Mura>bah}ah merupakan akad yang dipakai dalam jual beli mindringan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang

HILMAN FAJRI ( )

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengawasan adalah : a. Menurut Sondang P. Siagian pengawasan adalah proses pengamatan

BAB III TINJAUAN UMUM AQAD MURABAHAH DALAM FIQH MUAMALAH. Kata aqad dalam kamus bahasa arab berasal dari kata ع ق د - ی ع ق د - ع ق د ا yakni

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter. Lebih dari itu, lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu membawa

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana firman Allah Qs. An- Nisa ayat 29 :

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB III LANDASAN TEORISTIS TENTANG PENGAWASAN PEMBIYAAN MURABAHAH. adalah skim jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazimnya digunakan oleh

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Setiap manusia akan membutuhkan orang lain, bertolong-tolongan,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

Contoh Penghitungan Murabahah (Hipotesis)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Praktik Jual Beli Produk atau Barang Replika di Darmo Trade

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB II LANDASAN TEORI. orang yang melakukan akad meneruskannya untuk mengambil dan. memberikan sesuatu. Orang yang melakukan penjualan dan pembelian

mura>bahah terdapat berbagai formulasi definisi yang berbeda-beda

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB II LANDASAN TEORITIS. memenuhi kebutuhan, keinginan, dan kepuasan nasabahnya.

trust yaitu saya percaya atau saya menaruh kepercayaan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK BAGI HASIL DENGAN PEMBAGIAN TETAP DARI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KJKS KUM3 RAHMAT SURABAYA

BAB IV. disepakati diawal. Adapun perubahan harga sebelah pihak yang dilakukan. oleh si pembeli tanpa ada kesepakatan kedua belah pihak.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI MURA>BAH}AH DALAM HUKUM ISLAM Mura>bah}ah merupakan akad yang dipakai dalam jual beli mindringan, sehingga penulis akan membahas tentang teori mura>bah}ah dalam bab ini. Berikut ini pembahasan tentang mura>bah}ah: A. Definisi Mura>bah}ah Kata mura>bah}ah secara etimologis berasal dari kata ribh} (keuntungan). Sehingga mura>bah}ah berarti menguntungkan atau saling menguntungkan, dan sederhananya mura>bah}ah berarti jual beli barang yang ditambah keuntungan yang telah disepakati. Sedangkan sacara terminologis, mura>bah}ah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh s}a>h}ib al-ma>l dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pembelian barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi s}a>h}ib al-ma>l dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur. 1 1 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2013), 136 21

22 Al-Kasani berpendapat sebagaimana dikutip oleh Ismail Nawawi bahwa mura>bah}ah mencerminkan transaksi jual beli dengan harga jual yang merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk mendatangkan barang dan harga pokok pembelian dengan tambahan keuntungan tertentu yang di inginkan penjual dan semua harga tersebut diketahui dan disepakati oleh pembeli. 2 Mura>bah}ah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainly contacts, karena dalam mura>bah}ah ditentukan beberapa required of profit (keuntungan yang ingin diperoleh). Karena dalam defiinisinya disebut adanya keuntungan yang disepakati, krakteristik mura>bah}ah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. 3 Argumentasi lainnya juga mengatakan bahwa jual beli mura>bah}ah merupakan prinsip dalam jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang di tambah nilai keuntungan (ribh}) yang disepakati. Pada akad mura>bah}ah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh, ataupun dicicil. 4 Jual beli 2 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 91. 3 Adiwarman Karim, Bank Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 113. 4 Sunarto Zulkifli, Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007), 40.

