OLEH : ZAKIAH A1C309043

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUICK ON THE DRAW

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CORPORAT IDENTITY

ARTIKEL ILMIAH. OLEH: 1. RELI NURLIZESWATI (A1C309047) 2. Dra.ASTALINI, M.Si 3. HAERUL PHATONI,S.Pd, M.Pd.Fis

ARTIKEL ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Alumni Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jambi 2,3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan masalah penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka jenis

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING KELAS XI MIA 2 SMA NEGERI 3 KOTA JAMBI

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

Jurnal EduFisika Vol. 01 No. 02, November 2016 E-ISSN:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

OLEH DESRIYANTI A1C309009

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Wari Prastiti SMA Negeri 5 Metro

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE SNOW BALLING

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

PENINGKATAN AKTIVITAS BERTANYA DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DI KELAS VA SD PERTIWI 3 PADANG

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN ARIAS

ARTIKEL ILMIAH OLEH : OGI DANIKA PRANATA RSA1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI MEI, 2014

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS HASIL BELAJAR FISIKA DI KELAS XMIA 4 NEGERI 1 MUARO JAMBI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan.

Surono, Pengaruh model pembelajaran inquiry...

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

Nurhikma Ramadhana Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Sulawesi Barat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EKSPERIMEN

PROSIDING ISBN :

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KANDUNGAN ZAT DALAM MAKANAN DENGAN MODEL CONTEXSTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Muhammad Darwis. Dosen Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PERANAN MEDIA VIDEO DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SDN MAMPANG PRAPATAN 02 PAGI

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa di SMA Negeri 10 Sarolangun masih belum memenuhi standar yang telah 1 XI IPA 1 65,24

Oleh Fathorrasi (1), Hasan Muchtar Fauzi (2)

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif, yaitu pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh: Ernawati SMA Negeri 1 Gondang, Tulungagung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

ANALISIS PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MUARO JAMBI

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

ANALISIS KEMAMPUAN KINERJA SISWA DALAM MELAKSANAKAN PRAKTIKUM DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 11 KOTA JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN X O

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar

Rizka Warna Kaliantin Universitas Negeri Malang

Vol. 4, No. 1, Maret 2017 ISSN:

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS KELAS IX SMP NEGERI 3 KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH

III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berpikir siswa. Untuk mengembangkan pola berpikir kritis

Diajukan oleh: DESI KUSUMA NURDINI A

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian juga. dengan grafik, bagan, gambar atau tampilan lain.

BAB III METODE PENELITIAN. meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas peserta didik dalam proses dan

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN KELAS 3 SD

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Saintifik pada materi himpunan kelas VII Semester Ganjil MTs GUPPI Sumberejo Tahun Pelajaran ?

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci: RRB (Round Robin Brainstorming), Mind Mapping, Hasil belajar

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK

MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI KELAS IV SDN 181/V INTAN JAYA

UPAYA MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

Transkripsi:

ARTIKEL ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT PADA MATERI IMPULS MOMENTUN DAN TUMBUKAN KELAS XI IPA 1 SMAN 5 KOTA JAMBI OLEH : ZAKIAH A1C309043 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JUNI, 2014

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Artikel Ilmiah yang berjudul Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Pada Materi Impuls, Momentum dan Tumbukan di kelas XI IPA I SMAN 5 Kota Jambi yang disusun oleh Zakiah (A1C309043) telah diperiksa dan disetujui. Jambi, Pembimbing I Dra. Hj. Astalini, M.Si NIP. 19630126 198609 2 001 Jambi, Pembimbing II Drs. Darmaji, M.Si NIP. 19630208 1991021 001

Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Pada Materi Impuls, Momentum dan Tumbukan di kelas XI IPA I SMAN 5 Kota Jambi Oleh : 1. Zakiah 2. Dra. Hj. Astalini, M.Si. 3. Drs. Darmaji, M.Si. ABSTRAK Kata kunci: Aktivitas, hasil belajar, model pembelajaran, STM Penelitian ini dilatar belakangi oleh proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher centered) yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam melakukan aktivitas belajar. Hal tersebut berdampak pada kemampuan siswa kurang dalam memahami materi dan konsep belajar serta hasil ulangan sering tidak mencapai kkm. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan upaya dengan menerapkan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.Sains Teknologi Masyarakat adalah alternatif yang dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa dalam pembelajaran sains sehingga literasi sains dan teknologi siswa dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas XI IPA I SMAN 5 Kota Jambi dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroon action research) yang dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus melalui tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan observasi, evaluasi, dan refleksi. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif yang dikumpulkan melalui ulangan formatif dan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa melalui lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata persentase aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu pada siklus I, aktivitas siswa 59,23% dan hasil belajar 69,97 dengan jumlah siswa yang berhasil 10 orang (30,3%). Pada siklus II aktivitas siswa meningkat menjadi 73,43% dan hasil belajar 74,21 dengan jumlah siswa yang berhasil 20 orang (60,6%). Pada siklus III mengalami peningkatan lagi dengan aktivitas siswa 84,58% dan hasil belajar 81,70 dengan jumlah siswa yang berhasil 29 orang (87,88%). Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran fisika Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa yang berdampak pada hasil belajar fisika pada siswa kelas XI IPA I SMAN 5 Kota Jambi pada pokok bahasan Impuls, momentum Tumbukan. I. PENDAHULUAN Proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru, membuat siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan untuk membangun sendiri pengetahuannya. Aktivitas guru mengajar kurang mengarahkan pelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari. Dan akhirnya siswa berpikir bahwa fisika tidak terlalu penting untuk dipelajari. Depdiknas (2008) menyatakan Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Permasalahan di atas menyebabkan hasil belajar fisika kurang maksimal. Sehingga berdampak tidak tercapainya kriteria ketuntasan minimum (KKM). Untuk mengurangi dan mengantisipasi permasalahan tersebut diperlukan sebuah model pembelajaran. Model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpatisipasi aktif. Membimbing siswa agar bisa mengaplikasikan pelajaran ke dalam kehidupan nyata. Sebuah model yang tidak membuat siswa hanya menerima ceramah guru. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat. Model pembelajaran STM adalah model pembelajaran yang mengaitkan pembelajaran sains dan teknologi serta kegunaan dan kebutuhan masyarakat. Hal ini juga didukung oleh salah satu tesis dari universitas pendidikan Ganesha. Tesis yang berjudul menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dan menyelidiki pengaruhnya terhadap pemahaman konsep biologi dan keterampilan berpikir kreatif siswa. Hasil penelitian tesis menyatakan pemahaman konsep serta keterampilan berpikir kreatif kelompok yang menggunakan model STM lebih baik dibandingkan kelompok yang menggunakan model pembelajaran langsung. Impuls, momentum dan tumbukan merupakan materi yang di dalamnya terdapat konsep dan rumus-rumus yang diaplikasikan. Konsep dari materi ini sangat dekat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Rumus dan konsep dari materi tersebut juga berperan dalam sains dan produk-produk teknologi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Pada Materi Impuls, Momentum dan Tumbukan di kelas XI IPA I SMAN 5 Kota Jambi. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktifitas atau kegiatan pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran. Aktifitas pembelajaran disusun secara sistematis agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Terlepas dari kegiatan mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan masih banyak lagi aktifitas yang harus diterapkan dalam proses pembelajaran. Paul B Diedrich dalam Yamin (2007) membagi kegiatan belajar dalam delapan kelompok, masing-masingnya adalah: 1. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, dan mengamati orang lain bekerja. 2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok. 4. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket. 5. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar membuat grafik, chart, dan diagram peta 6. Kegiatan metrik: melakukan percobaan, dan memilih alat-alat 7. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan. 8. Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, dan tenang Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya berpikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. 2.2 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemauan yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar adalah perubahan tingkah laku orang yang belajar. Menurut Arikunto (2003) Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan guru. Terbentuknya tingkah laku sebagai hasil belajar mempunyai tiga ciri pokok yaitu: 1. Tingkah laku tersebut berupa kemampuan aktual. 2. Kemampuan berlaku dalam waktu relatif lama. 3. Kemampuan diperoleh melalui usaha.

