AUDIT KONSTRUKSI BANGUNAN

dokumen-dokumen yang mirip
Struktur dan Konstruksi II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pemerintah, baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A TD Cahyono. Keandalan Bangunan Rumah Contoh Tahan Gempa Pre-Pabrikasi

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak

BAB V FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN JAMUR PELAPUK PADA BANGUNAN RUMAH SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKANNYA

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA

Daniel, Farah Diba, dan Harnani Husni. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak

DINDING DINDING BATU BUATAN

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian yang terkait dengan kebencanaan letusan gunung berapi

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

B. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI

III. DASAR PERENCANAAN

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

GAMBAR : PEMBANGUNAN BARU GEDUNG ICU/ICCU

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG

TKS 4406 Material Technology I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

TEKNIK JILID 2 SMK. Suparno

International Quality Waterproofing

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

SILABUS MATA PELAJARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak

Perencanaan rumah maisonet

PENGUJIAN KARAKTERISTIK MEKANIK GENTENG

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri

BAB V. akan. Pembahasan. dianalisa. adalah: data untuk. di Ujung Berung. PGRI, terletak. Gambar 11 Bagan

Spesifikasi bangunan pelengkap unit instalasi pengolahan air

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE

PERENCANAAN WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI

1- PENDAHULUAN. Baja Sebagai Bahan Bangunan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK )

BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKAT LAIK FUNGSI RUMAH SUSUN

Makalah Kusen SMK NEGERI 2 SALATIGA TUGAS KONSTRUKSI BANGUNAN XI TGB-B. Kelompok 2:

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

ANALISIS KETERANDALAN BANGUNAN

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

BAB 2 PRODUK. Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota

SANITASI DAN KEAMANAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Rencana Anggaran Biaya

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ketentuan gudang komoditi pertanian

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

PEMBUATAN SCHEDULE PROYEK PEMBANGUNAN RUKO BERLANTAI 2 DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT PROJECT 2007 MAKALAH

KATA PENGANTAR. Buku ini juga di dedikasikan bagi tugas semester 5 kami yaitu struktur dan utilitas 2. Semoga buku ini bermanfaat.

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

EBOOK PROPERTI POPULER

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

PEMBOROSAN BIAYA PEMBANGUNAN AK1BAT PENULANGAN YANG TIDAK SESUAI ATURAN TEKNIK. Tri Hartanto. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi (preventive

TESIS ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA TASIKMALAYA OLEH: ARIS WANRISNA NRP:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian yang terkait dengan kebencanaan tanah longsor

D. BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH A. PENGERTIAN

Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST


Evaluasi Kerusakan Beton Bertulang pada Kolom Bangunan Gedung Bekas Mess Korem 012/TU Ujong Karang Meulaboh Akibat Terkena Tsunami

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

MATA PELAJARAN : KERJA KAYU JENJANG PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

I. PENDAHULUAN. Pada perencanaan pembangunan sebuah pondasi harus diperhatikan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Belajar Konstruksi Kayu Langsung dari Tukang Bangunan

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

TEKNIK STRUKTUR BANGUNAN JILID 2

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

Tim Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra. [pic] Gambar 1 Tampak Depan Gedung Gereja.

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Disusun Oleh: Ignatius Christianto S

Transkripsi:

KARYA TULIS AUDIT KONSTRUKSI BANGUNAN Disusun Oleh: APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008

KATA PENGANTAR Puji syukur pada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis mengenai Audit Konstruksi Bangunan. Tulisan ini berisi tentang gambaran umum secara singkat mengenai pekerjaan mengaudit suatu bangunan bersejarah dengan cara mendata semua komponen bangunan baik yang mengalami kerusakan ataupun tidak. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan tambahan informasi dibidang perlindungan bangunan. Akhirnya penulis tetap membuka diri terhadap kritik dan saran yang membangun dengan tujuan untuk menyempurnakan karya tulis ini. Desember, 2008 Penulis

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii DAFTAR TABEL...iii DAFTAR GAMBAR...iv HASIL PENGAMATAN...3 REFERENSI...9

DAFTAR TABEL No Keterangan Halaman 1 Hasil Pembobotan Pada Tiap Kelompok Pekerjaan Konstruksi 3

DAFTAR GAMBAR No Keterangan Halaman 1 Kotoran Burung Pada Dinding Bangunan Bagian Luar Dekat Atap 4 2 Kerusakan Pada Bagian Lantai Bangunan Dibagian Luar Bangunan Utama Dan Bangunan Pendukung 3 Bagian Dalam Atap Bangunan Yang Kemungkinan Terkena Tetesan Air Hujan 4 Model Deteriorasi Pada Bangunan Gedung 6 Kondisi Atap Luar Gedung Yang Mengalami Kerusakan Akibat 8 Terkena Air Hujan Dan Terekspose Sinar Matahari