23 secara mura>bah}ah adalah jual beli yang mengedepankan amanah (kepercayaan) karena pembeli mempercayai perkataan penjual tentang harga pertama tanpa ada bukti dan sumpah, sehingga harus terhindar dari khianat dan prasangka buruk. 5 Pada prinsipnya, dalam jual beli mura>bah}ah komponen antara penjual dan pembeli atau antara penyedia dana dan pembeli melakukan perikatan dalam jual beli dengan adanya tambahan dari harga asal atau yang disebut dengn harga pembelian. Pembeli yang mengajukan permohonan kepada penyedia dana dalam pembelian barang atas kebutuhannya. Barang atau benda tersebut akan dijual oleh penyedia dana dengan harga yang lebih tinggi dari harga asal dan tentunya kelebihan tersebut didasarkan pada kesepakatan diantara kedua belah pihak. Sedangkan pembayarannya dilakukan dalam bentuk angsuran, meskipun tidak dilarang untuk membayar secara tunai. 6 Biaya perolehan barang bisa meliputi harga barang dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut. Sedangkan tingkat keuntungan bisa berbentuk lumpsum atau persentase tertentu dari biaya perolehan. Pembayaran oleh pembeli bisa dilakukan secara tunai (naqdan) atau bisa dilakukan kemudian hari dalam bentuk angsuran (taqsit}) atau dalam bentuk 5 Wiroso, Jual beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), 18. 6 Gemala Dewi, et, al, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), 169.

24 sekaligus (lumpsum/mu ajjal) sesuai kesepakatan para pihak yang melakukan akad (al- a>qidayn). 7 Jual beli mura>bah}ah termasuk dalam kategori atau macam jual beli yang menguntungkan, menguntungkan dalam artian terdapat perbedaan antara harga pokok pembelian dengan harga penjualan karena ditambah dengan tingkat keuntungan tertentu yang dijadikan tolak ukur bagi penjual dalam jual beli mura>bah}ah. Pembayaran yang disebutkan dengan cara cicilan dalam jual beli mura>bah}ah yang sering dipakai oleh masyarakat saat ini. Harga pokok dengan tambahan keuntungan dalam jual beli ini tidak menjadi beban bagi masyarakat, sebab pembayarannya bisa dilakukan dengan cara cicilan. Harga pokok dan tingkat keuntungan dalam mura>bah}ah harus disepakati oleh kedua belah pihak dan tidak memberatkan salah satunya, setelah harga disepakati oleh kedua belah pihak, maka sistem pembayaran dengan cara cicilan juga harus disepakati diawal. Keduanya merupakan bagian dari syarat keabsahan jual beli mura>bah}ah dalam Islam. 7 Azharuddin Latif. Konsep Dan Aplikasi Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Ahkam: Vol. XXI, 228.

25 B. Landasan hukum Mura>bah}ah Jual beli mura>bah}ah merupakan jual beli yang diperbolehkan dalam Islam, hal ini berlandaskan pada landasan hukum yang membolehkannya, yakni terdapat dalam al-qur an dan al-hadith yang di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Al-Qur an و أ ح ل ٱ لل ٱلب يع و حر م ٱلر ب و Artinya : Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (Q.S. al-baqarah). 8 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. an-nisa :29). 9 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah 8 Kementerian Agama RI, Al-Qur an Transliterasi Per-kata dan Terjemah Per-Kata, (Bekasi: Cipta Bagus Sejatera, 2011), 47. 9 Ibid, 83.

26 kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. (Q.S. al-baqarah: 282). 10 Artinya : Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Q.S. al-baqarah:280). 11 2. Al-Hadith أ ن الن ب ى ل ع ه ى ي و و ال و و ى ق ل : ث ف ي ال ب ر : ال ب ي ع أ ل و ال م ق ر ض : و خ ى ط ال ب ر ب لش ع ي ل ى ب ي ت ل ل ى ب ي ع )رواه اب م و يب( Artinya: Rasulullah SAW. Bersabda, tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh atau tidak secara tunai, muqa>radlah (mud}arabah) dan mencampur gandum dengan gandum untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah). 12 C. Rukun Mura>bah}ah Dalam menetapkan rukun jual beli mura>bah}ah, terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama. Menurut ulama Hanafiyah, rukun jual beli hanya satu, yaitu i>ja>b dan qabu>l yang menunjukkan pertukaran barang secara rela, baik 10 Ibid, 48. 11 Ibid, 47. 12 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah Juz II, No. Hadis 2288, (Beirut: Daar Fikri), 768.

