Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi

Hubungan antara Kadar Troponin T dengan Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri pada Pasien Sindrom Koroner Akut di RS Al Islam Bandung Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya nefrologi dan endokrinologi.

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

dari inti yang banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intima yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menimpa populasi usia di bawah 60 tahun, usia produktif. Kondisi ini berdampak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infark miokard akut (IMA) merupakan penyebab utama kematian di dunia.

HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT SEGMEN ST ELEVASI ONSET < 12 JAM SAAT MASUK DENGAN MORTALITAS DI RSUP H.

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung adalah penyebab nomor satu kematian di dunia. Hasil penelitian

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

Gambaran Kadar Troponin T dan Creatinin Kinase Myocardial Band pada Infark Miokard Akut

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3. Jenis kelamin 4. Obesitas. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi : Data Penyakit Kardiovaskuler

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I. PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) didefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab. kematian terbesar diseluruh dunia terutama yang

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Korelasi Antara Jumlah Leukosit dan Kadar Troponin T serta CKMB pada Penderita Infark Miokard Akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 The Correlation Between the Number of Leukocytes and Levels of Troponin T and CKMB in Patien with Acute Myocardial Infarction in RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung 2015 1 Ilman Mabruri, 2 M.Rizki Akbar, 3 Eka Hendryanny 1 Prodi Pendidikan dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung 2 Bagian Kardiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung 3 Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116 email: 1 ilmanmabruri5@gmail.com, 2 m_rizki_a@ymail.com, 3 eka_hendryanny@yahoo.com Abstract. Acute Myocardial Infarction (AMI), or heart attack is often called an acute event, mainly caused by a blockage that prevents blood flow to the heart muscle because there is a buildup of fat in the walls of blood vessels that supply the heart. This can happen for a variety of risk factors, such as tobacco use (smoking), the consumption of foods high in cholesterol, obesity, alcohol use, diabetes mellitus and hyperlipidemia. The purpose of this study was to determine the Correlation Between Number of leukocytes with troponin T and CK-MB in Patients with Acute Myocardial Infarction in RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung in 2015. The samples were all patients hospitalized suffering from acute myocardial infarction in 2015, corresponding inclusion and exclusion criteria. A total of 42 people who have met the inclusion criteria. The statistical test used is non parametric test of Spearman Correlation Test. The results of this study show that There was a significant relationship between the number of leukocytes and levels of troponin-t in patients with acute myocardial infarction in dr. Hasan Sadikin Bandung in 2015 with a value of p = 0.019 (p 0,05 value) with the strength of the correlation of 0.36 which shows the strength of the correlation was, and there is also a significant relationship between the number of leukocytes and levels of CK-MB in patients with acute myocardial infarction in the Hospital dr. Hasan Sadikin Bandung in 2015 with a value of p = 0.022 (p 0,05 value) with the strength of the correlation of 0.35 which shows the strength of the correlation was. Based on the result of this study conclude that there is a significant correlation between the number of leukocytes and levels of troponin T and CKMB in patient with acute myocardial infarction. Keywords: Acute Myocardial Infarction, CK-MB, Leukocytes, dnd Troponin T Abstrak. Infark Miokard Akut (IMA) atau yang sering disebut serangan jantung merupakan peristiwa akut, terutama disebabkan oleh penyumbatan yang menghambat darah mengalir ke otot jantung karena ada penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah yang mensuplai jantung. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor risiko, seperti penggunaan tembakau (rokok), konsumsi makanan tinggi kolesterol, obesitas, penggunaan alkohol, diabetes melitus dan hiperlipidemia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara jumlah leukosit dengan kadar troponin T dan CK-MB pada penderita infark miokard akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015. Sampel penelitian adalah seluruh pasien rawat inap yang menderita infark miokard akut tahun 2015, yang sesuai berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Sebanyak 42 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi. Analisis statistik menggunakan uji non parametrik yaitu Spearman Correlation Test. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna antara jumlah leukosit dan kadar troponin-t pada penderita infark miokard akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2015 dengan nilai p=0,019 (nilai p 0,05) dengan kekuatan korelasi 0,36 yang menunjukkan kekuatan korelasi sedang, dan juga terdapat hubungan bermakna antara jumlah leukosit dan kadar CK-MB pada penderita infark miokard akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 dengan nilai p=0,022 (nilai p 0,05) dengan kekuatan korelasi 0,35 yang menunjukkan kekuatan korelasi sedang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah leukosit dan kadar troponin T serta CKMB pada penderita infark miokard akut. Kata Kunci: CK-MB, Infark Miokard Akut, Leukosit, dan Troponin T 250