2.3 Belajar dan Pembelajaran Menurut Sudirman (2003), belajar dapat dilihat dalam arti luas maupun sempit. Dalam pengertian luas, dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Menurut Hamalik (2008), ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran yaitu: a. Rencana adalah penataan ketenangan, material, dan rancangan yang merupakan unsur-unsur pembelajaran dalam suatu rencana rencana khusus. b. Kesaling tergantungan (Interdepence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial dan masingmasing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran. c. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem alami. 2.4 Model Pembelajaran Secara umum model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang oleh guru untuk dilakukan siswa dalam proses pembelajaran agar tujuan pemebelajaran dapat dicapai. Menurut Juice dan Isjoni (2007), Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada guru di kelasnya. Dalam penerapannya, model pembelajaran perlu dipahami oleh guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa, karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda sehingga dengan penerapan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil pelajaran. 2.5 Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Model pembelajaran STM adalah model pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Model pembelajaran STM merupakan model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa dalam pembelajaran sains sehingga literasi sains dan teknologi siswa dapat meningkat (Holubova, 2005).

Adapun tahap-tahap dari model pembelajaran STM (Poedjiadi, 2005) yaitu sebagai berikut: 1. Tahap inisiasi/invitasi/apersepsi. Pada tahap awal ke khasan model ini adalah dikemukakannya isu-isu yang ada di masyarakat yang dapat digali dari siswa, tetapi apabila guru tidak berhasil memperoleh tanggapan dari siswa dapat saja dikemukakan oleh guru sendiri. Isu yang dikemukakan mengundang pro dan kontra mengharuskan siswa berpikir untuk menganalisis isu tersebut. 2. Tahap pembentukan konsep dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, misalnya ceramah, demonstrasi atau diskusi kelompok. Pada akhir tahap ini diharapkan konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep yang benar atau merupakan konsep-konsep para ilmuan. 3. Berbekal pemahaman konsep siswa melakukan analisis terhadap isu tersebut yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan. Pada tahap ini anak harus mengambil contoh tindakan atas isu atau masalah yang dikemukakan di awal tetapi harus bisa menjelaskan alasan mengapa tindakan tersebut diambil. 4. Tahap pemantapan konsep ini guru perlu meluruskan jika ada miskonsepsi yang dialami siswa pada saat pembelajaran. Bila tidak ada miskonsepsi pada saat siswa melakukan pembelajaran guru cukup memberi penekanan pada konsep-konsep yang harus siswa pahami. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan tes untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran disebut tahap penilaian III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksankan dalam bentuk siklus. Siklus akan dilanjutkan jika belum tercapai indikator keberhasilan penelitian dan akan dihentikan apabila kelas sudah stabil atau mencapai indikator keberhasilan penelitian. 3.1.1 Tahapan Penelitian a. Perencanaan (Planning) Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, hand out, alat alat pendukung yang diperlukan sesuai dengan rencana pembelajaran, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran berupa lembar observasi aktivitas siswa dan guru, alat evaluasi berupa soal tes dan kunci jawaban. b. Tindakan (Action) Pelaksaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran fisika kelas XI IPA 2 dan rencana pembelajaran yang telah disiapkan.

c. Observasi dan Evaluasi Dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan dan mencatat kejadian kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat lembar catatan lapangan. d. Analisis dan Refleksi Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan pada siklus berikutnya dan seterusnya. 3.1.3 Tempat dan waktu Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 5 Kota Jambi untuk mata pelajaran Fisika pada materi Momentum dan Impuls dan dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2013/2014, sesuai dengan kalender akademik Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Kota Jambi. 3.1.4 Subjek Penelitian Subjek Pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Kota Jambi yang berjumlah 33 siswa, yang terdiri dari 20 putri dan 13 putra. 3.2 Instrumen Penelitian 3.2.1 Validitas Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur Sukardi (2011:121). Menurut Sugiyono (2009), Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Dalam penyusunan instrumen ini peneliti mengutamakan validitas isi karena dapat mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2009). 3.2.2 Tingkat Kesukaran Menghitung tingkat kesukaran tes adalah mengukur berapa besar kesukaran butirbutir soa l tes jika suatu tes memiliki tingkat kesukaran seimbang maka tes tersebut baik. Dengan kata lain suatu butir soal hedaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Dari 50 soal di dapat 13 soal memiliki tingkat kesukaran sukar, 18 soal memiliki tingkat kesukaran sedang dan 19 soal memiliki tingkat kesukaran mudah. 3.2.3 Daya Beda Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan daya pembeda tersebut disebut indeks diskriminasi.