27 dengan ucapan maupun perbuatan. 13 Kerelaan kedua belah pihak yang menjadi tolak ukur dalam rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah. Namun, unsur kerelaan merupakan unsur hati yang sulit untuk diketahui oleh indera sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan itu dari kedua belah pihak. Indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli, menurut mereka, kerelaan tersebut tergambar dalam i>ja>b dan qabu>l, atau melalui saling memberikan barang dan harga barang. Jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli mura>bah}ah itu ada empat 14, yaitu: 1. Ada orang yang berakad atau al-muta a>qid}ain (penjual dan pembeli), dan penjual komoditas (supplier) 2. Ada si>ghat (lafal i>ja>b dan qabu>l) 3. Ada barang yang dibeli 4. Ada nilai tukar pengganti barang. Rukun jual beli di atas yang harus dipenuhi dalam setiap perbuatan hukum termasuk dalam jual beli mura>bah}ah. D. Syarat Mura>bah}ah Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam jual beli mura>bah}ah adalah sebagai berikut: 13 Rachmat Syafe I, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 75-76. 14 Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 115.

28 1. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah 2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan 3. Kontrak harus bebas dari riba 4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian 5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. 15 6. Harus terdapat persetujuan antar pihak terkait kadar keuntungan yang ditetapkan sebagai kelebihan dari harga modal. 7. Jika kadar harga modal barang yang disampaikan tidak sesuai dengan harga sebenarnya, maka pembeli boleh membatalkan transaksi jual beli tersebut. 16 Jual beli secara mura>bah}ah di atas hanya untuk barang atau produk yang dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan berkontrak. Apabila produk tersebut dimiliki penjual, sistem yang digunakan adalah mura>bah}ah kepada pemedan pembelian (mura>bah}ah KPP). Hal ini dinamakan karena si penjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya. 17 15 Muhammad Syafi I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), 102. 16 Syukri Iska, Sistem Perbankan Syari ah di Indonesia Dalam Perspektif Fikih Ekonomi, (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2012), 203-204. 17 Muhammad Syafi I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik,., 103.

29 Sedangkan pendapat lainnya menyebutkan tentang syarat dalam jual beli mura>bah}ah, antara lain: 18 1. Mengetahui harga pertama (Harga Pembelian) Mengetahui harga pembelian adalah syarat sahnya transaksi jual beli. Syarat ini meliputi semua transaksi yang terkait dengan mura>bah}ah, seperti pelimpahan wewenang (tauliyah), kerjasama (ishra>k) dan kerugian (wadi> ah), karena semua transaksi ini berdasar pada harga pertama yang merupakan modal. Jika tidak mengetahuinya, maka jual beli tersebut tidak sah hingga ditempat transaksi. Jika tidak diketahui hingga keduanya meninggalkan tempat tersebut, maka gugurlah transksi jual beli tersebut. 2. Mengetahui jumlah keuntungan Mengetahui jumlah keuntungan adalah keharusan, karena ia merupakan bagian dari harga (thaman) dalam jual beli mura>bah}ah sedangkan mengetahui harga adalah syarat sahnya jual beli. 3. Modal hendaklah berupa komoditas yang memiliki kesamaan dan sejenis, seperti benda-benda yang ditakar, ditimbang dan dihitung. Syarat ini diperlukan dalam mura>bah}ah, baik ketika jual beli dilakukan dengan penjual pertama atau orang lain. serta baik keuntungan dari jenis harga pertama atau bukan, setelah jenis keuntungan disepakati berupa sesuatu yang diketahui ketentuannya. Jika modal dan benda-benda yang 18 Wiroso, Jual beli Murabahah, 17-18.