Korelasi Antara Jumlah Leukosit dan Kadar Troponin T serta 251 A. Pendahuluan Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit kardiovaskuler. Sekitar 7,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh penyakit jantung koroner (Bavry Anthony A dan Bhatt Deepak L, 2009). Menurut WHO (2008), pada tahun 2004 penyakit infark miokard akut merupakan penyebab kematian utama di dunia. Sebanyak 7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit infark miokard akut di seluruh dunia (Dwiputiyanti,S, 2013). Infark miokard akut adalah salah satu diagnosis yang paling umum pada pasien rawat inap di negara-negara industri (Longo dkk, 2014). Di Indonesia pada tahun 2002 IMA merupakan penyebab kematian pertama dengan angka mortalitas 220.000 (14%). Menurut Depkes 2009, case fatality rate (CFR) penyakit jantung tertinggi pada IMA (13,49%), diikuti oleh gagal jantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya (13,37%) (Dwiputiyanti. S, 2013). Menurut Riskesdas tahun 2013 prevalensi IMA sekitar 29,4%. Kejadian penyakit jantung di Jawa Barat lebih sering terjadi karena faktor risiko hipertensi. Dari bagian rekam medik Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2009 dilaporkan bahwa jumlah kasus penyakit jantung koroner yang dirawat inap sebanyak 296 kasus dan di tahun 2010 dengan jumlah 477 kasus (Sirouzs, 2014). Berbagai faktor berkaitan dengan proses terjadinya IMA. Leukosit yang berperan dalam patogenesis diduga berkaitan dengan mortalitas pasien IMA. Sejumlah penelitian menunjukan adanya korelasi antara jumlah leukosit dalam sirkulasi dengan peningkatan risiko kardiovskuler, dan jumlah rasio neutrofil limfosit lebih tinggi pada pasien sindrom koroner akut. Sindrom koroner akut juga berhubungan dengan peningkatan jumlah leukosit. Nekrosis pada jaringan miokard akan menyebabkan proses inflamasi yang akan menyebabkan pengeluaran leukosit. Leukosit akan menginfiltrasi plak koroner dan miokardium yang mengalami infark, serta memediasi kerusakan jaringan melalui pelepasan enzim yang menyebabkan degradasi matriks. Pada penderita SKA terjadi peningkatan jumlah leukosit saat terjadi iskemik dan infark miokard (Kurniawan. L, 2011) Peningkatan penanda spesifik jantung yang ditemukan pada infark miokard akut antara lain isoenzim CK-MB dan troponin T maupun I. Isoenzim CK-MB terdapat dengan konsentrasi yang cukup tinggi pada sel otot jantung (Sudirohusodo dan Wahidin, 2014) Peningkatan kadar CK-MB pada infark miokard akut menunjukan luas dan parahnya penyakit. 10 Enzim CK-MB adalah isoenzim CK yang terdapat pada berbagai jaringan terutama miokardium. Kenaikan CK-MB dapat mencerminkan kerusakan miokardium. Enzim CK-MB diperiksa dengan nilai normal <24 U/L. Tes CK-MB selain digunakan untuk tes diagnostik, juga dapat dipakai untuk memprediksi mortalitas pada penyakit kardiovaskular, dan memberi gambaran bahwa peningkatan kadar CK-MB menunjukan luas dan beratnya infark pada otot jantung. 8 Penanda kerusakan otot jantung yang lainnya yaitu troponin T. Troponin T adalah suatu protein jantung yang terdapat pada otot lurik yang berfungsi sebagai regulator kontraksi otot jantung. Kadar troponin T darah meningkat dalam 3 jam setelah kerusakan miokardium dan menetap selama 10-14 hari. Kadar troponin T dinyatakan secara kuantitatif dalam satuan ng/ml (Rendi. P. D, dkk, 2012) Kelebihan lain troponin adalah dapat menunjukan adanya kerusakan yang kecil pada miokard, yang tidak ditemukan oleh penanda jantung lain. Troponin T ini Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2015-2016