PENDAHULUAN Masalah perlindungan bangunan merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan untuk menjamin pemenuhan fungsinya. Berbagai bangunan yang dikenal selama ini memerlukan perlakuan perlindungan untuk mempertahankan fungsinya sesuai jangka waktu yang ditargetkan. Bangunan-bangunan seperti gedung perkantoran, perumahan, jembatan, dan lain-lain adalah bangunan-bangunan dengan jangka waktu penggunaan yang relatif lama. Agar target jangka waktu penggunaannya terpenuhi, maka pemeliharaanya harus dilaksanakan secara maksimal. Bangunan cagar budaya adalah salah satu bentuk / jenis bangunan yang perlu mendapatkan perlindungan bangunan yang lebih teliti karena disamping peran utamanya sebagai sebuah bangunan, keberadaan bangunan cagar budaya juga sebagai salah satu bukti perjalanan sejarah yang harus dipertahankan agar generasi-generasi selanjutnya tidak kehilangan akar budaya nenek moyang mereka. Keberadaan suatu tempat dan sejarah sangat erat dengan sumber memori individu dan memori kolektif yang memberi kontribusi pada identitas individu dan kolektif dimana karakter dan kepribadian tempat itu sendiri yang membedakannya dari tempat lain sehingga masyarakat yang tinggal di suatu tempat mempunyai rasa memiliki dan keterikatan dengan tempat itu. Bangunan tidak terlepas dari cacat bangunan yang merupakan kegagalan atau kelemahan fungsi, ketatalaksanaan, syarat-syarat atau tuntutan kebutuhan terhadap penggunaan bangunan gedung yang terrepresentasikan pada kondisi bangunan gedung tersebut, seperti kondisi struktur bangunan, bahan-bahan bangunan, layanan atau fasilitas lain yang mempengaruhi kondisi bangunan gedung (Watt, 1999). Sama seperti bangunan lainya bangunan cagar budaya juga rentan terhadap kerusakan atau cacat yang pada akhirnya dapat menyebabkan hancur dan musnahnya bangunan cagar budaya tersebut, sehingga identifikasi awal sangat diperlukan agar kerusakankerusakan yang terjadi dapat diketahui sebelum kerusakan yang terjadi menjadi lebih parah. Pemeriksaan atau survey sangat penting dilakukan pada bangunan. Pada suatu tipe bangunan tertentu, diperlukan sejumlah persyaratan atau ukuran yang dapat menetapkan kondisi bangunan tersebut. Pada saat ukuran kondisi bangunan (benchmark) tidak dapat ditentukan, maka kerusakan, devisiensi, dan ukuran

keparahan (severity) dapat digunakan sebagai acuan untuk kondisi bangunan. Tingkat keparahan sebuah kerusakan bangunan dan hal-hal yang berkaitan dengan kerusakan, deteriorasi, atau pelapukan yang diperkirakan mempengaruhi kondisi bangunan gedung ditentukan berdasarkan persepsi dan ekspektasi dari penghuninya. Kerusakan atau tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan pengaruhnya terhadap bangunan, tergantung pada determinasi awal, prioritas perbaikan, pemeliharaan, atau pekerjaan lain untuk meningkatkan performan atau kapabilitas. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan survey pada salah satu bagunan cagar budaya yaitu Istana Kepresidenan Cipanas untuk mengetahui keandalan seluruh atau sebagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya sekarang dan mengetahui kegiatan perawatan baik memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan guna menyatakan kelaikan fungsinya.

HASIL PENGAMATAN Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kondisi bangunan Istana Kepresidenan Cipanas diperoleh hasil sebagaimana disajikan dalam Tabel 3 berikut : Tabel 3. Hasil Pembobotan Pada Tiap Kelompok Pekerjaan Konstruksi N o Objek pengamatan 1. Pekerjaan kuda-kuda - Kuda-kuda - Rangka atap - Pendukung kuda-kuda - Penutup atap Bobot (BB) % 27 9 8 2 Hasil Pemeriksaan B S RR RS RP Nilai (Sn) 8 40 2. Pondasi 24 120 3. Rangka 19 dinding - Balok sloof 2 - Kolom 2 - Kolom 4 20 praktis - Balok 2 atas/ring beton 4. Langit-langit - Rangka - Plafon 10 6 4 0 20. Dinding 8 4 32 wallpaper rusak; ada kotoran burung 6. Kusen/daun - Pintu - Jendela 6 3 3 1 1 7. Lantai 4 4 16 di bagian luar turun; retak; pecah 8. Drainase halaman - Alat penerimaan air buangan - Saluran pembuangan - jalan 9. Utilitas - Penerangan 1 0,2 0, BB x Sn 4 40 10 0,2 2, 1 0,2 1,2 1,2 2, Ket

