dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAAN MUZARA AH MENURUT IMAM SYAFI I (STUDI KASUS DI GAMPONG MADAT KECAMATAN MADAT) Skripsi. Diajukan Oleh : AGUSNIATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai ajaran rahmatan lil alamin, pada dasarnya

pengetahuan yang kurang, oleh Karena itu untuk mendorong terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. berbuat dan bertingkah laku yang baik agar dapat bermuamalah dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. Wawancara Kamituwo desa Golan Tepus. Pada tanggal 9 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan hilangnya semangat nilai-nilai etika religius

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui al-qur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan manusia dan pengetahuan teknologi yang dimiliki. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Helmi Karim, Op Cit, Hlm. 29

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tertarik olehnya. Sejak itu, berkembanglah bank dengan cara-caranya. 1

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB IX MUZARA AH. Bagian Pertama Rukun dan Syarat Muzara ah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan

BAB I PENDAHULUAN. satu yang diutamakan, karena hal itu yang menentukan berhasil atau gagalnya

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada Hukum Ekonomi Syariah yang ada di Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. fiqh klasik.dewasa ini, wacana tentang Mudharabah menjadi semakin mencuat

BAB I PENDAHULUAN. hubungan manusia dengan Tuhannya. Ibadah juga merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

PENDAHULUAN. maupun individu untuk menjalankan kehidupan ini. Dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan. Dalam hal ini perlunya interaksi antara sesama. Di samping. hidup. Dalam ekonomi dikenal dengan istilah bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan, baik bersifat vertikal maupun horizontal. Hubungan yang sifatnya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB I PENDAHULUAN. sebutan Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) An-Nuur merupakan salah satu

PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP MURABAHAH PADA BANK NAGARI UNIT SYARIAH PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. persatuan. Hal ini terlihat dari unsur-unsur yang dicapai dari inti agama Islam

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB III KONSEP EKONOMI ISLAM TENTANG BAGI HASIL. profit sharing. Profit dalam kaus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur semua aspek kehidupan manusia, baik aqidah, ibadah, akhlak. membeda-bedakan antara muslim dan non muslim.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund).

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya di zaman sekarang kehidupan manusia. tidak terlepas dari kegiatan muamalat, baik itu anatara individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis tidak lepas dari peran bank selaku pelayan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mudharib pengelola, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB I PENDAHULUAN. menjadi baik. Sistem perilaku tersebut dalam Islam disebut istilah muamalah. 1

MUZARA AH (PERJANJIAN BERCOCOK TANAM) LAHAN PERTANIAN MENURUT KAJIAN HUKUM ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang membutuhkan. berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN adalah Bank Muamalat (BMI). Walaupun perkembangannya agak. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sehingga, hidup mereka dapat berjalan sebagaimana mestinya, dan mesin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BAGI HASIL AKAD MUZARA AH DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. memegang peran penting dan strategis dalam kaitannya penyediaan modal.

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin).

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT

BAB I PENDAHULUAN. peranan kredit dalan operasi bank sangat besar dan penting. Sebagian besar bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil bila petunjuk kehidupan yang lengkap ini dipisah-pisahkan antara

BAB I PENDAHULUAN. syariah membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga secara mutlak. 1. Firman Allah swt. dalam surah Ali Imran ayat 130:

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kesempurnaan Islam diantaranya mengatur tentang syariat atau hukum,

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS

BAB I PENDAHULUAN. barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya pada. ditangguhkan sampai waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mewujudkan cita-cita atau tujuan pembangunan nasional, sub sektor ini

PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Ini pun dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang bersedia untuk

