BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

BAB GAMBARAN PELAYANAN BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

Lampiran Perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kota Bogor 2015

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

RENCANA STRATEGIS KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO TAHUN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Repository.Unimus.ac.id

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PETROKIMIA HULU

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

Teknik Lingkungan KULIAH 9. Sumber-sumber Air Limbah

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 68 AHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB III PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG TATA LAKSANA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR ORGANISASI DAN TUPOKSI

B U P A T I S R A G E N

Pencemaran Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH)

BAB I PENDAHULUAN. mereka mulai melakukan upaya pengelolaan lingkungan. Pengolahan limbah industri terutama limbah cair lebih baik dilakukan analisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat alikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 66 TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI RAYON

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KELAPA.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN 3.1 Kondisi Umum Kondisi kualitas udara jika dilihat dari parameter debu masih cukup baik. Berdasarkan pemantauan parameter debu di 13 titik menunjukkan bahwa kesemua lokasi belum melebihi baku mutu lingkungan (230 µg/nm 3 ) kecuali di lokasi warung jambu yang telah mencapai 286,6 µg/nm 3. Paramenter lainnya seperti timbal (Pb) sebesar 1,43 µg/nm 3 masih berada di bawah baku mutu 2 µg/nm 3 sedangkan parameter NO2 pada beberapa lokasi pengamatan sebesar 168,11 µg/nm 3 telah melebihi baku mutu 150 µg/nm 3. Dengan meningkatnya tingkat aktivitas di Kota Bogor berdampak pada tingkat kebisingan, berdasarkan pengamatan polusi suara berada pada tingkat mengkhawatirkan. Pengamatan dilakukan di 13 lokasi, hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa tingkat kebisingan ada di kisaran 71,7 dba, angka ini melebihi baku mutu lingkungan yang sebesar 60 dba. Parameter kualitas air sungai masih sesuai dengan bahan baku, kecuali untuk parameter bakteri coli tinja yang sudah diatas baku mutu sebesar 2.000 jumlah/ml. Pada bagian hulu sungai kandungan bakteri coli tinja sebanyak 56.000 jumlah/100 ml, bagian tengah sebanyak 180.000 jumlah/100 ml dan hilir sebanyak 410.000 jumlah/100 ml. Hal ini terjadi akibat banyaknya rumah tangga tidak bersanitasi sehingga buangan limbah domestik langsung dialirkan ke sungai. 3.2 Evaluasi dan Analisis Berdasarkan gambaran kondisi saat ini, permasalahan dan kondisi yang diharapkan ke depan, diperlukan strategi pencapaian visi dan misi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor. Strategi tersebut dilakukan dengan analisis lingkungan internal dan eksternal (SWOT Analisis). Lingkungan internal meliputi Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses). Lingkungan eksternal meliputi Peluang (Oppurtunities) dan Ancaman (Threats). Masing-masing kondisi lingkungan internal dan eksternal sebagai berikut : Kota BogorTahun 2010-2014 III - 12

1. Lingkungan Internal KEKUATAN (S): 1). Adanya struktur organisasi dan Tugas pokok dan fungsi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2). Adanya komitmen yang tinggi dari unsur pimpinan Badan Pengelolaan lingkungan Hidup. 3). Adanya Peraturan Daerah tentang pengelolaan lingkungan hidup di Kota Bogor. 4). Adanya komunikasi yang baik antar unit kerja terkait dalam pengelolaan lingkungan hidup KELEMAHAN (W): 1). Kapasitas sumberdaya manusia masih kurang memadai kualitasnya dibandingkan dengan permasalahan yang harus ditangani. 2). Masih lemahnya aspek pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang aplikatif serta terbatasnya peraturan perundang-undangan. 3). Belum optimalnya databese yang valid dan komplit serta pemanfaatannya tentang status lingkungan. 4). Kewenangan institusi pengelola dan pengendali belum memiliki otoritas dalam menentukan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan dan belum adanya kesepakatan tentang kontrol bagi kegiatan dan atau usaha. 5). Kurangnya koordinasi dan konsensus dalam manajemen lingkungan hidup akibat dari para pihak kepentingan, pola kemitraan yang berdasarkan kesetaraan belum optimal. 6). Desentralisasi institusi dimana institusi pengelolaan selama ini masih berfungsi sebagai penyedia informasi bukan sebagai pengambil keputusan aspek lingkungan termasuk didalam penegakan hukum 7). Masih rendahnya etos dan disiplin kerja. Kota BogorTahun 2010-2014 III - 13