30 tidak memiliki kesamaan, seperti barang dagangan, selain dirham dan dinar, tidak boleh diperjualbelikan dengan cara mura>bah}ah oleh pihak yang tidak memiliki barang dagangan. 4. Sistem mura>bah}ah dalam harta riba hendaknya tidak menisbatkan riba tersebut terhadap harga pertama. Seperti membeli barang yang ditakar atau ditimbang dengan barang sejenis dengan takaran yang sama, maka tidak boleh menjualnya dengan sistem mura>bah}ah. Hal semacam ini tidak diperbolehkan karena mura>bah}ah adalah jual beli dengan harga pertama dengan adanya tambahan, sedangkan tambahan terhadap harta riba hukumnya adalah riba dan bukan keuntungan. 5. Transaksi pertama harus sah Jika transaksi pertama tidak sah, maka tidak boleh dilakukan jual beli mura>bahah, karena mura>bah}ah adalah jual beli dengan harga pertama disertai tambahan keuntungan dan hak milik jual beli yang tidak sah ditetapkan dengan nilai barang atau dengan barang yang semisal bukan dengan harga, karena tidak benarnya penanamaan. 6. Saling rela antara kedua belah pihak. Mardani mengatakan bahwa konsep kerelaan dalam sebuah transaksi merupakan sebuah bentuk keabsahannya jual beli, karena ketika salah satu

31 pihak tidak rela atau merasa diberatkan, dan dirugikan. Maka jual beli tersebut tidak sah hukumnya. 19 E. Modal dan Unsur Pendukung Mura>bah}ah Zuhaily berpendapat dalam bukunya yang berjudul Fiqih Islam Wa Adillatuhu bahwa modal berarti jumlah harga yang harus dikeluarkan oleh pembeli pertama yang dalam jual beli mura>bah}ah sebagai penyedia dana sesuai kesepakatan dan kemudian biaya yang dikeluarkan penjual untuk mendapatkan komoditas yang dijadikan sebagai objek akad jual beli mura>bah}ah, biaya yang digunakan untuk membeli komoditas. Modal dalam jual beli ini tidak hanya terdiri atas harga pokok pembelian, tapi terdapat unsur pendukung lainnya yang dikeluarkan untuk mendapatkan komoditas tersebut, mulai dari biaya transportasi, administrasi, biaya pemeliharaan, biaya distribusi dan biaya lainnya yang terkait dan melekat dengan komoditas. 20 Biaya yang dikeluarkan terkait dengan kepentingan pribadi penjual, tidak bisa dimasukkan dalam modal, seperti makan, minum, biaya dokter, dan lainnya. total dari harga pokok pembelian dan biaya-biaya pendukung ditambah dengan margin merupakan harga jual mura>bah}ah yang ditawaarkan pada pembeli. 21 19 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah..., 104. 20 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 5, (Jakarta: Darul Fikir, 2011), 361. 21 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, 94-95.

32 Modal yang tidak hanya terdiri dari harga pokok pembelian, melainkan juga terdiri dari unsur pendukung dalam mendapatkan komoditas atau barang yang diinginkan pembeli. Unsur pendukung tersebut yang berupa biaya transportasi, administrasi, pemeliharaan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan proses pembelian barang. Unsur pendukung tersebut bisa dijadikan tolak ukur dalam mengambil tingkat keuntungan jual beli mura>bah}ah, kecuali biayabiaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi penjual. F. Mura>bah}ah Lil Ami>r Bish-shira> Jual beli mura>bah}ah lil ami>r bish-shira> merupakan istilah baru yang diperkenalkan pertama kali oleh Sami Hamound dalam disertasinya berjudul Tat}wi>r al-a ma>l al-masrafiyah Bima>Yattafiq as-shari ah al-islamiyah. Menurut Sami Hamound sebagaimana dikutip oleh Ismail Nawawi, bahwa mura>bah}ah lil ami>r bish-shira> adalah jual beli seseorang yang datang kepada pihak lain sebagai penyedia dana untuk membelikan komoditas dengan kriteria tertentu, dan penyedia dana tersebut berjanji untuk membelikan komoditas tersebut secara mura>bah}ah, yakni sesuai dengan harga pokok pembelian ditambah dengan tingkat keuntungan yang disepakati kedua belah pihak, dan seseorang yang menjadi pembeli tersebut akan melakukan pembayaran secara installment (cicilan berkala) sesuai dengan kemampuan finansial yang dimiliki. 22 22 Ibid., 95.