BAB I PENDAHULUAN. perolehan kembaliannya berupa bunga yang relatif pasti dan tetap. 1 Investasi dalam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi hasil adalah suatu sistem perjanjian pengelolaan tanah dengan upah sebagian dari hasil yang diperoleh dari pengelolaan tanah itu. Menurut Undangundang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil dalam Pasal 1 huruf c dinyatakan bahwa perjanjian bagi hasil adalah perjanjian dengan nama apapun yang diadakan antara pemilik pada sesuatu dan seorang atau badan hukum pada pihak lain yang dalam Undang-undang ini disebut penggarap berdasarkan mana penggarap diperkenankan oleh pemilik tersebut untuk menyelenggarakan usaha pertanian di atas tanah pemilik, dengan pembagian hasilnya antara kedua belah pihak. Kerjasama pengelolaan sawah antara petani dan pemilik sawah tidak terdapat suatu hubungan yang mengikat, hubungan kerjasamanya hanya terbatas pada pekerjaan dan bagi hasil, baik terhadap petaninya sendiri maupun pemilik tanah. Dalam praktek kerjasama pengelolaan sawah, perjanjian di antara petani dan pemilik tanah/sawah dilakukan secara lisan, meskipun hal tersebut kurang mempunyai kekuatan hukum sehingga tidak ada bukti yang kuat bahwa perjanjian tersebut telah terjadi. Cara pembagian keuntungan atau pertanian akan dibagi, petani akan mendapatkan dari seluruh penghasilan setelah diambil untuk biaya perawatan, sedang bagian yang lain untuk pemilik sawah yang biasanya mendapatkan setengah bagian. Syariat Islam telah memberikan pokok-pokok aturan di dalam melaksanakan hubungan kerja yang baik, saling menolong, saling menguntungkan dan tanpa merugikan antara satu dengan lainnya. Dengan demikian maka cara pembagian yang menjadi konsekuensinyapun harus demikian adanya. Artinya bagian yang diterima si petani itu harus sesuai dengan pengorbanannya dan sesuai dengan pekerjaannya. 1

2 Tenaga merupakan satu-satunya modal bagi petani untuk mencari kebutuhan hidup, apalagi keringatnya harus benar-benar dihargai. Kemudian jumlah bagian atau imbalan yang harus diberikan kepada pekerja (petani penggarap) adalah sesuai dengan perjanjian. Dalam hukum Islam, praktek kerjasama bagi hasil pengelolaan sawah termasuk dalam katagori muzara ah. Dalam kerjasama ini terdapat dua belah pihak yang satu sebagai pemilik modal, sedangkan dipihak lain sebagai pelaksana usaha. Keduanya mempunyai kesepakatan untuk kerjasama, kemudian hasilnya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan. Seperti halnya mudharabah, merupakan bentuk kontrak yang melibatkan antara dua kelompok yakni, pemilik modal (shahih al maal) yang mempercayakan modalnya kepada pengelola usaha (mudharib) dengan tujuan untuk mencapai keuntungan (profit) yang dibagi di antara mereka berdasarkan proporsi yang telah disetujui bersama. 1 Pada hakekatnya muzara ah sama dengan mudharabah karena keduanya merupakan kerjasama (partnership) antara pemilik tanah dengan penyewa tanah (penggarap). Dalam hal ini pemilik tanah adalah shahib al maal karena ia memberi kontribusi tanah (dianalogikan dengan uang) sementara penggarap atau penyewa adalah mudharib karena ia memberi kontribusi wirausaha atau tenaga. 2 Pengertian muzara ah adalah kerjasama pengelolaan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, yakni pemilik lahan memberikan lahan pertaniannya kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. 3 Muzara ah merupakan salah satu bentuk muamalah dalam bidang pertanian. Penduduk Indonesia menyebutnya sebagai kerjasama paroan sawah. Kerjasama dalam bidang pertanian ini harus dilakukan dengan cara yang saling menguntungkan dalam rangka mencapai kebutuhan ekonomi. Karena di antara anggota masyarakat, ada yang memiliki lahan pertanian (sawah atau ladang), 1 Muhammad Ufuqul Mubin Bank Islam dan Bunga Studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003), cet. ke-i, h. 91. 2 Saleh al-fauzan, Fiqih Sehari-Hari, diterjemehkan oleh Abdul Hayyik Al-Kattani dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 480 3 Masyfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam), (Jakarta: PT. Cipta Pustaka, 2010), h. 99