2. Lingkungan Eksternal PELUANG (O): 1) Masalah pengelolaan lingkungan sudah menjadi kewenangan daerah otonom. 2) Adanya undang-undang nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai penganti UU No 23 Tahun 1997. 3) Respon positif masyarakat Kota Bogor memalui DPRD mengenai peningkatan espon positif dari masyarakat kota Bogor melalui DPRD mengenai peningkatan kualitas lingkungan Kota, dengan disetujuinya peningkatan kebersihan kota menjadi salah satu program prioritas kota Bogor. 4) Kebutuhan masyarakat akan terciptannya lingkungan kota yang bersih. ANCAMAN (T): 1). Keterbatasan petugas teknis yang mempunyai kemampuan dan pengalaman dibidang lingkungan. 2). Keterbatasan dana pengelolaan lingkungan hidup. 3). Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung kegiatan lingkungan. 4). Isu lingkungan belum menjadi isu pokok. 5). Beragamnya cara pandang masyarakat mengenai pengelolaan lingkungan, terkadang kelestrarian lingkungan terkalahkan dengan kegiatan sector ekonomi. 6). Mobilitas dan aktivitas masyarakat yang tidak terkendali akan memberikan dampak bagi lingkungan seperti timbulan sampah, pencemaran sungai dan pencemaran udara. Kota BogorTahun 2010-2014 III - 14

Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal tersebut di atas diperoleh strategi umum (indikasi program) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagai berikut : 1. Strategi S + O 1). Komitmen dari Pimpinan sebagai paktor kunci dalam keberhasilan pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup secara menyeluruh. 2). Adanya daya dukung politis yang sangat menunjang dibidang lingkungan berupa Program Peningkatan Kebersihan yang merupakan salah satu dari 4 Program prioritas dalam rencana strategis kota Bogor. 3). Memanfaatkan keberadaan Perguruan Tinggi dan Pusat Studi serta LSM lingkungan yang menunjang bagi pengembangan bidang lingkungan hidup, khususnya aspek IPTEK dan control social dalam mendukung otonomi daerah. 4). Meningkatkan komunikasi yang baik antar unit kerja terkait dalam pengelolaan lingkungan untuk pelaksanaan Undang-undang no 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan. 2. Strategi S + T 1). Memanfaatkan komitmen yang tinggi dari pimpinan Kantor Lingkungan Hidup guna mengatasi keterbatasan dana pengelolaan lingkungan hidup. 2). Meningkatkan komunikasi yang baik antar unit kerja terkait dalam pengelolaan lingkungan guna mengatasi isu-isu lingkungan. 3). Meningkatkan daya dukung politis dan birokrat dalam menunjang program prioritas dibidang lingkungan yaitu peningkatan kebersihan Kota. 4). Memanfaatkan Keberadaan perguruan tinggi dan pusat studi serta LSM lingkungan yang menunjang bagi pengembangan bidang lingkungan hidup, Kota BogorTahun 2010-2014 III - 15

khususnya aspek IPTEK dan control social dalam mengatasi kekurangan khususnya dibidang sumberdaya manusia dan penelitian lingkungan. 3. Strategi W + O 1). Meningkatkan peranan kelembagaan dan kualitas sumber daya Manusia dengan memanfaatkan respon positif dari pemerintah daerah. 2). Meningkatkan kewenangan institusi pengelola dan pengendali lingkungan dalam menentukan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan sebagai implikasi pelaksanaan undang-undang 32 tahun 2009. 3). Meningkatkan koordinasi dan konsesus dalam manajemen lingkungan hidup untuk mendukung otonomi daerah. 4). Meningkatkan Desentralisasi institusi sebagai penyedia informasi dan pengambil keputusan untuk mendukung kebutuhan masyarakat akan terciptannya peningkatan kualitas lingkungan dan kota yang bersih. 4. Strategi W + T 1). Mengoptimalkan potensi Sumber daya manusia di bidang pengelolaan lingkungan kota. 2). Meningkatkan Kewenangan institusi pengelola dan pengendali lingkungan dalam mengatasi isu-isu lingkungan di daerah. 3). Meningkatkan Koordinasi dan konsesus dalam manajemen lingkungan hidup sebagai antisipasi cepatnya mutasi pejabat pada instansi dilingkungan. 4). Meningkatkan peranan perencanaan pengelolaan lingkungan kota sebagai antisipasi perubahan lingkungan dari dampak aktivitas kota. Kota BogorTahun 2010-2014 III - 16

