BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif (Muhamad Ali, 1992). Jenis penelitian ini memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian murni atau pure research yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, ekologis, maupun biologis. Fungsi fisiknya yaitu sistem perakaran

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni Juli 2012 dan bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB 2 BAHAN DAN METODA

3. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. METODA PENELITIAN. Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada posisi 102*52,28-103*18,9' BT dan

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

III. METODE PENELITIAN. zona intertidal pantai Wediombo, Gunungkidul Yogyakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Indeks Keanekaragaman ( H) dari Shannon-Wiener dan Indeks Nilai Penting

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Mei sampai Juli

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

BAB III METODE PENELITIAN. Pb, Cd, dan Hg di Pantai perairan Lekok Kabupaten Pasuruan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

memiliki karakteristik topografi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan selama enam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan metode observasi. odorata dilakukan pada 3 lokasi yang berbeda berdasarkan bentuk lahan,

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. 1 Sehingga dalam jenis

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung. Perameter yang diamati dalam penelitian adalah jenis-jenis

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya

BAB III METODE PENELITIAN

2014 STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN HUTAN MANGROVE SUNGAI CIKOLOMBERAN, LEUWEUNG SANCANG

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel di Pulau Pramuka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, NOMOR : 201 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU DAN PEDOMAN PENENTUAN KERUSAKAN MANGROVE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

III. METODE PENELITIAN. Gambar 3.1. Lokasi Penelitian (Google Map, 2014)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dasar dengan menggunakan metode penelitian deskriptif (Muhamad Ali, 1992). Jenis penelitian ini memberikan gambaran atau uraian atas keanekaragaman dan kelimpahan spesies-spesies udang yang berada di kawasan Hutan Mangrove Leuweung Sancang, Garut. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berada di kawasan Hutan Mangrove Leuweung Sancang Garut yang dibatasi oleh muara Sungai Cikolomberan dan muara Sungai Cipalawah. Lokasi penelitian dibagi atas 5 stasiun dan kelima stasiun tersebut berada diperairan Hutan Mangrove tersebut (Gambar 3.1). Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai pada akhir April (pra-penelitian) sampai dengan bulan Mei 2012. Muara Cikolomberan Keterangan: = Garis Transek Muara Cipalawah Gambar 3.1. Ilustrasi Peletakkan Garis Transek (Google Map) 19

C. Populasi dan Sampel Populasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah seluruh spesies udang yang berada di kawasan Hutan Mangrove Leuweung Sancang, Garut. Sampelnya adalah seluruh spesies udang yang tertangkap oleh lamit dan tercuplik di 5 stasiun pengamatan berupa garis transek yang sudah ditentukan di daerah hutan mangrove Leuweung Sancang. D. Desain Penelitian Sebelum dilakukan penelitian utama, dilakukan pra-penelitian terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi lingkungan tempat penelitian, penentuan stasiun, serta menanyakan informasi-informasi pendukung penelitian kepada warga setempat. Pengambilan sampel udang dilakukan pada suatu garis transek yang panjang garis transeknya ditarik secara tegak lurus terhadap garis pantai dimulai dari batas daerah perairan sekitar Hutan Mangrove Cipalawah hingga menyebrang ke batas daerah perairan di sekitar delta. Penentuan stasiun dilakukan secara purposive sampling berdasarkan substart yang berada di kawasan tempat penelitian. Pada awalnya penangkapan sampel udang menggunakan jala, tetapi dikarenakan sebagian besar udang banyak yang diam dibagian dasar perairan maka pengambilan sampel udang tersebut menggunakan alat penangkap udang yang nelayan Sancang sebut lamit. Lamit berbentuk mirip dengan saringan minyak yang biasa digunakan untuk memasak lengkap dengan pegangan kayu. Lamit memiliki diameter 24 cm dilengkapi net dengan ukuran mesh size 0,5 cm dan panjang kayu pemegangnya ± 60 cm (gambar terlampir di lampiran VIF). Pengambilan sample udang menggunakan metode one minutes 20

kick sampling secara zig zag di sekitar line yang sudah dibuat sebelumnya. Sampel udang yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri morfologinya yang sama, kemudian dihitung jumlah dari masing-masing jenis. Tiap jenis diambil beberapa ekor untuk diawetkan dan dimasukkan ke dalam botol sampel yang berisi gliserin dan alkohol 96% (1 : 1). Sampel yang diawetkan selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan buku acuan Observation on the taxonomy and biology of some Indo West Pasific Pnaeidae (Crustaceae-Decapoda) (1962) dan Key to Shrimps and Lobsters (1982). Pengukuran faktor fisik dan kimiawi dilakukan 3 kali pengulangan pada setiap stasiun. Faktor fisik dan kimiawi yang diukur adalah suhu air, penetrasi cahaya, ph air, salinitas air, dan kandungan bahan organik substrat dasar perairan (MOT). Data dari nama masing-masing spesies yang ditemukan kemudian dicatat dalam format yang sudah dibuat. Untuk lebih jelasnya tabel pengamatan dari data kelimpahan dan keragaman udang dapat dilihat pada lampiran I table 1a. E. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat untuk mengukur faktor fisik berupa suhu air, ph air, penetrasi cahaya, dan salinitas. Selain alat, adapun bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa bahan-bahan untuk mengukur kandungan bahan organik substrat. Data peralatan dan bahan yang digunakan selama penelitian tercantum pada Lampiran I (tabel 1b dan 1c). 21