252 Ilman Mabruri, et al. mempunyai sensitifitas 97% dan spesifisitas 99% dalam mendeteksi kerusakan sel miokard, sehingga pada keadaan ini dikatakan sensitifitas dan spesifisitas troponin T lebih superior dibandingkan pemeriksaan enzim-enzim jantung lainnya (Hasan. H, dkk, 2005) Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakan terdapat hubungan antara jumlah leukosit dan kadar troponin T pada penderita infark miokard akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung? 2. Apakah terdapat hubungan antara jumlah leukosit dan kadar CK-MB pada penderita infark miokard akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung? Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Meneliti hubungan jumlah leukosit dan kadar troponin T pada penderita IMA di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. 2. Meneliti hubungan jumlah leukosit dan kadar CK-MB pada penderita IMA di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. B. Landasan Teori Infark miokard akut adalah penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Aterosklerosis coroner adalah penyakit kronis dengan periode stabil dan tidak stabil. Selama periode stabil ditandai adanya peradangan pada dinding pembuluh darah. Infark miokard mungkin menjadi manifestasi pertama dari penyakit arteri koroner. Infark miokard terjadi ketika aliran darah terganggu dalam periode yang panjang, sehingga terjadi nekrosis miosit. Secara klinis, infark miokard dikategorikan sebagai non-stemi atau STEMI (McCance KL, dkk, 2010). Dalam studi prevalensi penyakit, sesuai kriteria WHO infark miokard ditegakan berasarkan gejala, EKG abnormal, dan enzim. Namun, perkembangan saat ini terdapat serum yang lebih sensitif dan serologi spesifik dan tepat memungkinkan mendeteksi jumlah nekrosis miokard yang lebih kecil (Thygesen. K, dkk, 2007). Infark miokard akut atau yang sering disebut serangan jantung merupakan peristiwa akut, terutama disebabkan suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Ini terjadi karena terjadi penumpukan lemak di dinding pembuluh darah yang mensuplai ke jantung. Tabel 1. Faktor Risiko SKA Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi - Usia - Jenis Kelamin - Ras - Riwayat Keluarga Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi - Merokok - Hipertensi - Dislipidemi - Diabetes Melitus - Obesitas atau Sindrom metabolik - Stress - Diet Lemak Tinggi Kalori - Inaktifitas Fisik Penelitian Libman E. tahun 1925 menemukan bahwa terdapat leukositosis pada penderita infark miokard akut dan juga ditemukan bahwa leukositosis itu menurun secara bertahap. Hitung leukosit polimorfonuklear didapatkan bervariasi antara 9.200 sampai 25,500. Rentang hitung leukosit antara 15.000/mm 3 dan 20.000/mm 3. Volume 2, No.2, Tahun 2016

Korelasi Antara Jumlah Leukosit dan Kadar Troponin T serta 253 Manifestasi Klinis 1. Nyeri Dada Sifat nyeri: rasa sakit, seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir Penjalaran: biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi, punggung/interskapula, perut dan dapat juga ke lengan kanan. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat, atau obat nitrat Faktor pencetus: latihan fisik, stres emosi, udara dingin dan sesudah makan Gejala yang menyertai: mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin, cemas dan lemas. 2. Sesak Nafas 3. Gejala gastrointestinal Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infark inferior juga bisa menyebabkan cegukan (Wahab. S, dkk, 2006). Tabel 2. Diagnosis SKA Infark Miokard Ciri Tanpa elevasi segmen ST Dengan elevasi segmen ST Gejala awal Nyeri dada dengan durasi memanjang, lebih berat dan menjalar lebih luas Serum biomarker Meningkat Meningkat Hasil temuan EKG Depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T Elevasi segmen ST Leukosit penyumbang utama pada proses kerusakan mikrovaskular dan proses aterogenesis dan leukositosis kronik menunjukkan risiko iskemik. Bila tekanan perfusi menurun, leukosit akan menginduksi besarnya gangguan aliran mikrovaskuler, memperpanjang sumbatan kapiler dan prekapiler arteriole melebar dan vena pasca kapiler lumennya berkurang oleh perlekatan leukosit pada sel endotel. Kemudian terjadi injuri iskemik akan menyebabkan leukositosis, sehingga diduga terjadi suatu lingkaran setan. Iskemik akan berlanjut kepada infark dengan berbagai bentuk komplikasinya. Infark miokard akut merupakan suatu penyakit yang diagnosisnya ditegakkan berdasarkan gejala klinis nyeri dada yang khas, peningkatan penanda jantung dan perubahan pola EKG. Peningkatan penanda spesifik jantung yang ditemukan pada IMA yang paling sering digunakan antara lain CK-MB dan troponin T (Sudirohusodo dan Wahidin, 2014). Peningkatan CK-MB juga dapat ditemukan pada saat terjadi kerusakan otot skelet, sehingga memerlukan pemeriksaan enzim yang lebih spesifik yaitu troponin T yang mempunyai sensitifitas 97% dalam mendeteksi kerusakan sel miokard (Rendi. P.D, dkk, 2012). Nekrosis pada jaringan miokard akan menyebabkan terjadi proses inflamasi Pada proses inflamasi nantinya akan menyebabkan pengeluaran dari leukosit yang akan menginfiltrasi plak koroner dan miokardium yang mengalami infark, serta memediasi kerusakan jaringan melalui pelepasan enzim pendegradasi matriks. Pada penderita SKA terjadi peningkatan jumlah leukosit saat terjadi iskemik dan infark miokard (Bash. E, 2015). Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2015-2016

