BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilakukan dalam bentuk investasi riil (real investment) dan dalam bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan Atkins dan Dyl (1997) dengan judul Transaction

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor.


BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

II. LANDASAN TEORI. Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketidakpastian kondisi penghasilan dan kebutuhan akan konsumsi di masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun.

I. PENDAHULUAN. Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi yang diserahkan oleh investor sedangkan risiko adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2006, secara bertahap akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya pasar modal (capital market), pemodal sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN. long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal

Pengaruh Return dan Varian Return Anggota LQ-45 Terhadap Bid-Ask Spread

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

Model-model keseimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. serta Atkins dan Dyl (1997) holding period merupakan rata-rata panjangnya waktu

Model-model Keseimbangan

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu wadah yang memfasilitasi kegiatan investasi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. fiskal dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wang Sutrisno (2000) dengan penelitian yang berjudul pengaruh stock split

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya keinginan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Muhammad Fauzan Arif, 2014 Pengaruh Risiko Sistematis terhadap Return Ekspektasian Portofolio Saham

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu investasi (investment), sering juga

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori ini

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

BAB 1 PENDAHULUAN. semuannya tidak dapat dipenuhi jika hanya mengandalkan gaji take home pay.

II. LANDASAN TEORI. dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Industri

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Investasi menurut Jones (2004:3) adalah the commitment

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat

BAB I PENDAHULUAN. Holding period adalah lamanya waktu yang diperlukan investor untuk berinvestasi UKDW

BAB II KAJIAN PUSTAKA. produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono,2013:5). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan,

I. PENDAHULUAN. Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi. Layaknya pasar, bursa efek dapat dikaitkan sebagai tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berkaitan dengan judul penelitian ini yaitu pengaruh tingkat suku bunga, risiko

BAB I PENDAHULUAN. ini diperlukan peranan pasar modal sebagai suatu wadah untuk memobilisasi. dana masyarakat selain lembaga keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rita Indah Mustikowati, SE, MM

Transkripsi:

12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan tersebut (Rodoni, 1996). Investasi pada hakikatnya meruapakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah penyaluran sumber dana yang ada sekarang dengan mengharapkan keuntungan dimasa mendatang dengan cara menempatkan uang atau dana dalam pembelian efek berupa saham dengan harapan mendapatkan keuntungan atas dana yang diinvestasikan dalam perdagangan saham tersebut di bursa efek. Menurut Halim (2005) investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi pada aset finansial (finansial assets) dan investasi aset-aset riil (real assets). Investasi pada aset-aset fianansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain. Sedangkan investasi pada aset aset riil dapat berbentuk

13 pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya. 2.2. Risiko dalam Investasi Dalam konteks manajemen investasi, risiko investasi dapat diartikan sebagai besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return) (Halim, 2005). Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi tiga, yaitu (Halim, 2005). 1. Investor yang menyukai risiko (risk seeker), merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi. Biasanya investor jenis ini bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi karena tahu bahwa hubungan tingkat pengembalian dan risiko adalah positif. 2. Investor yang netral terhadap risiko (risk netral) merupakan risiko yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor jenis ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan investasi. 3. Investor yang tidak menyukai risiko atau penghindar risiko (risk averter), adalah investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda,

14 maka investor akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah. Biasanya investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan terencana. 2.3. Risiko Sistematis Secara umum risiko yang dihadapi investor meliputi risiko sistematis (systematic risk) atau undiversifiable risk dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk) atau atau spesific risk atau diversifiable risk (Samsul, 2006). 1. Risiko Sistematis (Systematic Risk) Menurut Tandelilin (2010) risiko sistematis adalah risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabelitas return suatu investasi. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat didiversifikasikasi. Menurut Halim (2005) risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Hal tersebut dikarenakan fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko sistematis merupakan risiko yang berasal dari faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan secara langsung, seperti ketidakpastian ekonomi dan ketidakpastian politik (Herth dan Zaima, 1995). 2. Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk) Risiko tidak sistematis adalah risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri

15 tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antar satu saham dengan saham lain. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensivitas yang berbeda terhadap perubahan setiap pasar, misalnya faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan, dan lain sebagainya (Halim, 2005). Investor dalam melakukan investasi secara rasional ingin meminimalkan risiko yang ditanggungnya (risk averse), maka investor tersebut akan melakukan diversifikasi melalui pembentukan portofolio. Namun jenis risiko tersebut menjadi tidak relevan lagi dalam pengukuran risiko pada investasi surat berharga (risiko tidak sistematis). Jadi, satu-satunya risiko yang relevan dalam pengukuran risiko dalam investasi tersebut adalah risiko yang tidak bisa hilang didiversifikasi yaitu risiko sistematis yang dilambangkan dengan beta (β) (Elly dan Leng, 2002). Menurut Horne and Machowisz (2012) beta dapat mengukur sensivitas pengembalian saham terhadap perubahan dalam pengembalian portofolio pasar. Sedangkan beta menunjukkan hubungan (gerakan) antara saham dan pasarnya (Fahmi, 2012). Dalam pembahasan Model Indeks Tunggal, CAPM, APT, dan berbagai model yang diterapkan beta selalu saja dipergunakan. Beta (β) diartikan sebagai risiko sistematis (Fahmi, 2012). Menurut Jones (2004) beta merupakan koefisien statistik yang menunjukkan ukuran risiko relatif suatu saham terhadap portofolio pasar. Menurut Jogiyanto (2011), beta merupakan pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar. Dengan

16 demikian beta merupakan pengukur risiko sistematis (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar. Rumus yang digunakan untuk mencari risiko sistematis menggunakan alat ukur beta (Bodie te.al, 2002) adalah : Keterangan: β = Covar (Ri, Rm) Var (Rm) β = risiko sistematis Covar(Ri,Rm) = kovarian return saham terhadap return pasar Var(Rm) = varian return pasar 2.4. Likuiditas Saham Menurut Sharpe, Alexander dan Bailey (1999) mendefinisikan likuiditas sebagai kemampuan investor untuk menjual harta atau aset yang dimilikinya tanpa harus melakukan konsesi atau kelonggaran harta. Likuiditas juga dipandang dari aspek seperti volume perdagangan dan frekuensi perdagangan. Menurut Fabozzi (1999) likuiditas atau daya jual suatu aktiva keuangan mengacu pada kemudahan aktiva tersebut yang dijual sesuai dengan nilai aktiva tersebut. Dalam konteks hubungan dengan surat berharga, Reilly dan Brown (1997) menyatakan bahwa faktor penentu dari likuiditas pasar sehubungan dengan surat berharga sangat tercermin dalam data perdagangan pasar. Faktor terpenting dari likuiditas adalah jumlah uang yang beredar dan lembar saham yang diperdagangkan.

17 Parameter yang sering digunakan untuk mengukur likuiditas saham (Cornoy et al, 1990) adalah : 1. Volume perdagangan. Volume perdagangan adalah instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter volume saham yang diperdagangkan di pasar. 2. Tingkat spread. Spread adalah instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter perbedaan atau selisih antara harga tertinggi yang diminta untuk membeli dengan harga terendah yang ditawarkan untuk menjual (bid-ask spread). 3. Aliran informasi (information flow) 4. Jumlah pemegang saham. 5. Jumlah saham yang beredar. 6. Biaya transaksi (transaction cost) 7. Harga saham Harga saham adalah instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter harga-harga saham di bursa. 8. Volalitas harga saham Volalitas harga saham adalah instrumen yang dapat melihat rekasi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan harga-harga saham di bursa. Aliran informasi (infomation flow), jumlah pemegang saham, jumlah harga saham yang beredar, biaya traksaksi (transaction cost) akan dipengaruhi oleh volume perdagangan, sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap likuiditas.

