ANALISIS ASAM RETINOAT PADA KOSMETIK KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF ASAM RETINOAT PADA SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI KOTA BANDUNG

ANALISIS ZAT HIDROQUINON PADA KRIM PEMUTIH WAJAH YANG BEREDAR DI KOTA MANADO ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

ANALISIS BAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA KRIM PENCERAH WAJAH YANG BEREDAR DI KOTA SAMARINDA. Muhammad Ardan*, Risna Agustina, Muhammad Amir Masruhim

PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 2 No. 02 Mei 2013 ISSN ANALISIS RHODAMIN B PADA LIPSTIK YANG BEREDAR DI PASAR KOTA MANADO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan

ANALISIS UJI KUALITATIF MERKURI PADA SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI KOTA BANDUNG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. merubah warna kulit sehingga menjadikan kulit putih bersih dan bersinar

ANALISIS PENETAPAN KADAR HIDROKUINON PADA KOSMETIK KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA BANDUNG

PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN KADAR ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA SAUS DAN KERUPUK DI KOTA MEDAN SKRIPSI

IDENTIFIKASI ASAM RETINOAT DALAM KRIM PEMUTIH WAJAH SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI TUGAS AKHIR

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KANDUNGAN HIDROKINON PADA KRIM PEMUTIH WAJAH YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni Identifikasi rhodamin B pada kembang gula yang beredar di Kota Jambi ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA KERUPUK YANG BEREDAR DI KOTA MANADO ABSTRAK

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODA

PENGARUH SUHU TERHADAP STABILITAS BERBAGAI PRODUK TABLET NIFEDIPIN. Elda F. Luawo, Gayatri Citraningtyas, Novel Kojong

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KUALITATIF MERKURI PADA KRIM PEMUTIH WAJAH TANPA NOMOR REGISTRASI YANG DIJUAL DI PASAR TAMBAN KABUPATEN BARITO KUALA

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

ABSTRAK ABSTRACT

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 2011

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

PEMERIKSAAN KUALITATIF HIDROKUINON DAN MERKURI DALAM KRIM PEMUTIH ABSTRACT ABSTRAK

ANALISIS KADAR FLAVONOID TOTAL PADA EKSTRAK DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA L.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

ANALISIS ASAM RETINOAT DALAM SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG DIJUAL BEBAS DI WILAYAH PURWOKERTO ABSTRAK

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

Nurmaya Effendi, Mamat Pratama, Husna Kamaruddin. Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1. dengan adalah hasil penjualan modal. dengan adalah biaya pembelian modal.

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KALIUM IODAT DALAM GARAM DAPUR YANG BEREDAR DI PASAR KOTA BITUNG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Latar Belakang. Kosmetik. Terapi Klinis ( Obat ) Untuk perawatan kulit abnormal yang mengalami hiperpigmentasi. Bahan Pencerah kulit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

I. PENDAHULUAN. yang lalu (Iswari, 2007). Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri. maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

Transkripsi:

ANALISIS ASAM RETINOAT PADA KOSMETIK KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA MANADO Siti Suhartini, Fatimawali, Gayatri Citraningtyas Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT Manado ABSTRACT Cosmetic whitening is a cosmetic that contains the active ingredient intended to bleach and brighten the skin or whiten the skin. Retinoic acid is used in whitening creams but is prohibited because it can cause dry skin, burning, and teratogenic (defects in the fetus). The purpose of this study was to determine whether whitening creams circulating in the city of Manado contains retinoic acid and to determine the levels of retinoic acid whitening cream found on the face. The samples studied were lightening cream sample A, sample B, sample C, sample D and sample E. The qualitative identification of retinoic acid have been done with Thin Layer Chromatocraphy (TLC) it has been given the dark blood if seen in UV spectrum 254 nm. Quantitative analysis was done by UV spectrophotometric maximum wavelength of 352 nm. The results indicated that three of sample contaided retinoic acid. Retinoic acid concentration in sample C was 0,021%, sample D was 0,026%, sample E was 0,016% and product retinoic acid cream (Vitacid) was 0,053%. Key words : Retinoic acid, Cosmetic whitening, Thin Layer Chromatocraphy (TLC), UV spectrophotometric. ABSTRAK Kosmetika pemutih adalah kosmetika yang mengandung bahan aktif pemutih dan penggunaannya bertujuan untuk mencerahkan kulit atau memutihkan kulit. Asam retinoat dilarang digunakan dalam krim pemutih karena dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, dan teratogenik (cacat pada janin). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah krim pemutih yang beredar di wilayah kota Manado mengandung asam retinoat dan untuk mengetahui kadar asam retinoat yang terdapat pada krim pemutih wajah tersebut. Sampel krim pemutih yang diteliti adalah sampel A, sampel B, sampel C, sampel D dan sampel E. Pemeriksaan kualitatif asam retinoat dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) yang menghasilkan noda bercak gelap jika dilihat di bawah sinar UV 254 nm. Penetapan kadar dilakukan secara spektrofotometri UV pada panjang gelombang 352 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pemeriksaan kualitatif terdapat 3 sampel yang mengandung asam retinoat. Kadar asam retinoat pada sampel yang diperiksa adalah 0,021% untuk sampel C, 0,026% untuk sampel D, 0,016% untuk sampel E dan 0,053% untuk sampel pembanding (Vitacid). Kata kunci : Asam retinoat, Kosmetika Pemutih, Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Spektrofotometri UV 1

PENDAHULUAN Kosmetika merupakan suatu komponen sandang yang sangat penting peranannya dalam kehidupan masyarakat, dimana masyarakat tertentu sangat bergantung pada sediaan kosmetika pada setiap kesempatan. Di pasaran pada umumnya, banyak beredar sediaan kosmetika yang berperan untuk keindahan kulit wajah. Dalam perkembangan selanjutnya, suatu sediaan kosmetika akan ditambahkan suatu zat ikutan atau tambahan yang akan menambah nilai artistik dan daya jual produknya, salah satunya dengan penambahan bahan pemutih (Widana dan Yuningrat, 2007). Kosmetik telah menjadi sebuah lahan perdagangan yang mempunyai omzet yang memuaskan. Kosmetik sendiri sudah menjadi bagian kebutuhan primer kebanyakan masyarakat. Banyak dari para produsen yang tidak mementingkan kesehatan para konsumen dengan mengesampingkan kualitas. Artinya, banyak produk yang kini beredar di pasaran mengandung beberapa zat yang tidak memenuhi syarat kelayakan pemakaian (Azhara dan Khasanah, 2011). Produk pemutih kulit sendiri terbagi menjadi 3 golongan yaitu kosmetik, kosmetisikal, dan kosmetomedik. Golongan pertama disebut kosmetik, jika produk itu mempengaruhi fisiologi kulit dan dapat dibeli secara bebas, contohnya sabun. Golongan kedua disebut kosmetisikal, jika produk itu mempengaruhi fisiologi kulit tapi masih boleh dibeli secara bebas-terbatas tanpa harus memakai resep dokter, contohnya produk yang mengandung alpha hydroxy acid (AHA), asam glikolat, arbutin dan hidrokuinon. Golongan ketiga disebut kosmetomedik, produk-produk ini mempengaruhi fisiologi kulit dan hanya boleh dibeli dengan resep dokter, contohnya hidrokuinon diatas 2% dan asam retinoat (Andriyani, 2011). Dalam beberapa kosmetik dapat ditemukan berbagai bahan kimia yang berbahaya bagi kulit, seperti merkuri, hidroquinon, asam retinoat dan zat warna sintetis seperti Rhodamin B dan Merah K3. Bahan-bahan ini sebetulnya telah dilarang penggunaannya sejak tahun 1998 melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MENKES/PER/V/1998. Sejauh ini bahan-bahan kimia tersebut belum tergantikan dengan bahan-bahan lainnya yang bersifat alami (BPOM RI, 2008). Asam Retinoat di label produk kadang ditulis sebagai tretinoin. Asam retinoat ini dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, dan teratogenik (cacat pada janin). Asam retinoat adalah bentuk asam dan bentuk aktif dari vitamin A (retinol). Disebut juga tretinoin. Asam retinoat ini sering dipakai sebagai bentuk sediaan vitamin A topikal, yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Bahan ini sering dipakai pada preparat untuk kulit terutama untuk pengobatan jerawat, dan sekarang banyak dipakai untuk mengatasi kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari (sundamage) dan untuk pemutih (Andriyani, 2011). Menyadari hal tersebut, bahwa asam retinoat dapat membahayakan para konsumen, maka penulis ingin melakukan analisis asam retinoat dalam krim pemutih wajah secara kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri UV-Vis, karena metode tersebut sederhana dan juga memiliki tingkat ketelitian yang baik. METODOLOGI Bahan Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metanol, Asam asetat glasial, Aseton, Etanol p.a, n-heksan, Asam retinoat, dan Sampel krim pemutih. Sampel yang digunakan adalah krim pemutih yang terdapat di pasaran kota Manado. Pengambilan sampel secara acak didasarkan pada produk krim pemutih import, yang pada kemasannya menggunakan bahasa selain Bahasa Indonesia, tidak memiliki nomor batch serta tidak mencantumkan nomor izin edar. Pengambilan sampel didasarkan atas pertimbangan bahwa sampel yang diambil 2