3 tetapi tidak mampu mengerjakannya (mengolahnya), mungkin karena sibuk dengan kegiatan lain atau memang tidak mempunyai keahlian (skill, keterampilan) untuk bertani. Sebaliknya ada juga di antara anggota masyarakat yang tidak mempunyai lahan pertanian tetapi ada kemampuan untuk mengolahnya. 4 Karena Islam mengakui pemilikan tanah bukan penggarap, maka diperkenankan memberikan pada orang lain untuk menggarapnya dengan menerima sebagian hasilnya atau uang, akan tetapi bersamaan dengan itu dianjurkan agar seorang yang mampu sebaiknya meminjamkan tanahnya tanpa sewa kepada saudarasaudaranya yang miskin. Setelah melihat kenyataan ini dalam masyarakat, maka pemilik lahan pertanian menyerahkan lahannya kepada petani (pengolah) untuk ditanami hingga kedua belah pihak saling diuntungkan. Dengan demikian rasa tolong menolong, saling memperdulikan akan tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. 5 Sistem muzara ah ini bisa lebih menguntungkan dari pada sistem ijarah (sewa tanah), baik bagi pemilik tanah maupun bagi penggarapnya. Sebab pemilik tanah biasa memperoleh bagian dari bagi hasil (muzara ah) ini, yang harganya lebih banyak dari uang sewa tanah, sedangkan penggarap tanah tidak banyak menderita kerugian dibandingkan dengan menyewa tanah, kalau ia mengalami kegagalan tanamannya. 6 Secara istilah muzara ah adalah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik tanah dengan penggarap tanah dengan perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama, tetapi pada umumnya paroan sawah atau fifty-fifty untuk pemilik tanah dan penggarap tanah. Menurut Syekh Muhammad Yusuf Qordhawi, muzara ah adalah pemilik tanah menyerahkan alat, benih dan hewan kepada yang hendak menanaminya dengan 4 Ibid 5 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 271. 6 Masyfuk Zuhdi, Op. Cit, h.12

4 suatu ketentuan dia akan mendapat hasil yang telah ditentukan, misalnya: 1/2, 1/3 atau kurang atau lebih menurut pesetujuan bersama. 7 Namun adakalanya suatu aktifitas perjanjian bagi hasil atau muzara ah tidaklah selalu berjalan dengan baik-baik sesuai dengan harapan, adakalanya juga dapat menimbulkan sengketa jika tidak dilakukan dengan sebaik-baiknya termasuk dalam hal ini sengketa muzara ah pada bidang pertanian(sawah). Sengketa biasa bermula dari situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain, yang diawali oleh perasaan tidak puas yang bersifat subjektif dan tertutup. Kejadian ini dapat dialami oleh perorangan maupun kelompok. Perasaan tidak puas akan muncul kepermukaan apabila terjadi conflict of interest. Proses sengketa terjadi karena tidak adanya titik temu antara pihak-pihak yang bersengketa. Secara potensial, dua pihak yang mempunyai pendirian atau pendapat yang berbeda dapat beranjak kesituasi sengketa. 8 Berdasarkan observasi pendahuluan yang penulis lakukan di Desa Paya Unoe dapat penulis ketahui bahwa ada perbedaan kejadian di lapangan. Hal itu dapat penulis lihat dengan pembagian hasil yang dilaksanakan, bagian pemilik lahan jauh lebih banyak dari pada yang mengelola lahan (sawah) tersebut dan telah melanggar perjanjian muzara ah yang dibuat sebelum pelaksanaan muzara ah sehingga menimbulkan sengketa antara pemilik lahan (sawah) dengan penggarap/pengelola. Perjanjian di awal pengelolaan sawah adalah 60 : 40 yaitu pemilik lahan (sawah) adalah 60 dan pengelola 40. Namun pembagian yang dilakukan setelah pengelolaan sawah selesai dan memperoleh hasil di Desa Paya Unoe adalah menjadi 70 : 30 hal ini dirasakan sangat memberatkan bagi pengelola tanah tersebut. 9 7 Muhammad Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram dalam Islam, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1993), h. 383. 8 Suyud Margono, Alternative dispute Resolution and Arbitrase, (Jakarta : Ghali Indonesia, 2000), h. 34 9 Observasi penulis di Desa Paya Unoe pada tanggal 24 Maret 2014

5 Berdasarkan hasil observasi tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian Penyelesaian Sengketa Muzara ah Dalam Bidang Pertanian (Sawah) (Studi Kasus di Desa Paya Unoe). B. Rumusan Masalah Dari rumusan latar belakang tersebut diatas ada beberapa pokok masalah yang ingin penulis bahas secara lebih mendalam. Adapun pokok masalah yang penulis angkat sebagai pokok bahasan adalah: 1. Bagaimana perjanjian muzara ah dalam bidang pertanian (sawah) di Desa Paya Unoe? 2. Bagaimana penyelesaian sengketa muzara ah dalam bidang pertanian (sawah) di Desa Paya Unoe? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perjanjian muzara ah dalam bidang pertanian (sawah) di Desa Paya Unoe. 2. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa muzara ah dalam bidang pertanian (sawah) di Desa Paya Unoe. Kegunaan Penelitian Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara teoritis maupun praktis 1. Secara Teoritis

