajar yang efektif yang diperlukan siswa untuk dapat sukses belajar di sekolah maupun bagi kehidupannya di masa depan. Oleh karena itu, layanan bimbingan belajar yang terarah dan terencana sangat diperlukan untuk membantu peserta didik dalam mengatasi kesulitan belajarnya. Selain itu juga dibutuhkan suatu metode baru yang dapat membuat siswa semakin tertarik dalam belajar matematika, tidak hanya pintar siswa pun akan terlatih mandiri dalam belajarnya. Siswa Sekolah Dasar masih sering malas dalam belajar. Ini berkaitan dengan usia mereka yang masih pada masa kanak-kanak dimana masih lebih senang bermain. Karakteristik maupun tugas-tugas perkembangan siswa pun belum matang dibandingkan dengan anak remaja. Melalui teknik bimbingan belajar yang sesuai dengan minat dan bakat siswa diharapkan dapat menarik siswa dalam belajar matematika. Bermain sambil belajar merupakan salah satu strategi dalam bimbingan belajar yang akan disampaikan kepada siswa. Dengan bermain sebagai strategi dalam belajar

9 matematika maka anak akan menemukan hal yang baru dalam belajar sehingga anak pun akan semakin berminat dalam belajarnya sekaligus melatih anak belajar mandiri. Kegiatan layanan bimbingan belajar akan sangat efektif dilaksanakan apabila dibuat suatu tindakan nyata yang tersusun secara terencana dan sistematis. Tindakan tersebut menjadi dasar maupun pedoman bagi konselor dalam membantu siswa dalam mengembangkan dirinya agar dapat sukses belajar di sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, penting adanya suatu penelitian yang memusatkan pada bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitan belajar matematika bagi siswa kelas V SD. B. Identifikasi Masalah Masalah akademik dapat ditemui oleh hampir seluruh siswa dalam setiap kelas dan setiap mata pelajaran. Permasalahan akademis bisa berupa tidak dikuasainya kemampuan atau materi yang ditargetkan sebagai tujuan pengajaran. Anak-anak yang seperti ini sering kali dikenal sebagai anak yang mengalami prestasi belajar rendah baik karena lambat belajar maupun prestasinya di bawah kemampuan yang dimilikinya. Anak yang mengalami kesulitan belajar tidak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Karena tujuan dari belajar adalah mengembangkan segala potensi yang dimiliki siswa. Di dalam kelas banyak ditemui anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar timbul karena berbagai faktor salah satunya adalah

10 faktor dari dalam siswa itu sendiri (internal). Banyak dijumpai anak yang mengalami kesulitan belajar karena kurangnya motivasi dan minat dalam belajarnya. Sehingga anak kurang fokus dalam menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah, jarang mengerjakan pekerjaan rumah sehingga menyebabkan prestasi akademisnya terganggu. Siswa yang prestasi akademisnya terganggu akan mengakibatkan terganggunya proses kehidupan selanjutnya. Kerjasama yang baik antara orang tua dan guru-guru di sekolah sangatlah penting demi keberhasilan anak dalam setiap tahap perkembangannya. Berkaitan dengan pemaparan di atas, maka layanan bimbingan belajar diharapkan dapat memfasilitasi siswa dalam mencapai tugas perkembangannya serta mengembangkan segala potensi yang dimiliki siswa. Oleh karena itu penelitian ini berfokus pada bimbingan belajar siswa Sekolah Dasar sebagi solusi dari permasalahan yang ada. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Mengingat pentingnya layanan bimbingan belajar di sekolah yang sesuai dengan kebutuhan siswa maka dirumuskan masalah penelitian yaitu bentuk layanan bimbingan belajar seperti apa yang dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam pelajaran matematika. Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut maka diuraikan pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran kesulitan belajar matematika yang dialami oleh siswa kelas V SD Negeri Isola 2 Bandung?