sudah mewakili populasi sampel yang beredar. Sampel krim pemutih kemudian diambil sebanyak 5 merek sampel yaitu sampel A, sampel B, sampel C, sampel D, dan sampel E. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Erlenmeyer, Gelas kimia, Labu takar, Corong, Pipet volume, Pipet tetes, Pipa kapiler, Batang pengaduk, Kertas saring Whatman No.41, Aluminium foil, Timbangan analitik, Lampu UV 254, Bejana Kromatografi, Lempeng KLT silika gel 60F 254 siap pakai (20 cm x 20 cm, tebal 0,25mm), Spektrofotometer UV- Vis, kuvet. Prosedur Penelitian Pembuatan Larutan Pembanding dan Larutan Uji Timbang lebih kurang 3 g sampel pembanding dan sampel uji, masukkan kedalam gelas kimia, bungkus dengan aluminium foil, tambahkan ml metanol dan kocok hingga homogen. Dinginkan dalam es selama 15 menit dan saring melalui kertas saring Whatman No.41. Pembuatan Larutan Pengembang Sistem A: campuran n-heksan asam asetat glasial 0,33% dalam etanol p.a (9:1) v/v Sistem B: campuran n-heksan aseton (6:4) v/v Identifikasi Sampel dengan KLT Lempeng KLT yang telah diaktifkan dengan cara dipanaskan didalam oven pada suhu 5 0 C selama 30 menit dengan membuat batas penotolan dan batas elusi cm. Larutan pembanding dan larutan uji ditotolkan secara terpisah dengan menggunakan pipa kapiler pada jarak 1,5 cm dari bagian bawah lempeng. Jarak antar noda adalah 2,5 cm, kemudian dibiarkan beberapa saat hingga mengering. Lempeng KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan kedalam bejana KLT yang terlebih dahulu telah dijenuhkan dengan fase gerak sistem A berupa n- heksan asam asetat glasial 0,33% dalam etanol p.a (9:1) dan sistem B berupa n- heksan aseton (6:4). Dibiarkan fasa bergerak naik sampai mendekati batas elusi. Kemudian lempeng KLT diangkat dan dibiarkan kering diudara. Diamati di bawah sinar UV 254 berfluoresensi memberikan bercak gelap, menunjukkan adanya asam retinoat (BPOM, 2011). Penyarian Asam Retinoat Ditimbang lebih kurang 20 g sampel pembanding (Vitacid), dimasukkan kedalam gelas kimia, bungkus dengan aluminium foil, tambahkan 50 ml metanol dan kocok hingga homogen. Dinginkan dalam es selama 15 menit dan saring melalui kertas saring Whatman No.41. Filtrat dibiarkan pada suhu ruang selama 16 jam (Ditjen POM, 1995). Pembuatan Larutan Asam Retinoat 00 ppm Ditimbang lebih kurang 0,01 g Asam retinoat, dimasukkan kedalam gelas kimia, kemudian dilarutkan dan diencerkan dengan ml metanol. Pembuatan Larutan Asam Retinoat 500 ppm Diambil 25 ml larutan asam retinoat 00 ppm dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, lalu ditambahkan metanol sampai garis tanda. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Asam Retinoat Dipipet 3 ml larutan asam retinoat 500 ppm dan dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml (konsentrasi 30 ppm), lalu ditambahkan metanol sampai garis tanda dan dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang 200 400 nm dengan menggunakan blanko. Blanko digunakan metanol. Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Dipipet larutan asam retinoat 500 ppm kedalam labu tentukur 50 ml berturut- 3

