BAB VI PENDIRIAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIRIAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL OAI 2013 ILMU ADMINISTRASI NEGARA UTAMI DEWI

BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 6 PERJANJIAN INTERNASIONAL

ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

Chapter One. Pendahuluan. Article 2 (1)(a) Vienna Convention on Treaty

BAB I PENDAHULUAN. internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara di dunia ini. Perjanjianperjanjian

VIENNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES 1969

3. Menurut Psl 38 ayat I Statuta Mahkamah Internasional: Perjanjian internasional adalah sumber utama dari sumber hukum internasional lainnya.

BAB II TINJAUAN UMUM. 1.1 Tinjauan Umum Mengenai Subjek Hukum Internasional Pengertian Subjek Hukum Internasional

BAB VII. KEPRIBADIAN HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL (International Personality of International Organization)

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 10 HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL 1

- Dibentuk oleh suatu Perjanjian Internasional - Memiliki organ yang terpisah dari negara-negara anggotanya - Diatur oleh hukum internasional publik

Sarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional. Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional

1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL. yang berkembang dalam pembentukan perjanjian internasional oleh negara-negara di dunia telah

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

Pasal 38 Statuta MI, sumber-sumber HI:

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang. serta karakter dari masalah yang diteliti.

SUMBER HUKUM INTERNASIONAL

BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 8 HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA

PENYUSUNAN NASKAH PERJANJIAN INTERNASIONAL

PENERAPAN TEORI DAN PENGATURAN MENGENAI MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG DALAM APLIKASINYA PADA RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DI INDONESIA

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Perjanjian Internasional yang dilakukan Indonesia

SUMBER HUKUM INTERNASIONAL ARIE AFRIANSYAH

Dukungan Masyarakat Sipil Menuju Kota HAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota

HAK ISTIMEWA BAGI INVESTOR ASING DALAM BERINVESTASI DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

Indonesian translation of the 2005 Choice of Court Convention

BAB II PENGATURAN PERBURUAN PAUS DI DALAM HUKUM INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Permasalahan C. Tujuan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN INTERNASIONAL DALAM HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL

BAB III PERSPEKTIF HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL TERHADAP MLA DI INDONESIA. dampak, yaitu yang memaksa unsur-unsur pendukung dalam hubungan

QUO VADIS PEMBATALAN UNDANG-UNDANG RATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL LAW MAKING TREATY OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI. Gautama Budi Arundhati.

PERJANJIAN INTERNASIONAL OLEH DAERAH SEBAGAI KEWENANGAN OTONOMI DAERAH

Mendiskripsikan fungsi NKRI. Menjelaskan tujuan NKRI

BAB I PENDAHULUAN. serta pembentukan watak menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan dasar yang harus

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III ATURAN PELAKSANA UNDANG-UNDANG

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008

HUKUM PAJAK ( TAX LAW ) MK-14 JULIUS HARDJONO

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MASALAH-MASALAH KEANGGOTAAN DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN. Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1. Abstrak

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

BAB IV PENUTUP. sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA QATAR MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (PUTUSAN ICJ NOMOR 143 TAHUN

II. TINJAUAN PUSTAKA. diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

HUKUM ACARA PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

Novianti Peneliti Bidang Hukum Pusat Pengkajian, Pengolahan Data, dan Informasi Setjen DPR RI,

Keywords: Perjanjian Internasional, Pembuatan, Ratifikasi.

BAB I PENDAHULUAN. definisi tersebut tidak dapat bertahan sebagai suatu deskripsi komprehensif

Oleh : Putu Ayu Satya Mahayani I Ketut Sujana Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Konvensi ini mengandung 16 pasal. Dari pasal-pasal ini dapat ditarik 5 prinsip berikut dibawah ini:

HUKUM INTERNASIONAL. Oleh : Nynda Fatmawati, S.H.,M.H.

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI

URGENSI PENGGANTIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

Oleh. Luh Putu Yeyen Karista Putri Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

Selasa, 17 November 2009 HUBUNGAN NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI

PROGRAM TAHUNAN STANDAR KOMPETANSI / 2.2 Mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi yang pertama 2 4

TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL JOINT VENTURE AGREEMENT

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

PAJAK INTERNASIONAL. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

LPF 1 MEMAHAMI KONSEP PERENCANAAN BERBASIS HAK (90 MENIT)

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU TENTANG

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

K185 PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS PELAUT, 2003

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 83 TAHUN 1998

Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut:

Lex Administratum, Vol.I/No.3/Jul-Sept/2013

KERJASAMA INTERNATIONAL PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA TRANSNASIONAL : DASAR HUKUM, BENTUK & RUANG LINGKUPNYA. Oleh : Abdul Fickar Hadjar

PELANGGARAN KEDAULATAN NEGARA TERKAIT TINDAKAN SPIONASE DALAM HUBUNGAN DIPLOMASI INTERNASIONAL

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REKAPITULASI PROGRAM SEMESTER September' No Uraian Kegiatan Jml. Minggu

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

JUDUL: NEGARA MIKRO (MICRO NATION)

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan

Transkripsi:

BAB VI PENDIRIAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL I. PENDIRIAN Prasyarat berdirinya organisasi internasional adalah adanya keinginan yang sama yang jelas-jelas menguntungkan dan tidak melanggar kekuasaan dan kedaulatan negara anggota. Menurut Thomas L.Karnes (1961), syarat-syarat mendirikan organisasi internasional antara lain: 1. Harus ada perwakilan resmi pemerintah. Karena negara yang menerapkan sistem pemilihan umum secara demokratis tidak mungkin mentransfer kekuasaannya secara terpisah dari garis diktatorianisme/kepemerintahan. Apalagi tidak banyak pemerintahan yang akan menerima terjadinya komunikasi secara langsung antara organisasi internasional dengan warga negaranya. 2. Konsentrasi negara harus pada upaya mengembangkan struktur pemerintahan. Karena jika tidak maka organisasi supranasional tidakmungkin dapat berfungsi bagi negara. 3. Nasionalisme tidak boleh menjadi ciri utama dari setiap negara partisipan. 4. Negara-negara anggota harus memiliki kepentingan bersama. Hal ini juga menjadi faktor yang menentukan besarnya respek negara dilihat dari keuntungan yang akan didapatkanya dalam organisasi.

Persyaratan pendirian organisasi internasional menurut KONVENSI WINA (atikel 2) 1969: an international agreement concluded between states in written form and governed by international law, whether embodied in a single instrument or in two or more related instruments, and whatever its particular designation Berdasarkan hal diatas, maka unsur-unsur pendirian organisasi internasional antara lain: 1. Dibuat oleh negara sebagai para pihak (contracting state) 2. Berdasarkan perjanjian tertulis dalam satu,dua atau lebih instrumen 3. Untuk tujuan tertentu 4. Dilengkapi dengan organ 5. Berdasarkan hukum internasional. II. KEANGGOTAAN Untuk mengetahui status partisipan (participants) suatu negara dalam organisasi internasional, H.G. Schermers (1974) terlebih dahulu mengupas tiga hal pokok sebagai berikut: 1. Subjek Keanggotaan Posisi peserta atau subjek keanggotaan dalam organisasi internasional: 1) Negara; 2) Bagian dari negara (bagian wilayah atau bagian/perwakilan administratif pemerintah); 3) Kelompok negara; 4) Organisasi internasional.

Dilihat dari hak-hak yang diperoleh peserta, maka status anggota dapat dibedakan menjadi: 1) Full members (anggota penuh); Berpartisipasi penuh dalam setiap kegiatan organisasi dan benyak memiliki hak penuh. 2) Associate/affiliate members (anggota affiliasi); berpartisipasi dalam kegiatan organisasi tetapi tidak memiliki hak memilih. 3) Partial members; berpartisipasi hanya dalam kegiatan tertentu saja. 2. Mulai efektif menjadi anggota Mengapa suatu negara menjadi anggota suatu organisasi? 1) Berpartispasi dalam pembentukannya 2) Mendaftarkan diri sebagai anggota 3. Berakhirnya keanggotaan Pengakhiran keanggotaan suatu organisasi internasional yaitu sebagai berikut: 1) Penarikan oleh anggota dapat berupa ketentuan konstitusi, atau tanpa ketentuan konstitusi. 2) Pengeluaran dengan paksa (expulsion from the organization); yang dapat diartikan pembekuan atau penundaan, hal ini juga kaitannya erat dengan pengenaan saksiserta ketentuan defensif organisasi dari anggota yang tidak tunduk atau membahayakan organisasi. III. PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL

Organisasi internasional membubaekan diri karena dua hal yaitu penutupan dan penggantian. Dengan kata lain, berakhirnya suatu organisasi internasional dapat terjadi karena dua hal, yaitu: Karena tugasnya sudah selesai atau terpenuhi Karena organisasi lain telah mengambil alih fungsi a. Metode Pembubaran Pembubaran sebuah organisasi internasional dapat dirumuskan dalam ketentuan atau anggaran dasar pendiriannya. Pada umumnya dapat dilihat dari kondisi berikut ini: 1) Ketentuan konstitusi 2) Ketentuan dalam traktat lain 3) Ketentuan rapat atau kongres umum (Act of General Congress) 4) Perjanjian dengan organisasi internasional lainnya 5) Ketidakaktifan (Disuse) 6) Amandemen konstitusi 7) Perubahan Keadaan (Changed Circumstances) 8) Conclusion b. Konsekuensi Pembubaran Sebagai entitas yang memiliki personalitas internasional, permasalahan yang timbul dari pembubaran suatu organisasi internasional adalah menyangkut konsekuensi terhadap fungsi dan peraturan yang dibuat oleh organisasi internasional. Fungsi Organisasi Fungsi dari organisasi internasional dapat ditransfer atau diambil alih oleh satu atau beberapa organisasi internasional lainnya. Biasanya sebelum terjadi

pengambilalihan, fungsi organisasi sudah berkurang dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Peraturan Organisasi Peraturan organisasi internasional tertentu dinyatakan tidak berlaku apabila organisasi yang bersangkutan bubar. Hal-hal lainya masih dimungkinkan diambil alih oleh organisasi pengganti. Biasanya norma yang telah dikeluarkan oleh organisasi yang telah bubar tidak mengikat anggota yang baru sepanjang anggota negara tersebut tidak terlibat atau berpartisipasi dalam organisasi yang telah dibubarkan. Bentuk-bentuk norma hukum yang dihasilkan, yaitu sebagai berikut: 1) Rekomendasi dan deklarasi 2) Konvensi 3) Peraturan internal 4) Regulasi yang bersifat umum 5) Keputusan yang mengikat 6) Perjanjian 7) kontrak