11 2. Faktor apa saja yang menyebabkan siswa kelas V SD Negeri Isola 2 Bandung mengalami kesulitan belajar matematika? 3. Tindakan apa yang tepat dalam memberikan layanan bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitan belajar matematika bagi siswa kelas kelas V SD Negeri Isola 2 Bandung? 4. Apakah tindakan yang diberikan sudah tepat dan efektif serta sejauh mana keberhasilan dari tindakan tersebut? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan layanan bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitan belajar matematika di Sekolah Dasar. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui gambaran kesulitan belajar matematika yang dialami oleh siswa kelas kelas V SD Negeri Isola 2 Bandung. 2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar matematika yang dialami oleh siswa kelas V SD Negeri Isola 2 Bandung. 3. Mengembangkan layanan bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitan belajar matematika siswa kelas kelas V SD Negeri Isola 2 Bandung. 4. Mengetahui keberhasilan dari layanan bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitan belajar matematika siswa kelas kelas V SD Negeri Isola 2 Bandung.

12 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian yang dilakukan ini bermaksud untuk memberikan sumbangan berupa layanan bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitan belajar matematika siswa kelas V di SD Negeri Isola 2 Bandung tahun ajaran 2007-2008. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pihak Sekolah SD Negeri Isola 2 Bandung i. Memiliki gambaran tentang pelaksanaan bimbingan belajar di sekolah untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. ii. Memiliki gambaran pelaksanaan bimbingan belajar sehingga guru bidang studi dan konselor sekolah mampu memperbaiki dan mengembangkan layanan BK secara keseluruhan agar dapat menjadi lebih baik dan mencapai tujuan yang sesuai dengan harapan siswa, sekolah dan masyarakat. b. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Mendapatkan gambaran praktis pelaksanaan Bimbingan Belajar di Sekolah Dasar sebagai bahan masukan bagi pengembangan mata kuliah yang berkenaan dengan praktek Bimbingan Belajar. c. Bagi Peneliti Mendapatkan pengalaman mengenai praktek Bimbingan Belajar yang baik sebagai bekal dalam menjalankan tugas profesi di lapangan.

13 F. Asumsi Penelitian Penelitian ini dilandasi atas beberapa asumsi sebagai berikut. 1. Kesulitan belajar banyak dialami oleh siswa di sekolah. Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam proses belajarnya. Sehingga siswa yang mengalami kesulitan belajar tidak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Karena tujuan dari belajar adalah mengembangkan segala potensi yang dimiliki siswa. 2. Layanan bimbingan belajar adalah upaya pemberian bantuan bagi peserta didik dalam mengatasi permasalahan dalam bidang akademiknya. 3. Tujuan dari pemberian layanan bimbingan belajar adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga dapat keluar dari permasalahan akademiknya dan siswa dapat mengembangkankan seluruh potensi yang dimilikinya. G. Batasan Masalah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan judul penelitian ini maka dipandang perlu untuk menjelaskan terlebih dahulu pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Batasan Konseptual Adapun yang dimaksud dengan batasan konseptual adalah sebagai berikut: a. Bimbingan Belajar

14 Bimbingan belajar yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu individu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Masalahmasalah akademik meliputi : pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian dan penggunaan sumber-sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan dan lain-lain. Dalam kegiatan pengajaran, layanan bimbingan belajar memiliki lima fungsi yaitu : fungsi pencegahan, fungsi penyaluran, fungsi penyesuaian, fungsi perbaikan dan fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Tujuan bimbingan belajar secara umum bagi peserta didik adalah tercapainya penyesuaian akademik secara optimal sesuai dengan potensi peserta didik. b. Kesulitan Belajar Matematika Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu menyebabkan siswa tersebut mengalami kegagalan atau setidak-tidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar. Kesulitan belajar dapat terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri seperti kurangnya motivasi dan minat dalam belajar. c. Siswa Kelas V SD Siswa kelas V SD adalah anak-anak yang berusia 11 tahun dan berada pada kelas tinggi. Beberapa aspek perkembangan psiko fisik anak usia SD yaitu :

15 keadaan fisik dan keterampilan, kemampuan berbahasa, keadaan emosi serta sikap dan perilaku moral. 2. Batasan Kontekstual Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas V di SD Negeri Isola 2 Bandung tahun ajaran 2007-2008 dengan pertimbangan sebagai berikut. Pertama, berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dalam proses pembelajaran di dalam kelas, siswa kelas V SD banyak yang mengalami kesulitan belajar matematika. Kedua, siswa kelas V SD adalah siswa yang dipersiapkan untuk naik ke jenjang yang lebih ditinggi dimana akan menghadapi ujian nasional untuk kelulusan. Sehingga sangat dibutuhkan layanan bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitan belajarnya. Ketiga, siswa kelas V sudah mengenal lebih dalam mengenai proses belajar mengajar dan permasalahan yang dihadapinya.. Tidak seperti awal masuk di SD pertama kali yang merupakan masa orientasi dan pengenalan akan lingkungannya yang baru. Selain itu, siswa kelas V SD sudah mulai mempersiapkan diri untuk memasuki masa SMP dengan tuntutan lingkungan yang berbeda.