turut 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml dan 5 ml ( ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm). Kedalam masing-masing labu tentukur tersebut ditambahkan metanol sampai garis tanda. Dikocok homogen, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh serta menggunakan larutan blanko. Uji Kuantitatif Sampel Timbang lebih kurang 3 g sampel pembanding dan sampel uji, masukkan kedalam gelas kimia, bungkus dengan aluminium foil, tambahkan ml metanol dan kocok hingga homogen. Dinginkan dalam es selama 15 menit dan saring melalui kertas saring Whatman No.41. Filtrat ditampung dalam labu tentukur 50 ml, lalu ditambahkan metanol sampai garis tanda dan dihomogenkan. Dipipet 2 ml filtrat hasil pengenceran sampel kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml, lalu ditambahkan metanol sampai garis tanda dan dihomogenkan. Diukur serapannya pada panjang gelombang 352 nm. HASIL Analisis Kualitatif Asam Retinoat dengan Metode KLT Tabel 1: Hasil pemeriksaan kualitatif asam retinoat pada sampel menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan larutan pengembang sistem A Sistem A No. Sampel Lampu UV 254 Harga R f (cm) 1. Pembanding Bercak gelap 2 Asam Retinoat 0,2 cm 2. A - - 3. B - - 4. C Bercak gelap 1,8 0,18 cm 5. D Bercak gelap 1,6 0,16 cm 6. E Bercak gelap 1,7 0,17 cm Tabel 2: Hasil pemeriksaan kualitatif asam retinoat pada sampel menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan larutan pengembang sistem B Sistem B No. Sampel Lampu UV 254 Harga R f (cm) 1. Pembanding Bercak gelap 6,4 Asam Retinoat 0,64 cm 2. A - - 3. B - - 4. C Bercak gelap 6,4 0,64 cm 5. D Bercak gelap 6,4 0,64 cm 6. E Bercak gelap 6,4 0,64 cm 4

Analisis Kuantitatif Asam Retinoat dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis Linieritas Kurva Kalibrasi Larutan Asam Retinoat Absorbansi 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Kurva Kalibrasi y = 0,012x + 0,023 r² = 0,997 0 20 30 40 50 60 Konsentrasi (ppm) Gambar 1. Kurva kalibrasi larutan asam retinoat dengan berbagai konsentrasi secara Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 352 nm. Dari hasil perhitungan persamaan regresi kurva kalibrasi diatas diperoleh persamaan garis y = 0,012x + 0,023 dengan koevisien korelasi (r) sebesar 0,997. Penentuan Kuantitatif Sampel Tabel 3. Hasil analisis asam retinoat dalam krim pemutih wajah dengan metode spektrofotometri UV-VIS No. Sampel λ (nm) Absorbansi Kadar Asam 1 Pembanding Asam retinoat 352,1739 0,054 0,053 2 Sampel C 352,1739 0,036 0,034 3 Sampel D 352,1739 0,038 0,037 4 Sampel E 352,1739 0,031 0,033 Retinoat (%) 0,054 0,051 0,023 0,019 0,027 0,024 0,014 0,017 PEMBAHASAN Analisis kandungan asam retinoat pada krim pemutih wajah yang diambil dipasaran Kota Manado yaitu sampel A, sampel B, sampel C, sampel D dan sampel E menggunakan metode Kromtografi Lapis Tipis (KLT) dan metode Spektrofotometri UV. Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) digunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan sederhana, sedangkan metode spektrofotometri UV digunakan untuk mengukur absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang (Day, 2002). Pada metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), lempeng KLT diaktifkan dengan cara dipanaskan di dalam oven pada suhu 5 o C selama 30 menit untuk melepaskan molekul-molekul air yang 5

