BAB I PENDAHULUAN. Dan Aku (Allah ) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku. (QS. Adz- Dzariyat: 56)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB I PENDAHULUAN. 2007, hlm.1. Republik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm.1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN MATERI FIQIH BAB SALAT DI SDN 2 NGROTO KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW membawa agama yang suci. kehidupan, menjamin bagi manusia berkehidupan bersih lagi mulia, dan

Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2012),hlm Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. 1 Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah memasuki seluruh aspek kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 295.

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. baru serta teori baru kedalam kurikulum sekolah. 1 Pendidikan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. berkembang disegala aspek kehidupannya. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan permasalahan peserta didik pada proses

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 14 2

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 1892, hlm.1

UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA STATUS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Meity H. Idris, Peran Guru dalam Mengelola Keberbakatan Anak, Cet.2, PT Luxima Metro Media, Jakarta, hlm, 171.

DAFTAR PUSTAKA. al- Fauzan, Saleh, Fikih Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani Press, 2005.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Maka dari itu dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. dalam keadaan yang demikian, ia telah memiliki kemampuan bawaan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Bumi aksara, jakarta, 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tentang dirinya sendiri, dan tentang dunia dimana mereka hidup.

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, Bandung, 2011, hlm Diah Harianti, Model dan Contoh Pengembangan Diri Sekolah Menengah Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm. 42. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Disamping manusia. terjadi karena manusia dianugerahi akal oleh Allah Swt, sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 21. hlm. 245.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini dipaparkan; a) Latar belakang masalah, b) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. akan tercapai, karena dengan demikian peradaban dunia yang tinggi dan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 85.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, dijalani dalam lingkup masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah dalam dua dimensi untuk melakukan hal-hal positif

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peran tersebut menjadi hal yang biasa mengingat pendidikan merupakan. untuk memajukan mutu dan kualitas pendidikan di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN. Karya, Bandung, 2008, hlm Kamus Besar Bahasa Indonesia lengkap, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta, 2000, hlm. 58.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

Pendidikan Agama Islam Bab : 1 Eksistensi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH ANTARA JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DAN BUKAN JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DI SURAKARTA SKRIPSI

DAFTAR TERJEMAH. No Hal Kutipan Bab Terjemah

Bab 3 Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Kompetensi Bertema Ibadah Membangun Akhlak Mulia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebenarnya potensi agama sudah ada pada setiap manusia sejak ia dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan untuk mengabdi kepada sang pencipta. Konsep ajaran Islam menegaskan bahwa pada hakikatnya penciptaan jin dan manusia adalah untuk menjadi pengabdi yang setia kepada Penciptanya. 1 Sebagaimana Allah berfirman, Dan Aku (Allah ) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku. (QS. Adz- Dzariyat: 56) Manusia dalam paham Islam, sebagai halnya dalam agama monoteisme lainnya, tersusun dari dua unsur, unsur jasmani dan unsur rohani. Tubuh manusia berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan materiil, sedangkan roh manusia bersifat immateri dan mempunyai kebutuhan spiritual. Badan, karena mempunyai hawa nafsu, bisa membawa pada kejahatan, sedang roh, karena berasal dari unsur yang suci, mengajak kepada kesucian. Kalau seseorang hanya mementingkan 2007), hlm. 67 1 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1

hidup kematerian ia mudah sekali dibawa hanyut oleh kehidupan yang tidak bersih, bahkan dapat dibawa hanyut kepada kejahatan. 2 Allah menciptakan manusia dengan tiga dimensi yaitu badan, akal dan ruh, yang Allah berikan sebagai modal atau bekal manusia agar bisa menjalankan tugasnya sebagai hamba-nya yaitu mengesakan dan senantiasa melaksanakan ibadah hanya kepada-nya. 3 Ibadat memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia. Semua ibadat yang ada dalam Islam, shalat, puasa, haji, dan zakat, bertujuan membuat roh manusia supaya senantiasa tidak lupa pada Tuhan, bahkan senantiasa dekat pada-nya. Keadaan senantiasa dekat pada Tuhan sebagai Zat Yang Maha Suci dapat mempertajam rasa kesucian seseorang. Rasa kesucian yang kuat akan dapat menjadi rem bagi hawa nafsu untuk melanggar nilai-nilai moral, peraturan dan hukum yang berlaku dalam memenuhi keinginannya. Di antara ibadat Islam, shalatlah yang membawa manusia terdekat kepada Tuhan. Di dalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Tuhan dan dialog berlaku antara dua pihak yang saling berhadapan. Dalam shalat manusia memang berhadapan dengan Tuhan. Dalam shalat seseorang melakukan hal-hal berikut: menuju ke Maha Sucian Tuhan, menyerahkan diri kepada Tuhan, 2 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, (Jakarta: UI-Press, 2005), hlm. 30 3 A. Mudjab Mahali, Kepada Anakku Dekati Tuhanmu Karangan Imam Al-ghozali, (Jakarta: Gema Insani, 1991), Cet. 1, hlm. 7. 2