16 H. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Karena penelitian mengenai bimbingan belajar untuk membantu mengatasi kesulitan belajar matematika anak sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran sehari-hari. Sehingga Penelitian Tindakan Kelas dipandang sangat tepat dalam penelitian ini. Model penelitian yang dipilih adalah model Spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart. Dalam perencanaan, Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi yang dimulai dengan perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk satu ancang-ancang pemecahan permasalahan sampai siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika mengalami perubahan yang cukup baik dan berhasil keluar dari permasalahannya. Tindakan yang akan diberikan adalah kerjasama antara konselor dengan guru bidang studi matematika. Dimana setiap tindakan adalah penggabungan antara pemberian layanan bimbingan belajar dengan materi pelajaran matematika atau yang kita kenal dengan konsep pembelajaran terpadu. Dengan demikian penelitian ini menawarkan cara dan menambah variasi untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dikatakan kualitatif karena pendekatan yang digunakan menekankan pada penemuan fenomena-fenomena alamiah dengan menggunakan desain penelitian yang bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

17 lapangan sedangkan kuantitatif dikarenakan akan ada pengukuran uji t untuk mengetahui hasil sebelum diberikan layanan dan sesudah diberikan layanan untuk mengetahui apakah ada perubahan yang signifikan. 1. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu Sekolah Dasar yang ada di Bandung, tepatnya di SD Negeri Isola 2 yang terletak di jalan Geger Kalong No. 12 Bandung. Untuk menentukan siswa yang akan ditentukan menjadi sampel penelitian digunakan metode nonrandom sampling yaitu dengan teknik purposive sampling. Sehingga sampel yang dipilih dibatasi yaitu siswa kelas V SD yang mengalami kesulitan belajar matematika. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara komunikasi tidak langsung menggunakan pedoman observasi, serta komunikasi langsung menggunakan pedoman wawancara, pertanyaan refleksi kegiatan, soalsoal pre test dan post test. 3. Alat Pengumpul Data (Instrument) Instrumen yang digunakan untuk mengungkap data penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, pertanyaan refleksi kegiatan, soal-soal pre test dan pos test yang sesuai dengan data yang diperlukan untuk mengetahui kesulitan belajar matematika siswa kelas 5 SD.

18 4. Teknik Pengolahan Data Proses pengolahan dan analisis data dilakukan setelah seluruh pengumpulan data selesai baik dari hasil observasi, wawancara, refleksi kegiatan, hasil uji pre test dan pos test. I. Sistematika Penulisan Skripsi Skripsi ini terdiri atas lima bab. Sistematika yang digunakan peneliti dalam penyusunan skripsi adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dasar, batasan masalah, metode penelitian beserta teknik pengumpulan data dan pendekatannya serta lokasi dan sampel penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Kerangka teoritis yang berisi pemaparan teori-teori yang melandasi penyusunan skripsi mengenai konsep bimbingan belajar, kesulitan belajar matematika, karakteristik siswa SD, pendekatan dalam bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitan belajar matematika kelas V SD dan penelitian-penelitian terdahulu. Bab III Metode penelitian yang membahas tentang definisi operasional variabel dalam penelitian, pengembangan instrumen pengumpulan data, kisi-kisi dan pedoman yang digunakan dalam penelitian dan prosedur penelitian.

19 Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan yang berisi pemaparan mengenai hasil penelitian berdasarkan aspek dan sub aspek dalam kesulitan belajar matematika siswa serta pembahasan hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan rekomendasi yang berisi hasil penelitian yang disimpulkan dan rekomendasi bagi pihak sekolah dan guru SD Negeri Isola 2, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dan peneliti selanjutnya.