menempati pusat-pusat serapan dari penjerap, sehingga pada proses elusi lempeng tersebut dapat menyerap dan berikatan dengan sampel (Anonim, 20). Pemeriksaan dilakukan dengan cara menotolkan sampel pada pelat KLT kemudian dielusi dengan menggunakan pengembang sistem A: n-heksan - asam asetat glasial 0,33% dalam etanol p.a (9:1), sistem B: n-heksan aseton (6:4). Kemudian noda hasil KLT dilihat dibawah penyinaran lampu UV 254. Menurut BPOM RI (2011) penggunaan fase gerak tersebut didasarkan pada prosedur penelitian yang dilakukan oleh BPOM RI tentang metode analisis idetifikasi asam retinoat dalam kosmetika secara kromatografi lapis tipis dan kromatografi cair kinerja tinggi. Menurut Rohman (2007) penggunaan dua sistem pengembang bertujuan untuk meyakinkan suatu identifikasi suatu senyawa. Pengamatan bercak dengan nilai R f yang diperoleh dengan cara membagi jarak yang ditempuh zat terlarut dengan jarak yang ditempuh pelarut (Khopkar, 2003). Suatu senyawa yang mengandung asam retinoat akan mudah diamati. Dibawah penyinaran lampu UV akan berfluoresensi memberikan bercak gelap (Badan POM, 2011). Dari tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa ada 3 sampel yang memberikan hasil positif jika diamati dibawah penyinaran lampu UV 254. Ini berarti sampel tersebut positif mengandung asam retinoat. Menurut Gritter (1991), untuk mengidentifikasi suatu senyawa dapat kita lakukan dengan melihat harga R f nya. Identifikasi sahih dilakukan jika senyawa yang dianalisis dibandingkan dengan senyawa pembanding pada lapisan yang sama. Dari tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa ada 3 sampel yang memberikan harga R f yang berdekatan dengan sampel pembanding. Pada sistem B terdapat dua bercak noda gelap yang dihasilkan oleh sampel pembanding, sampel C dan sampel E. Noda bercak gelap yang paling ataslah yang merupakan noda asam retinoat dan noda yang kedua diduga noda senyawa lain selain asam retinoat. Ini disebabkan terjadinya penguraian senyawa pada lapisan tipis yang disebabkan oleh kerja katalis fase diam atau karena adanya air yang terserap ke permukaan penjerap, atau pengaruh udara (Rohman, 2007). Sampel pembanding pada sistem A memiliki harga R f 0,2 cm, pada sistem B harga R f 0,64 cm. Pada sampel C disistem A memiliki harga R f 0,18 cm, pada sistem B harga R f 0,64 cm. Pada sampel D disistem A memiliki harga R f 0,16 cm, pada sistem B harga R f 0,64 cm. Pada sampel E disistem A memiliki harga R f 0,17 cm, pada sistem B memiliki harga R f 0,64 cm. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel C, D dan E positif mengandung asam retinoat dan pada sampel A dan B negatif atau tidak mengandung asam retinoat. Hal ini dapat dilihat dari hasil kromatografi lapis tipis dengan adanya bercak gelap pada lempeng KLT. Untuk penetapan kadar pada sampel C, D dan E yang positif mengandung asam retinoat, maka ketiga sampel tersebut dianalisis menggunakan spektrofotometer UV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai absorbansi dan panjang gelombang asam retinoat untuk baku asam retinoat pada konsentrasi 30 ppm, yaitu λ max 352 nm dengan absorbansi 0,404. Hal ini sesuai dengan pernyataan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) bahwa asam retinoat akan memberikan serapan pada panjang gelombang 352 nm. Nilai absorbansi pada panjang gelombang 352 nm untuk sampel pembanding, yaitu 0,054 dan 0,053; untuk sampel C, yaitu 0,036 dan 0,034; untuk sampel D, yaitu 0,038 dan 0,037; dan untuk sampel E, yaitu 0,031 dan 0,033. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar asam retinoat pada sampel pembanding dan ketiga sampel uji yaitu kadar pada sampel pembanding sebesar 0,054% dan 0,051%; kadar pada sampel C sebesar 0,023% dan 0,019%; kadar pada sampel D sebesar 0,027% dan 0,024%; dan kadar 6