3.3 Prediksi Pelaksanaan Tupoksi 5 Tahun Kedepan Berdasarkan analisis strategis internal dan eksternal maka beberapa hal yang perlu ditangani selama 5 tahun ke depan adalah masalah-masalah lingkungan yang merupakan dampak aktivitas kota antara lain pencemaran udara, pencemaran sungai dan pemanfaatan air bawah tanah. 3.3.1. Masalah Pencemaran Air. a. Pencemaran Air Tanah Air tanah atau air bawah permukaan, berdasarkan letak, sifat dan kondisinya fisiknya dapat dikelompokan ke dalam air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal terdapat pada akuifer dan pada bagian atasnya tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Air tanah dalam dijumpai pada sumur-sumur bor. Kedalaman permukaan air tanah sangat ditentukan oleh topografi setempat, yaitu pada tempat bertopografi rendah, dan pada tempat dengan topografi tinggi. b. Pencemaran Air Permukaan Air permukaan adalah badan air yang terbuka yang dapat berupa sungai atau situ. Sumber pencemaran terhadap air permukaan di Kota Bogor terutama adalah pabrik, rumah sakit, pusat perbelanjaan, restoran, dan rumah tangga yang membuang limbahnya langsung ke badan air. Limbah tersebut dapat menurunkan kualitas fisik, kimia dan biologis air sungai atau situ. Hasil pemantauan parameter pencemaran di bagian hilir, tengah dan hulu sungai Cisadane, Cipakancilan, Ciparigi, Ciluar, Cibalok, Cidepit, dan Cibanten menunjukan bahwa kandungan BOD, COD, kekeruhan dan coli tinja pada seluruh titik pemantauan relative tinggi. Demikian hasil pengukuran pada inlet dan outlet Situ Gede dan Situ Panjang. Kandungan coli tinja yang tinggi menyebabkan badan air tersebut tidak layak untuk keperluan rumah tangga, terutama mandi dan mencuci bahan makanan. 3.3.2. Masalah Pencemaran Udara dan Kebisingan. Pencemaran udara dapat berupa meningkatnya kandungan debu, polutan atau timbulnya bau yang tidak sedap di udara. Debu timbul dari aktivitas transportasi dan kegiatan pembangunan fisik yang menimbulkan penimbunan, Kota BogorTahun 2010-2014 III - 17

pembongkaran bangunan. Pencemaran udara akibat debu sifatnya fluktuatif, dan intensitasnya tinggi terutama pada musim kemarau. Sedangkan pada musim penghujan relative rendah karena partikel debu akan larut oleh air hujan. Polutan udara umumnya bersumber dari sisa pembakaran sumber energi dalam aktifitas permukiman, transportasi dan industri. Polutan yang banyak menjadi masalah dari aktivitas terutama adalah CO, Timbal (Pb), Hidrokarbon, SO2, H2S dan NH3. Sumber utama pencemaran udara dan kebisingan di Kota Bogor adalah aktivitas transportasi. Tingginya arus tranportasi terutama angkutan umum telah menimbulkan pencemaran udara akibat emisi gas buang yang dihasilkan. Berdasarkan uji pemantauan di beberapa lokasi sample menunjukan bahwa peningkatan kandungan NO2 pada beberapa lokasi telah melampaui baku mutu lingkungan. Demikian juga untuk senyawa lain seperti CO dan Hidrocarbon. Berdasar hasil pemantauan selama tiga tahun terakhir tingkat kebisingan yang terjadi di Kota Bogor disebabkan oleh aktivitas transportasi dan industri. 3.3.3. Pencegahan Dampak Lingkungan. Upaya untuk meminimalkan dampak yang terjadi serta menghindari penurunan kualitas lingkungan maka upaya preventif harus dilakukan mengingat perbaikan lingkungan memerlukan waktu yang panjang dan biaya yang besar. Upaya pencegahan dimulai dari awal aktivitas antara lain: Rencana Pembangunan di Kota Bogor diharuskan dilengkapi dengan dokumen lingkungan berupa: AMDAL, UPL-UKL, SPPL yang dapat membantu Pemda dalam proses pengambilan keputusan serta menjadi bahan acuan pengawasan. Pemantauan dan pengawasan dari pelaksanaan AMDAL, UKL-UPL, SPPL, dilakukan setiap tahun untuk kegiatan atau usaha dan dituangkan dalam monitoring dan evaluasi. Kota BogorTahun 2010-2014 III - 18

Kota BogorTahun 2010-2014 III - 19