254 Ilman Mabruri, et al. Infark miokard berawal dari proses aterosklerosis yang merupakan faktor etiologi utama yang mendasari terjadinya penyakit jantung koroner. Terbentuknya plak dari aterosklerosis menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah arteri, plak yang pecah dan berdarah akan menyebabkan terjadinya thrombosis dan obstruksi arteri koroner. Obstruksi pembuluh darah lebih dari 75% akan meningkatkan kematian (30 40%). C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berikut adalah hasil penelitian mengenai Korelasi antara jumlah leukosit dan kadar troponin T serta CK-MB pada penderita infark miokard akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2015. Tabel 3. Karakteristik Subjek Penelitian pada Penderita Infark Miokard Akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin. Variabel n % Usia (tahun) 29 40 2 4,8 41 50 51 60 61 70 71 80 81 90 Minimum 29 Maximum 83 Jenis Kelamin 7 17 10 5 1 16,7 40,5 23,8 11,9 2,3 Laki-laki 28 66,7 Perempuan 14 33,3 Total 42 100,0 Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa penderita infark miokard akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 pada sebagian besar terjadi pada kelompok usia 51-60 tahun sebanyak 17 orang (40,5%). Tabel diatas juga menunjukkan bahwa sebagian besar penderita infark miokard akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 pada penelitian adalah laki-laki, yaitu sebanyak 28 orang (66,7%). Korelasi antara jumlah leukosit dan kadar troponin T serta CK-MB pada penderita infark miokard akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Volume 2, No.2, Tahun 2016

Korelasi Antara Jumlah Leukosit dan Kadar Troponin T serta 255 Tabel 4. Korelasi Antara Jumlah Leukosit dan Kadar Troponin T serta CK-MB pada Penderita Infark Miokard Akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 Korelasi R Nilai p Jumlah Leukosit >< Kadar troponin T 0,360 0,019 Jumlah Leukosit >< Kadar CK-MB 0,351 0,022 *) Srearman Correlation Tes Berdasarkan Tabel 4 diatas terlihat bahwa hasil analisis secara statistik menggunakan Spearman Correlation Test pada derajat kepercayaan 95%, terdapat korelasi antara jumlah leukosit dan kadar troponin T pada penderita infark miokard akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 dengan nilai p=0,019 (nilai p 0,05) dengan kekuatan korelasi 0,36 yang menunjukkan kekuatan korelasi sedang, serta terdapat korelasi antara jumlah leukosit dan kadar CK-MB pada penderita infark miokard akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 dengan nilai p=0,022 (nilai p 0,05) dengan kekuatan korelasi 0,35 yang menunjukkan kekuatan korelasi sedang. Penelitian yang dilakukan Jee et al (2005) menyatakan leukosit dapat menjadi prediktor dan indikator prognostik setelah kejadian infark miokard. Meningkatnya jumlah leukosit salah satunya disebabkan oleh naiknya kadar kortisol yang terjadi selama reaksi stress akut pada IMA. Tes CK-MB selain digunakan untuk tes diagnostik, juga dapat dipakai untuk memprediksi mortalitas pada penyakit kardiovaskular, dan memberi gambaran bahwa peningkatan kadar CK-MB menunjukan luas dan beratnya infark pada otot jantung. Sedangkan troponin T adalah suatu protein jantung yang terdapat pada otot lurik yang berfungsi sebagai regulator kontraksi otot jantung. Kadar troponin T darah meningkat dalam 3 jam setelah kerusakan miokardium dan menetap selama 10-14 hari. Jadi, kenaikan jumlah leukosit akan meningkat kadarnya ketika terjadi proses inflamasi dan kerusakan dari jantung. Sehingga kadar leukosit bisa dijadikan prediktor awal untuk menilai luasnya kerusakan otot jantung sebelum dilakukan pemeriksaan enzim penanda kerusakan jantung, yakni troponin T dan CK-MB. Atau bisa dijadikan penilaian awal luas kerusakan otot jantung ketika terdapat pasien dicurigai IMA yang berada di daerah terpencil atau tidak terdapat alat untuk pengukuran troponin T dan CK-MB. D. Kesimpulan 1. Terdapat hubungan bermakna antara jumlah leukosit dan kadar troponin-t pada penderita infark miokard akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2015 dengan nilai p=0,019 (nilai p 0,05) dan kekuatan korelasi sedang (r=0,36). 2. Terdapat hubungan bermakna antara jumlah leukosit dan kadar CK-MB pada penderita infark miokard akut di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 dengan nilai p=0,022 (nilai p 0,05) dan kekuatan korelasi sedang (r=0,35). E. Saran Saran Teoritis 1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan analisis data yang lebih spesifik untuk melihat hubungan antar variabel dengan tepat. Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2015-2016