6 a. Sebagai bahan untuk pengembangan wawasan dan kajian lebih lanjut bagi kalangan akademis dan masyarakat yang ingin mengetahui dan memperdalam tentang perjanjian, pelaksanaan dan penyelesaian sengketa muzara ah dalam bidang pertanian (sawah) di Desa Paya Unoe. b. Memperkaya khasanah perpustakaan hukum khususnya dibidang perjanjian muzara ah. 2. Secara Praktis a. Untuk memberikan sumbangan pikiran kepada masyarakat khususnya memberikan informasi ilmiah mengenai perjanjian, pelaksanaan dan penyelesaian sengketa muzara ah. b. Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi masyarakat tentang pelaksanaan perjanjian muzara ah yang baik. D. Kajian Terdahulu Berdasarkan penelusuran kepustakaan Jurusan syari ah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa, penelitian tentang Penyelesaian Sengketa Muzara ah Dalam Bidang Pertanian (Sawah) (Studi Kasus di Desa Paya Unoe), telah ada. Tetapi substansi dan lokasi pembahasannya berbeda dengan penelitian ini. Adapun karya ilmiah yang hampir sama atas nama Nurul Hikmah, Nim : 510800547 dengan judul Penerapan Muzara ah Menurut Imam Syafi I Dalam Masyarakat Gampong Matang Peusangan Kecamatan Matang Kuli Tahun 1434H/2013 dengan rumusan masalah adalah bagaimana penerapan muzara ah oleh masyarakat Gampong Matang Peusangan dan bagaimana kesesuaian konsep muzara ah Imam Syafi I dengan yang dipraktekkan masyarakat Gampong Matang Peusangan. Dengan demikian karya ilmiah/skripsi ini adalah asli dan dapat

7 dipertanggungjawabkan secara ilmiah. E. Penjelasan Istilah Untuk tidak menimbulkan kesalah pahaman serta pengertian dalam memahami istilah yang terdapat dalam proposal skripsi ini, maka penulis memberi beberapa pengertian istilah yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini. 1. Penyelesaian Penyelesaian adalah menemukan jalan keluar; mendamaikan perselisihan. 10 Yang penulis maksud disini adalah penyelesaian sengketa muzara ah dalam bidang pertanian (sawah) di Desa Paya Unoe 2. Sengketa Sengketa adalah sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat; pertengkaran; perbantahan. 11 Yang penulis maksud disini adalah sengketa muzara ah dalam bidang pertanian (sawah) di Desa Paya Unoe. 3. Muzara ah Secara istilah muzara ah adalah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik tanah dengan penggarap tanah dengan perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama, tetapi pada umumnya paroan sawah atau fifty-fifty untuk pemilik tanah dan penggarap tanah. 12 4. Pertanian (Sawah) Pertanian adalah cabang produksi dimana terdapat perubahan bahan-bahan anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh- tumbuhan dan hewan. 10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1252. 11 Ibid, h. 1272. 12 Masyfuk Zuhdi, Op.Cit, h. 130

8 Proses ini bersifat reproduktif yang artinya usaha untuk memperbaharui. 13 Pertanian yang penulis maksud disini adalah tanah pertanian yang ada di Desa Paya Unoe. F. Sistematika Penulisan Skripsi Perumusan sistematika penulisan proposal skripsi ini untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai materi pembahasan dalam penelitian, sehingga dapat memudahkan pembaca untuk mengetahui maksud dilakukannya penelitian proposal skripsi. Bab I : Pendahuluan dalam bab ini peneliti mengemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian terdahulu, penjelasan istilah, dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan teori dalam bab ini dijelaskan mengenai beberapa teori-teori yang akan diteliti, mengenai pengertian akad, pengertian muzara ah, ketentuan muzara ah menurut hukum Islam, pelaksanaan muzara ah menurut hukum Islam dan penyelesaian sengketa menurut hukum Islam. BabIII : Metode Penelitian terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data, analisis data. Bab IV : Hasil Penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, perjanjian muzara ah dalam bidang pertanian (sawah) di Desa Paya Unoe dan penyelesaian sengketa muzara ah dalam bidang pertanian (sawah) di Desa Paya Unoe. Bab V : Penutup, dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas 2010), h. 72 13 Kaslan Tohir, Semua Berawal darisebuah Mimpi, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,

9 permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Untuk keseragaman dalam tehnik penulisannya, penulis berpedoman kepada buku pedoman penulis karya ilmiah Jurusan Syariah Prodi Muamalah IAIN Zawiyah Cot Kala, Edisi pertama yang diterbitkan oleh IAIN Zawiyah Cot Kala Tahun 2011