pada sampel E sebesar 0,014% dan 0,017%. Setelah dilakukan penelitian kadar asam retinoat pada sampel pembanding yang merupakan produk vitacid kadar rata-rata asam retinoat adalah 0,053% dan ini memiliki perbedaan dengan etiket yang tercantum pada kemasan. Untuk kadar rata-rata pada sampel C adalah 0,021%; kadar rata-rata sampel D adalah 0,026%; dan kadar ratarata sampel E adalah 0,016%. Menurut BPOM RI (2008) melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MENKES/PER/V/1998, asam retinoat termasuk bahan yang telah dilarang penggunaannya sejak tahun 1998. Asam retinoat juga merupakan obat keras yang hanya boleh dibeli dengan resep dokter (Badan POM, 2006). Dari penelitian ini diperoleh bahwa sampel C, sampel D dan sampel E positif mengandung asam retinoat dan ini tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh BPOM yaitu tentang larangan penggunaan bahan berbahaya asam retinoat pada kosmetik yang dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, dan teratogenik (cacat pada janin). KESIMPULAN 1. Krim pemutih wajah dengan analisis kualitatif secara kromatografi lapis tipis pada sampel krim pemutih wajah sampel C, D dan E positif mengandung asam retinoat dengan memberikan bercak gelap dibawah penyinaran lampu UV 254. 2. Analisis kuantitatif secara spektrofotometri UV-Vis, yaitu kandungan asam retinoat pada krim pemutih wajah sampel pembanding (Vitacid) sebesar 0,053%, sampel C sebesar 0,021%, sampel D sebesar 0,026% dan sampel E sebesar 0,016%. Dari penelitian ini diperoleh bahwa sampel C, sampel D dan sampel E tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh BPOM yaitu tentang larangan penggunaan bahan berbahaya asam retinoat pada kosmetik yang dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, dan teratogenik (cacat pada janin). DAFTAR PUSTAKA Anonim. 20. Makalah Kromatografi Lapis Tipis. http://duakatajiefarmasi.blogspot.co m Andriyani, Vina Budi. 2011. Identifikasi Asam Retinoat Dalam Krim Pemutih Wajah Secara Kromatografi Lapis Tipis. Universitas Sumatra Utara. Medan. Azhara dan Khasanah, Nurul. 2011. Waspada Bahaya Kosmetik. FlashBooks. Yogyakarta. Badan POM RI. 2006. Kosmetik Pemutih (Whitening), Naturakos, Vol. 1 No. 1. Edisi Mei 2006. Jakarta. Badan POM RI. 2008. Bahan Berbahaya Dalam Kosmetik. In: Kosmetik Pemutih (Whitening), Naturakos, Vol. III No.8. Edisi Agustus 2008. Jakarta. Badan POM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 Tentang Metode Analisis Kosmetika. Jakarta. Day, R.A. and A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Depkes RI. Jakarta. Gritter, Roy J, James M. Robbit. 1991. Pengantar Kromatografi. Terbitan kedua. Penerbit ITB. Bandung. Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan I. Penerbit : Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Widana dan Yuningrat. 2007. Bahan Pewarna Berbahaya pada Sediaan Kosmetika. Departemen Kesehatan, Jakarta. 7

Filename: 1 Directory: G:\jurnal pharmacon\pharmacon ed.3\terbit Template: C:\Documents and Settings\User\Application Data\Microsoft\Templates\Normal.dotm Title: Subject: Author: user Keywords: Comments: Creation Date: 1/2/201311:43:00 AM Change Number: 27 Last Saved On: 1/31/201311:26:00 AM Last Saved By: User Total Editing Time: 248 Minutes Last Printed On: 1/31/201311:26:00 AM As of Last Complete Printing Number of Pages: 7 Number of Words: 2,884 (approx.) Number of Characters: 16,443 (approx.)