18 Dalam penelitian ini akan menggunakan ukuran bid-ask spread, karena menurut Elly dan Leng (2002) dan Muhardi (2013) likuiditas saham yang diukur menggunakan bid-ask spread merupakan ukuran yang baik untuk melihat pengaruh likuiditas saham terhadap tingkat pengembalian saham. Likuiditas saham salah satunya dapat diukur dengan bid-ask spread dari suatu saham. Bid atau tawaran harga adalah harga yang dinyatakan seorang pembeli yang ingin membeli. Ask adalah harga yang diminta oleh seorang penjual. Spread adalah perbedaan antara harga penawaran dan harga yang ditawarkan oleh pihak pembeli. Bid-ask spread juga dapat diartikan sebagai selisih harga beli tertinggi dengan pedagang saham (trader) yang bersedia membeli saham dengan harga jual terendah dan bersedia menjual saham tersebut (Fabozzi, 1999). Bid-ask spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah investor tersebut akan menahan atau menjual saham tersebut. Hal yang harus diperhatikan investor dalam memutuskan apakah membeli atau menjual saham pada harga tertentu adalah mengetahui seberapa besar nilai bid-ask spread tersebut (Sumani, 2013). Jika semakin kecil nilai dari bid-ask spread suatu saham, maka semakin likuid saham tersebut. Sebaliknya, jika semakin besar nilai dari bid-ask spread suatu saham, maka semakin tidak likuid saham tersebut (Elly dan Leng, 2002).

19 Rumus untuk menghitung bid-ask spread adalah : Keterangan : Bid Ask Spread = Ask Price Bid Price Ask Price 100% Bid-Ask Spread Bid Price Ask Price = perbedaan harga antara harga penawaran dan harga yang ditawarkan oleh pembeli. = harga penawaran = harga permintaan 2.5. Return Saham Menurut Tandelilin (2010) alasan orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut return. Sejalan dengan definisi tersebut Menurut Jogiyanto (2011) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Menurut Husnan (2008) return adalah ukuran yang mengukur besarnya perubahan kekayaan investor baik kenaikan maupun penurunan serta menjadi bahan pertimbangan untuk membeli atau mempertahankan sekuritas. Menurut Horne dan Wachowicz (2012) return adalah penghasilan yang diterima dari suatu investasi ditambah dengan perubahan harga pasar yang biasanya. Menurut Jogiyanto (2011), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam

20 melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high return, low risk low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak rasional. Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss (keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Sedangkan Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Return saham dapat dihitung menggunakan rumus (Ross et.al,2002) Keterangan : R it = P t P t 1 + D t P t 1 Rit Pt Pt-1 Dt = return realisasi = harga saham periode t = harga saham sebelum periode sebelumnya = deviden kas pada akhir periode.

21 Rumus ini seringkali digunakan saat kita mengukur return saham dalam konteks jangka menengah atau panjang. Misalkan waktunya dua tahun atau lebih, dimana dalam rentang waktu yang panjang sering diasumsikan bahwa pemegang saham akan menerima dividen. Dividen yang diterima harus dimasukan dalam perhitungan return. Jika investor melakukan aktivitas dalam jangka pendek, misalkan harian, mingguan, atau bulanan. Dalam jangka waktu tersebut sering diasumsikan bahwa dividen tidak diterima. Maka perhitungan return sahamnya adalah (Jogiyanto, 2011): R it = P t P t 1 P t 1 2.6. Model Arbitrage Pricing Theory (APT) Capital Asset Pricing Model (CAPM) bukannlah satu-satunya teori yang mencoba menjelaskan bagaimana suatu aktiva ditentukan oleh harga oleh pasar, sebagaimana menentukan tingkat keuntungan yang dipandang layak suatu investasi. Ross (1976) merumuskan suatu teori yang disebut sebagai Arbitrage Pricing Theory (APT). Jika pada CAPM analisis yang dimulai dari bagaimana pemodal membentuk portofolio yang efisien, maka APT mendasarka diri pada pemikiran yang sama sekali berlainan. APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik sama, tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda. Konsep yang dipergunakan adalah hukum satu harga. Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut terjual dengan harga yang berbeda, maka muncul terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva yang