- Air - Pengatur udara - Telekomunik asi 0,2 0,2 0,2 1,2 1,2 TOTAL 100 488 Ket: B= Baik S= Sedang RR= Rusak Ringan RS= Rusak Sedang RP= Rusak parah 1,2 = 97,6% Dari Tabel 3 di atas dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan kondisi bangunan istana tergolong masih terawat dan mempunyai nilai 97,6 % atau masuk dalam kategori baik yaitu komponen tersebut masih berfungsi dengan baik dan ada pemeliharaan rutin Baiknya kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya 1). Jenis kayu yang digunakan adalah kayu dengan jati kualitas prima baik untuk rangka atap atas maupun untuk pintu dan jendela, 2). Pada struktur dinding gedung pembuatannya selain menggunakan bata merah juga diperkuat atau dilapisi dengan kerangka baja dan 3). Selalu dilakukan perawatan secara rutin. Pemeliharaan atau perawatan bangunan yang rutin dan pengawasan berkala yang terus menerus dilakukan oleh pihak pengelola istana terutama bagian rumah tangga. Pengawasan dan peninjauan secara rutin juga dilakukan oleh pemandu istana (guide) saat mereka bertugas memandu. Hal ini sesuai dengan tujuan perawatan yaitu usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi agar bangunan dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Gambar 1 Kotoran Burung Pada Dinding Bangunan Bagian Luar Dekat Atap Namun demikian pada bangunan tersebut terjadi juga beberapa kerusakan, umumnya merupakan kerusakan non-struktural yaitu kerusakan pada pekerjaan finishing seperti plesteran berupa retak rambut pada dinding bangunan, pemasangan

keramik/lantai berupa ubin yang terangkat karena pergeseran tanah (Gambar 2), terkelupasnya wall paper pada ruang tamu dan ruang makan gedung induk, kondisi penutup atap dimana di beberapa bagian terdapat bekas bocoran air hujan (Gambar 3). Pada bagian atap diluar bangunan terdapat juga sedikit kerusakan terutama yang bersinggungan dengan talang. Akibat kerusakan atau kebocoran tersebut menyebabkan kerusakan juga pada bahan bangunan dibawahnya (Gambar 2). Kerusakan lainnya disebabkan oleh burung yang bersarang di sebagian atap bangunan (Gambar 1). Jika dibiarkan, lama kelamaan akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar dimana akan mengundang faktor-faktor perusak bangunan. Gambar 2. Kerusakan Pada Bagian Lantai Bangunan Dibagian Luar Bangunan Utama Dan Bangunan Pendukung. Gambar 3. Bagian Dalam Atap Bangunan Yang Kemungkinan Terkena Tetesan Air Hujan. Menurut Triwiyono (2003) dalam Sulaiman (200) bahwa setiap kerusakan diusahakan dapat dideteksi sedini mungkin. Satu kerusakan dapat merembet, memicu dan memperparah kerusakan lainnya. Semakin dini dilakukan perbaikan maka semakin kecil biaya perbaikan tersebut atau semakin kecil biaya investasi total

bangunan. Agar bangunan dapat berfungsi selama layanannya (Gambar 4) maka perlu dilakukan perbaikan. Dari gambar tersebut terlihat bahwa perbaikan I dan II (umur bangunan T1 dan T2) menjadikan umur bangunan dari yang tidak mampu menjadi mampu bertahan dalam masa pemakaian yaitu selama Tn. Jika tidak dilakukan perbaikan sama sekali dalam masa pemakaiannya, maka umur bangunan tidak mencapai Tn dan garis kurva menunjukkan biaya perbaikan yang semakin tinggi. Kurva Model Deteriorasi Pada Bangunan Gedung Incepient Akselerasi Decelaselerasi Perawatan Energi Perawatan Waktu Gambar 4. Model Deteriorasi Pada Bangunan Gedung Bangunan Istana Negara Cipanas dominan menggunakan bahan kayu kelas awet I-II sebagai penyusun bahan konstruksi bangunan sehingga meskipun telah berumur 264 tahun namun masih tetap berfungsi dan masih eksis dalam memberikan fungsi dan pelayanannya. Selain itu, di Istana tersebut mempunyai penjaga, khususnya dalam mengawasi atau menjaga anggota konstruksi dari serangan iklim secara langsung. Perlakuan yang diberikan sederhana saja yaitu menjaga dan mencegah atap dari kebocoran. Bangunan istana merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan sebagai warisan budaya bangsa. Kasus ini mungkin membuka pengetahuan kita mengenai umur suatu bahan bangunan berupa kayu yaitu mempunyai umur pakai yang tahan lama.