33 Dengan demikian, dapat dipahami dalam jual beli mura>bah}ah lil ami>r bish-shira> terdapat tiga pihak yang bertransaksi, yakni; pembeli, penyedia dana, dan penjual komoditas sebagai supplier. Tidak jauh berbeda dengan jual beli mura>bah}ah pada umumnya, hanya saja dalam jual beli mura>bah}ah lil ami>r bish-shira> pembayarannya dilakukan dengan cara cicilan berkala (installment) sesuai kemampuan finansial yang dimiliki pembeli sebagaimana yang dikatakan Sami Hamound di atas. G. Penetapan Margin Keuntungan dalam Mura>bah}ah Ibnu Taymiyah yang dikutip oleh M. Azwar Mahrami dalam membahas persoalan yang berkaitan dengan harga, beliau (Ibnu Taymiyah) sering menggunakan istilah kompensasi yang setara (iwad al-mithl) dan harga yang setara (thaman al-mithl). Beliau mengatakan dalam majmu fata>wa> bahwa kompensasi yang setara akan diukur dan ditaksir oleh hal-hal yang setara, dan inilah esensi keadilan (nafs al- adl). Bagian penting dari penentuan harga yang adil adalah laba adil. Karena biasanya dalam praktek bisnis, biaya (cost) yang dibebankan atas harga produk relatif bisa dikalkulasi secara lebih pasti. Sedangkan porsi keuntungan (profit) dasar penentuannya tidak terstandarisasi. Sedangkan dalam teori profit Ibnu Al-Arabi bahwa laba atau tingkat keuntungan yang adil dapat dijelaskan sebagai kelebihan yang dapat dibenarkan oleh nilai yang setara (iwad). Dan apabila laba yang diambil

34 tersebut melebihi iwad (equivalent counter value) maka masuk kategori riba alfad}l karena mengandung eksploitasi kepada pembeli. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa iwad adalah padanan nilai yang dibenarkan shari at atas penambahan (keuntungan) dalam sebuah transaksi. Dengan demikian seseorang boleh mengambil keuntungan dalam transaksi bisnis setara dengan nilai yang dikeluarkannya. 23 Selanjutnya, Ibnu Taymiyah menjelaskan bahwa para pedagang berhak memperoleh keuntungan melalui cara yang dapat diterima secara umum (al-ribh} al-ma a>rif) tanpa merusak kepentingan dirinya dan kepentingan para pelanggannya. Beliau mendefinisikan laba pedagang tertentu tanpa merugikan orang lain. beliau menentang tingkat keuntungan yang tak lazim, bersifat eksploitatif dengan memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat terhadap kondisi pasar. 24 Dalam jual beli mura>bah}ah ketika penyedia dana (s}a>h}ib al-ma>l) menjadikan keuntungan sesuatu yang berbeda dengan harga awal dan bersifat jelas, seperti dirham atau pakaian tertentu, maka hukumnya adalah boleh. Hal itu karena harga pertama diketahui dengan jelas dan keuntungan yang diambil juga jelas. Contohnya, jika seseorang mengatakan aku menjual barang ini kepadamu dengan cara mura>bah}ah dengan harga berupa pakaian yang ada 23 M. Azwar Mahrami, Bank Syariah Berjalan di luar Rel Syariah, dalam http://iqrapedia.blog.com/perbankan-syariah/, diakses pada 19 April 2015. 24 Ibid.

35 ditangnmu ditambah sepuluh dirham. Namun, apabila penyedia dana (s}a>h}ib alma>l) menjadikan keuntungan sebagai bagian dari modal atau dengan kata lain mengambil keuntungan sebesar seperspuluh dari modal pertama, maka hukumnya tidak boleh. Hal itu karena ia menjadikan keuntungan sebagai bagian dari barang dagangan, sementara bagian dari barang dangangan tidak selalu sama dan hanya bisa diketahui dengan perhitungan. Sementara nilai dagangan disini tidak diketahui karena nilai barang tersebut hanya diketahui dengan taksiran atau dugaan. 25 25 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 5..., 359-360.