256 Ilman Mabruri, et al. Saran Praktis 1. Pada orang yang berisiko dapat memulai untuk menjaga kondisi kesehatan baik dari kebiasaan makan, olahraga dan pola hidup. 2. Dapat lebih mengenali tanda atau gejala penyakit jantung dan segera melakukan pengobatan dengan harapan terkontrolnya angka kejadian penyakit jantung khususnya penyakit infark miokard akut. Daftar Pustaka Bash, E. 2015. Hubungan Antara Angka Leukosit dengan Angka Kematian Penderita Infark Miokard Akut di RSUD dr. Moewardi pada Tahun 2012.http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Bavry Anthony A dan Bhatt Deepak L. 2009. Acute Coronary Syndromes in Clinical Practice. Edisi ke-1. 2009. hlm.1-2. Dwiputiyanti,S. 2013. Infark Miokard Akut (diunduh 21 Januari 2016). Tersedia dari: URL: HYPERLINK https://www.academia.edu/8389060/ami_roes_ok Hasan. H, Tarigan. E, Usu. F. K, Adam. R. H, & Medan. M. 2005. Hubungan Kadar Troponin - T dengan Gambaran Klinis Penderita Sindroma Koroner Akut, 38(4), 286 Kurniawan. L. B, Bahrun. U, Er. D & Arif, M. 2011. Pengaruh Jumlah Leukosit terhadap Mortalitas Pasien Infark Miokard Akut selama Perawatan, 42(10), 727 Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson, Loscalzo. 2014. Harrison s Principles of Internal Medicine, 18th Edition_ McCance KL, Huether SE, Brashers VL, Rote NS. 2010. Pathophysiology the biologic Basic for Disease in Adult and Children 6th Edition. Rendi. P. D, Masrul. S & Efrida. 2012. Gambaran Kadar Troponin T dan Creatinin Kinase Myocardial Band pada Infark Miokard Akut. Jurnal FK Unand, 3(3), 447 451. Retrieved from http://jurnal.fk.unand.ac.id Sirouzs. 2014. Penyakit Jantung Koroner (The Silent Killer). Tersedia dari: URL: HYPERLINK:https://sirouzs.wordpress.com/2014/05/27/penyakit-jantungkoroner-the-silent-killer/ Sudirohusodo dan Wahidin. 2014. Hubungan antara Kadar Creatine Kinase-MB dengan Mortalitas Pasien Infark Miokard Akut Selama Perawatan di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Makasar di Unit Perawatan Jantung Intensif Rumah Sakit, 125 130. Thygesen. K, Alpert. J. S, & White. H. D. 2007. Universal definition of myocardial infarction. European Heart Journal, 28(20), 2525. http://doi.org/10.1093/eurheartj/ehm355 Wahab S, Cendika R, Ramdhani D. 2006. Dasar-dasar EKG. Jakarta : Pusat Penerbitan Buku Kedokteran EGC WHO. 2012. Cardiovascular Diseases (CVDs). (diunduh 21 januari 2016). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/index.html Volume 2, No.2, Tahun 2016