Menurut Yap (1997), kayu dari kelas awet I, II dan III dapat bertahan selamalamanya jika ditempatkan pada kondisi yang tidak disenangi oleh unsur-unsur perusak kayu. Sedangkan kelas awet IV dan V akan bertahan selama 20 tahun lebih jika dilakukan perlakuan yang sama. Jenis dan sifat bahan bangunan yang digunakan juga sangat menentukan hasil yang diperoleh dari keterandalan bangunan. Penutup atap merupakan penentu utama dalam keterandalan ruangan. Hasil pengamatan terlihat genteng merupakan jenis penutup atap yang ideal dalam menentukan keterandalan bangunan, kemudian diikuti oleh seng aluminium, asbes gelombang dan yang paling jelek dalam menjaga komponen di bawah penutup atap ialah jenis penutup atap dari bahan seng bergelombang (Sulaiman 200). Penyebab kerusakan bangunan pada umumnya disebabkan oleh kesalahan manusia dalam merancang bangunan dan dalam pelaksanaannya, berupa buruknya konstruksi awal gedung dan kurangnya perawatan yang memadai setelah konstruksi. Namun dalam kasus Istana Cipanas ini perawatan bangunannya cukup memadai sebagaimana yang telah diuraikan di awal tulisan ini. Selain manusia, faktor perusak bangunan lainnya adalah perusak biologis misalnya rayap dan jamur. Namun dalam pengamatan terhadap istana Cipanas ini tidak ditemukan adanya rayap, yang ada hanya jamur yang tumbuh pada lipslank yang terkena bocoran air hujan dan pada kuda-kuda di bagian rangka atap (Gambar ). Hal ini disebabkan karena penutup atap tidak dijaga dari kebocoran atau penutup atap tidak melebar keluar, sehingga air hujan akan langsung mengenai lipslank tersebut sehingga menjadi lembab dan mengundang kehadiran jamur. Namun demikian pelapukan tetap dapat terjadi walau tanpa kehadiran jamur yaitu disebabkan oleh intensitas serangan air yang tidak diimbangi dengan pemasukan dan pengeluaran air.

Gambar. Kondisi Atap Luar Gedung Yang Mengalami Kerusakan Akibat Terkena Air Hujan Dan Terekspose Sinar Matahari Menurut Hunt dan Garrat (1986) dalam Sulaiman (200), pelapukan disebabkan oleh perubahan kadar air yang berulang-ulang, karena kayu bersifat higroskopis kayu mudah dipengaruhi oleh perubahan kelembaban atmosfir akibatnya permukaan kayu yang tidak terlindung akan mengabsorbsi lembab sehingga akan mengembang dalam kondisi basah dan menyusut dalam kondisi kering. Tetapi karena lambatnya transfusi kadar air timbulnya gaya tarik dan gaya tekan secara bergantian yang akhirnya menimbulkan kerusakan pada permukaan kayu. Selain itu faktor jamur, cahaya, air, angin, suhu dan partikel debu turut berperan dalam proses pelapukan kayu. Menurut Nandika (1997) dalam Sulaiman (200), air berperan penting dalam kerusakan kayu di bangunan. Pelapukan dapat terjadi bila terdapat jamur, sumber air dan sumber makanan (kayu). Sumber air yaitu air yang berada dalam kayu, air hujan, kondensasi/pengembunan, air tanah, air metabolisme dan pembasahan oleh pipa air. Faktor perusak biologis lain yaitu tumbuh-tumbuhan tidak didapati sebagai agen perusak karena semuanya tertata dengan rapi dan tidak ada yang berinteraksi langsung dengan bangunan, misalnya sebagai tanaman merambat maupun mengganggu bangunan dengan cabangnya. Namun yang mungkin dapat mengganggu adalah akar tanaman yang dapat mengganggu struktur pondasi dan lantai bangunan, tetapi dalam pengamatan juga tidak didapati kerusakan bangunan yang dapat diindikasikan sebagai gamgguan akar.

REFERENSI Watt DS.1999.Building Pathology Timber in Contruction, Principles and Practise. Blackwell Science. Leicester: De Montfort University. Keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah. Nomor: 332/kpts/m/2002. Tanggal 21 agustus 2002. Tentang pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara Undang-undang republik indonesia. Nomor 28 tahun 2002. Tentang Bangunan gedung Marpaung M A, 2001. Metode Konservasi Benda cagar Budaya dari Bahan Kayu, Direktorat Purbakala Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Jakarta. Samidi, 2001. Konservasi Bangunan cagar Budaya dari Kayu, Direktorat Purbakala Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Jakarta. Sulaiman. 200. Keterandalan Konstruksi Bangunan Pendidikan. Thesis Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Yap, K.H.F. 1997. Konstruksi Kayu. Binacipta.