Setelah melakukan uji coba soal sebanyak 50 soal, diperoleh 23 soal memiliki daya beda jelek, 7 soal memiliki daya beda cukup, 18 soal memiliki daya beda baik diterima, dan 1 soal memiliki daya beda sangat baik. 3.2.4 Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu ukuran apakah tes tersebut dapat dipercaya dan bertujuan untuk melihat apakah soal yang akan diberikan tersebut dapat diberikan skor yang sama setiap digunakan. Menurut Arikunto (2009) untuk menentukan reliabilitas suatu soal berbentuk obyektif maka dapat digunakan rimus Kuder-Richardson (K-R21). Dari hasil analisa data uji coba soal, diperoleh nilai koefisien reliabiltas dari uji coba soal 0,89. Jadi uji coba soal ini memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. 3.3 Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah : 1. Data kualitatif merupakan data tentang aktivitas siswa dan guru. 2. Data kuantitatif merupakan data tentang hasil belajar siswa setiap akhir siklus. 3.5 Indikator Kerja Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini ditunjukkan peningkatan keaktifan siswa dilihat dari aktivitas belajar selama kegiatan belajar mengajar berlangsung jika telah berada pada kategori aktif atau aktif sekali. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes siswa menggunakan Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu dengan nilai ketuntasan 75. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Rincian mengenai peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif yang diperoleh dari penerapan model Sains Teknologi Masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11. Peningkatan hasil belajar siswa tiap siklus NO Variabel yang diamati Jumlah atau persentase Siklus I Siklus II Siklus III

1 Nilai rata-rata (persentase rata-rata penguasaan materi) 69,07 74,21 81,70 2 Banyaknya siswa nyang telah berhasil dalam belajar 10 20 29 3 Persentase siswa yang telah berhasil dalam belajar 47,22 63,88 87,88 Dari tabel dapat disimpulkan bahwa setiap siklus terdapat peningkatan hasil belajar yang semakin baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa pada materi impuls, momentum dan tumbukan di SMAN 5 Kota Jambi. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar fisika dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.12. Peningkatan aktvitas dan hasil belajar fisika siswa tiap siklus Siklus Rata-rata % Aktivitas Siswa Rata-rata Hasil belajar Fisika siswa I II III 59,23 73,42 84,58 69,97 74,21 81,70 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Aktivitas siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat pada materi impuls, momentum dan tumbukan di kelas XI IPA 1 SMAN 5 Kota Jambi. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklusnya. Yaitu 59,23 pada siklus I meningkat menjadi 73,42 pada siklus II dan 84,58 pada siklus III. 2. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat pada materi impuls, momentum dan tumbukan di kelas XI IPA SMAN 5 Kota Jambi. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Yaitu 69,97 pada siklus I meningkat menjadi 74,21 pada siklus II dan 81,70 pada siklus III. 5.2 Saran 1. Diharapkan kepada guru fisika agar dapat menerapkan model Quantum Teaching sebagai alternatif dalam pembelajaran.

2. Penelitian ini masih terbatas pada aktivitas dan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, diharapkan adanya penelitian yang relevan untuk menilai aspek psikomotor dan afektif siswa. 3. Penelitian ini juga terbatas pada materi Impuls dan Momentum, jadi diharapkan adanya lanjutan penelitian pada materi yang berbeda atau bahkan pada mata pelajaran yang lain. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar evaluasi. Jakarta: Rineka Cipta.. 2003. Dasar-Dasar evaluasi. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S dan Jabar,S.A. 2010. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT bumi Aksara. Djamarah, Saiful Bahri. 2002. Guru dan Anak Murid Dan Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakaria Dimyati dan Mudjiyono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Giancoli, D. 2001. Fisika edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Halliday, dkk. 1998. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga (edisi mahasiswa). Jakarta: Erlangga. Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Isjoni. 2007. Jalaludin dan Saepudin. 2007. Pelajaran Fisika Untuk SMA/MA kelas XI. Depok: CV Arya Duta. Karli, Hilda dan Margaretha Sri. 2002. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakaria. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Poedjiadi, A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat (Model Pembelajaran Konstektual Bermuatan Nilai). Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Putra, S.R. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: Diva Press Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Smarabawa. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyrakat Terhadap Pemahaman Konsep Biologi dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA, Thesis, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Sudjana, N. 2006. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Sukardi. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.