memohon supaya dilindungi dari godaan syetan, memohon diberi petunjuk kepada jalan yang benar dan dijauhkan dari kesesatan dan perbuatan-perbuatan tidak baik, perbuatan-perbuatan jahat dan sebagainya. 4 Shalat membina manusia dan menempa nalurinya. Shalat menjadi fondasi hubungan antar manusia yang dibangun di atas dasar-dasar yang baik dan jauh dari bias tendensi dan keinginan (hawa nafsu), sehingga manusia dapat menikmati kehidupan bahagia yang bertumpu pada semangat humanism dan keadilan. 5 Mata pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari fikih yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah/SMP. 6 Mempelajari fiqh berguna untuk menentukan sikap dan kearifan dalam menarik kesimpulan serta menerapkan aturanaturan fiqh terhadap kenyataan yang ada, sehingga tidak menimbulkan akses yang tidak perlu, karena diperhatikan skala prioritas penerapannya. Tidak bersikap ifrath, yaitu lebih dari batas dan tidak pula bersikap tafrith, yaitu kurang dari batas. Mempelajari ilmu fiqh berguna dalam memberikan pemahaman 4 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, (Jakarta: UI-Press, 2005), hlm. 31 5 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2010), Cet. 2, hlm. 146 hlm. 84 6 Peraturan Mentreri Agama Republik Indonesia No 2 Tahun 2008, 3

tentang berbagai aturan secara mendalam. Dengan mengetahui fiqh, kita akan tahu aturan-aturan secara rinci mengenaikewajiban dan tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya, hak dan kewajibannya dalam hidup bermasyarakat. Kita akan tahu caracara shalat, puasa dan sebagainya. Mempelajari fiqh berguna juga sebagai patokan untuk bersikap dalam menjalani hidup dan kehidupan. Kita akan tahu mana perbuatan-perbuatan yang wajib, sunnah, mubah, dan lain-lain. Singkatnya, dengan mengetahui dan memahami fiqh, kita berusaha untuk bersikap dan bertingkah laku menuju kepada yang diridloi Allah SWT. 7 Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajar yang diperoleh dari evaluasi yang di adakan oleh pendidik. Proses belajar yang terjadi pada individu merupakan hal penting, karena melalui kondisi ini individu mengenal dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Kegiatan belajar juga disebut sebagai proses menuju perubahan karena meningkatkan dari kondisi belum mampu menjadi mampu yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan. 8 Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan mereka 1997), hlm. 105 7 A. Djazuli, Ilmu Fiqh, (Jakarta : Kencana, 2010), cet-7, hlm. 31 8 Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 4

di sekolah. Guru sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung jawab melaksanakan interaksi edukatif di dalam kelas, perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif peserta didiknya. Dengan bekal pemahaman tersebut, guru akan dapat memberikan layanan pendidikan atau proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didiknya yang dihadapinya. 9 Perkembangan kognitif berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berfikir (thinking), memecahkan masalah (problem solving), mengambil keputusan (decision making), kecerdasan (Intellegence), bakat (aptitude). 10 Dalam hubungan dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama. Yang menjadi tujuan pelajaran di SD, SMP, dan di SMU pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. 11 Pada zaman yang serba modern ini, kebanyakan manusia dimanjakan oleh teknologi yang serba kompleks. Sehingga mereka lupa untuk shalat secara berjama ah. Banyak masjid dan mushola yang dibangun dengan begitu megah, tetapi hanya sedikit yang melaksanakan shalat berjama ah. Oleh karena itu, 9 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet-3, hlm. 96 10 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, (Bandung: PT Refita Aditama, 2011), hlm. 43 11 Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2008), cet. 5, hlm. 101 5

penanaman perilaku berjama ah dapat diterapkan dalam bangku pendidikan formal. Agar dapat terbiasa dalam kehidupan bermasyarakat kelak. Prestasi belajar kognitif mata pelajaran fiqh peserta didik, diharapkan dapat menjadi sebuah dorongan bagi mereka untuk giat dalam menjalankan ibadahnya. Karena dalam mata pelajaran fiqh telah membahas tentang dasar-dasar dan tata cara dalam beribadah. Seperti halnya shalat yang menjadi kewajiban bagi semua ummat Islam. Dalam fiqh diajarkan bagaimana syarat dan rukun dari shalat. Dengan begitu, kesungguhan peserta didik akan tampak pada perilaku shalat dalam kesehariannya dengan bersungguh-sungguh melaksanakan shalat secara berjama ah. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis ingin mengadakan penelitian tentang HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR KOGNITIF FIQH IBADAH DENGAN INTENSITAS SHALAT BERJAMA AH SISWA KELAS XI MA YAFALAH GINGGANG GUBUG GROBOGAN SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2013/2014. B. Rumusan Masalah Penulis dalam penelitian ini mengajukan sebuah rumusan masalah yaitu: adakah hubungan positif antara prestasi kognitif fiqh ibadah dengan intensitas shalat berjama ah siswa kelas XI MA YAFALAH Ginggang Gubug Grobogan Semester Gasal Tahun Ajaran 2013/2014? 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang penulis harapkan dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara prestasi kognitif fiqh ibadah dengan intensitas shalat berjama ah siswa kelas XI MA YAFALAH Ginggang Gubug Grobogan Semester Gasal Tahun Ajaran 2013/2014. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap dunia pendidikan, khususnya tentang pentingnya prestasi belajar kognitif fiqh ibadah dalam meningkatkan intensitas shalat berjama ah pada siswa kelas XI MA YAFALAH Ginggang Gubug Grobogan Semester Gasal Tahun Ajaran 2013/2014. b. Manfaat Praktis Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi guru mata pelajaran fiqh, khususnya di kelas XI MA YAFALAH Ginggang Gubug Grobogan Semester Gasal Tahun Ajaran 2013/2014 agar selalu meningkatkan prestasi belajar kognitif fiqh ibadah dengan harapan agar para siswa bisa meningkatkan intensitas shalat berjama ah. 7