F. Langkah Kerja 1. Pra Penelitian a. Mengamati rona lingkungan dan melakukan pemetaan kondisi Mangrove Leuweung Sancang. b. Menentukan tempat stasiun penelitian. Penentuan stasiun penelitian dilakukan secara purposive sampling berdasarkan jenis substrat. c. Mengukur faktor fisik dan kimiawi di daerah tempat penelitian yang sudah ditentukan. d. Mengambil sampel udang. e. Memperkirakan jam pasang surut di kawasan Hutan Mangrove Leuweung Sancang berdasarkan 4/5 dikalikan dengan tanggal kalender hijriah sehingga akan didapatkan waktu (jam) pasang surut. Pasang tertinggi pada tanggal 14 hijriah. 2. Penelitian a. Membuat garis transek dimasing-masing stasiun penelitian yang sudah ditentukan pada saat survey. Garis transek ditarik secara tegak lurus terhadap garis pantai dimulai dari batas daerah perairan sekitar Hutan Mangrove Cipalawah hingga menyebrang ke batas daerah perairan di sekitar delta. b. Mengambil sampel udang menggunakan lamit. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode one minutes kick sampling secara zig zag pada saat pasang menjelang surut. 22

c. Mengoleksi sampel udang yang tertangkap menggunakan lamit. Untuk species yang belum teridentifikasi, sampel udang akan diawetkan menggunakan gliserin dan alkohol 96% (1 : 1). d. Mengukur faktor fisik dan kimiawi di masing-masing stasiun. e. Mencatat dan menghitung jumlah individu per-species udang yang ditemukan di dalam garis transek serta mencatat lokasi penemuannya. f. Melakukan pengulangan sebanyak tiga kali pengambilan sampel dan juga pengukuran faktor fisik dan kimiawi di masing-masing stasiun. g. Mengidentifikasi species udang yang sudah dikoleksi sebelumnya dengan menggunakan buku acuan Observation on the taxonomy and biology of some Indo West Pasific Penaeidae (Crustaceae-Decapoda) (1962) dan Key to Shrimps and Lobsters (1982). G. Analisis Data 1. Kepadatan (K) Untuk menghitung kepadatan dari masing-masing spesies udang, digunakan rumus: (Brower et al, 1990) K = Kepadatan suatu jenis ni = Jumlah individu suatu jenis A = Luas lamit Kepadatan relatif (KR) Kepadatan relatif dihitung menggunakan rumus: (Brower et al, 1990) ni = Jumlah individu suatu jenis N = Total seluruh individu 23

2. Frekuensi Frekuensi adalah kemunculan suatu species pada sjumlah plot yang ada, dengan rumus (Simth & Smith, 2000) : Frekuensi Kehadiran (FK) Frekuensi Kehadiran (FK) dapat dihitung dengan rumus: (Kreb, 1985) dengan: FK: 0-25% = sangat jarang 25-50% = jarang 50-75% = banyak >75% = sangat banyak 3. Dominansi Dominansi dihitung dengan rumus Simpson (Krebs,1985 dalam Suwondo et al., 2006) C= Indeks dominansi ni= jumlah total individu/species N= jumlah total individu seluruhnya 4. Kelimpahan Untuk melihat kelimpahan data yang diperoleh, digunakan rumus kelimpahan (Heryanto et al.,1986 dalam Dharmawan et al., 2005): Pi = nilai kelimpahan 24

5. Keragaman Perhitungan indeks keragaman dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener (Odum, 1994) H = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener S= Jumlah jenis (species) ni= Jumlah total individu/species N= Jumlah individu seluruhnya Pi= = sebagai proporsi jenis ke i Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan keanekaragaman Shannon-Wiener yaitu: H < 1 keragaman rendah, komunitas biota tidak stabil H = 1-3 keragaman tergolong sedang, stabilitas komunitas sedang. H > 3 keragaman tergolong tinggi, stabilitas komunitas biota dalam kondisi prima (stabil) 6. Pola Distribusi Untuk melihat pola sebaran dari populasi yang ada, dapat digunakan rumus varians (pangkat dua dari simpangan baku) (Fowler & Cohen, 1990): s 2 = variansi xi= x ke-i x= x rata-rata n= total sampling Kriteria : s 2 /x < 1 s 2 /x = 1 s 2 /x > 1 Pola sebaran teratur/seragam (uniform) Pola sebaran acak (random) Pola sebaran berkelompok/agregat (clumped) H. Alur Penelitain 25

Pra-Penelitian Wawancara dengan Nelayan Setempat Pengamatan Rona Lingkungan Pemetaan dan Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian Membuat line transect di masing-masing stasiun yang sudah ditentukan Mengukur Faktor fisik dan kimiawi Sampling Keragaman Kelimpahan Frekuensi Kepadatan Dominansi Pola distribusi Identifikasi Analisis Data Kesimpulan Observation on the taxonomy and biology of some Indo West Pasific Penaeidae (Crustaceae-Decapoda) (1962) Key to Shrimps and Lobsters (1982) Pembuatan Skripsi Gambar 3.2. Alur Penelitian 26