22 lebih murah dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi, sehingga muncul laba tanpa risiko. Seperti halnya CAPM, Arbitrage Pricing Theory (APT) menekankan bahwa adanya hubungan yang positif antara tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) dengan risiko. Namun, terdapat perbedaan penggunaan asumsi dan prosedur antara keduanya. Arbitrage Pricing Theory (APT) mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan industri. Arbitrage Pricing Theory (APT) memungkinkan penggunaan lebih dari satu faktor untuk menjelaskan tingkat keuntungan yang diharapkan(expected return). Sebaliknya, model CAPM memungkinkan penggunaan hanya satu faktor saja untuk menjelaskan tingkat keuntungan yang diharapakan (expected return) (Husnan, 2008). Meskipun demikian, kelemahan dari model Arbitrage Pricing Theory (APT) itu sendiri adalah Arbitrage Pricing Theory (APT) tidak menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingakt keuntungan. Oleh karena itu, faktor-faktor ini harus dicari dari penelitian empirik. Menurut Chen, Roll, dan Ross (1986) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan yaitu : tingkat kegiatan industri, tingkat inflasi, perbedaan antara tingkat bunga jangka pendek dan jangka panjang, dan perbedaan antara tingkat keuntungan obligasi yang berisiko tinggi dan berisiko rendah. Tiga asumsi yang mendasari Arbitrage Pricing Theory (APT) adalah pasar modal dalam kondisi persaingan sempurna, para investor selalu lebih menyukai kekayaan yang lebih daripada kurang dengan kepastian, dan pendapatan aset dapat dianggap mengikuti model faktor (Reilly, 2000)

23 Menurut Fabozzi (1999), bentuk umum persamaan APT adalah : ER i = Rf + βi 1 R 1 Rf + βi 2 R 2 Rf + βi 3 R 3 Rf + βi n R n Rf Keterangan: ER(i) (Rn-Rf) = tingkat pengembalian yang diharapkan untuk saham i = kelebihan pengembalian dari faktor risiko sistematis ke-n di atas suku bunga bebas risiko, dan dapat dianggap sebagai premi risiko bagi risiko sistematis ke-n β in = kepekaan sekuritas i terhadap faktor ke-n (koefisien regresi).

24 2.7. Kajian Penelitian Terdahulu Tabel 2.1. Kajian Penelitian Terdahulu No Judul Identitas Peneliti 1 Analisis Pengaruh Ismanto, Ukuran Hadi Perusahaan, Book (2009) to Market Value, dan Beta Terhadap Return Saham di BEI 2 Pengaruh Indiosyncratic risk Dan Likuiditas Saham Terhadap Return Saham 3 Pengaruh Risiko Sistematis dan Likuiditas Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Badan- Badan Uasaha yang Go-Public di Bursa Efek Jakarta pada Tahun 1999 4 Analisis pengaruh risiko sistematis dan likuiditas terhadap tingkat pengembalian saham dalam perusahaan nonkeuangan LQ45 periode 2007-2009. Muhardi, Werner R. (2013) Kumianny A.Saputra Elly dan Pwe Leng (2002) Sumani, Christine Suhari (2013) Alat Analisis Regresi Berganda mengguna kan uji t dan uji F Regresi linear berganda, Uji F dan Uji Hausmann Regresi Linear Berganda, Uji t dan Uji F Regresi Linear Berganda, Uji t dan Uji F Hasil Secara parsial beta dan ukuran perusahaan mempengaruhi return saham Secara simultan beta, ukuran perusahaan, dan book to market value tidak mempengaruhi return saham di BEI. Indiosyncratic risk perpengaruh negatif terhadap return saham, namun likuiditas saham berpengaruh positif terhadap return saham Secara bersama-sama faktor risiko sistematis dan likuiditas yang diukur dengan besarnya bid-ask spread mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham dari badan-badan usaha yang go public di Indonesia. Secara individu faktor risiko sistematis dan likuiditas yang diukur dengan besarnya bidask spread memilikii pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham dari badan-badan usaha yang go public di Indonesia. Risiko sistematis memberikan pengaruh secara positif terhadap tingkat pengembalian saham. Likuiditas suatu perusahaan yang diukur dengan bid-ask spread memberikan pengaruh yang negatif terhadap tingkat pengembalian saham