ANALISA TEGANGAN DAN REGANGAN PADA PERKERASAN PORUS DENGAN SKALA SEMI LAPANGAN DAN SOFTWARE ANSYS

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA TEGANGAN DAN REGANGAN PADA PONDASI PERKERASAN PORUS DENGAN SKALA SEMI LAPANGAN DAN SOFTWARE ANSYS

ANALISIS TEGANGAN, REGANGAN, DAN DEFORMASI PADA PERKERASAN LENTUR PORUS DAN KONVENSIONAL DENGAN SKALA SEMI LAPANGAN NASKAH TERPUBLIKASI TEKNIK SIPIL

STRUKTUR PERKERASAN PORUS MENGGUNAKAN PEMBEBANAN SKALA MODEL

PENGARUH PENAMBAHAN ADDITIVE GILSONITE HMA MODIFIER GRADE TERHADAP KINERJA ASPAL PORUS JURNAL

MODULUS RESILIENT TANAH DASAR DALAM DESAIN STRUKTUR PERKERASAN LENTUR SECARA ANALITIS

PENGGUNAAN ALAT MARSHALL UNTUK MENGUJI MODULUS ELASTISITAS BETON ASPAL

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK KAYU JATI TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN ASPAL PORUS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH SUHU PERKERASAN TERHADAP UMUR PELAYANAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITIS (STUDI KASUS JALAN TOL SEMARANG)

RINGKASAN. Kata Kunci : Tanah Ekspansif, Repetisi Beban, Tegangan Tanah, Penurunan Tanah

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP MODULUS ELASTISITAS DAN ANGKA POISSON BETON ASPAL LAPIS AUS DENGAN BAHAN PENGISI KAPUR

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2011 Dengan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH BETON SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN ASPAL PORUS DENGAN TAMBAHAN GILSONITE JURNAL

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

B U K U A J A R. Mata Kuliah : Rekayasa Jalan 2 (Perkerasan Jalan) SKS : 1 Semester : 4 Program Studi : Diploma III Jurusan Teknik Sipil

Outline Bahan Ajar. Prasyarat : MK Perancangan Geometri Jalan (TKS 7311/2 sks/smt V) Dosen Pengampu : Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T.

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

PENGARUH KANDUNGAN AIR HUJAN TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON (LASTON)

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

RINGKASAN. Kata Kunci : Tanah Ekspansif, Pengaruh Kadar Air Subgrade, Rutting Aspal, Deformasi arah Vertikal Aspal, Regangan Aspal, Model Perkerasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN MEKANISTIK EMPIRIS OVERLAY PERKERASAN LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK KAYU JATI TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL DENGAN CAMPURAN ASPAL PORUS NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

EVALUASI MATERIAL WEARING COURSE PADA PELAPISAN ULANG JALAN TOL TANGERANG MERAK

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

Naskah Publikasi Ilmiah. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh :

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

Uji Kelayakan Agregat Dari Desa Galela Kabupaten Halmahera Utara Untuk Bahan Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

KINERJA LABORATORIUM DARI CAMPURAN BETON ASPAL LAPIS AUS (AC- WC) MENGGUNAKAN ASPAL MODIFIKASI POLIMER NEOPRENE (253M)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KERAMIK SEBAGAI TAMBAHAN AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL

KAJIAN PERKUATAN LAPISAN BETON ASPAL DENGAN GEOGRID UNTUK MENAHAN KERUSAKAN PERUBAHAN BENTUK

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

ANALISA PENGARUH KONDISI PONDASI MATERIAL BERBUTIR TERHADAP UMUR PELAYANAN JALAN DENGAN METODE ANALITIS (STUDI KASUS JALAN TOL SEMARANG)

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

sebagai perbandingan antara tegangan yang bekerja dan regangan pada waktu pembebanan t : St = (2)

BAB II Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB I PENDAHULUAN. lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Secara struktural

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspal dapat digunakan sebagai wearing course, binder course, base course dan

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP TEGANGAN DAN PENURUNAN SUBGRADE TANAH EKSPANSIF PADA MODEL PERKERASAN LENTUR

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC)

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

KAJIAN NILAI MODULUS REAKSI SUBGRADE DAN NILAI CBR BERDASARKAN PENGUJIAN DI LABORATORIUM

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

PENGARUH PENAMBAHAN POLYURETHANE TERHADAP STABILITAS CAMPURAN BERASPAL BERPORI

KAJIAN KADAR ASPAL HASIL EKSTRAKSI PENGHAMPARAN DAN MIX DESIGN PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (ACWC) GRADASI HALUS

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki jumlah penduduk yang cukup

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR

PENGARUH RESAPAN AIR (WATER ADSORPTION) TERHADAP DAYA DUKUNG LAPIS PONDASI TANAH SEMEN (SOIL CEMENT BASE)

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

Transkripsi:

ANALISA TEGANGAN DAN REGANGAN PADA PERKERASAN PORUS DENGAN SKALA SEMI LAPANGAN DAN SOFTWARE ANSYS Ela Firda Amaliyah, Tyas Ayu Widiningrum, Ludfi Djakfar, Harimurti Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan M.T. Haryono 167 Malang 65145, Jawa Timur-Indonesia E-mail: elafirdaamaliyah@gmail.com, tyasayuwidiningrum@gmail.com ABSTRAK Perkerasan porus merupakan perkerasan yang mengijinkan air masuk kedalam lapisan perkerasan untuk dialirkan kedalam tanah karena memiliki porositas dan permeabilitas yang tinggi. Namun, hal ini menyebabkan ikatan agregat perkerasan lebih lemah sehingga kekuatannya pun berkurang. Maka, perlu dilakukan penelitian terkait perilaku perkerasan porus yaitu tegangan dan regangan aspal porus dalam menerima beban. Untuk itu, penulis mengadakan penelitian dengan tujuan mengukur regangan pada struktur perkerasan porus skala semi lapangan yang diberi beban dinamis dan beban statis, mengukur tegangan dan regangan struktur perkerasan porus dengan ANSYS dan membandingkan hasil regangan antara pengukuran skala semi lapangan dengan pengukuran menggunakan software ANSYS. Pada penelitian ini, digunakan kriteria perkerasan yang menyerupai kondisi sesungguhnya baik pada beban, material, maupun ketebalannya. yang digunakan merupakan beban satu roda sebesar 17 kg/cm 2. Material subbase berupa batu pecah dengan gradasi kelas B, base berupa batu pecah gradasi kelas A, dan surface berupa aspal porus dengan tambahan 8% additive gilsonite. Metodologi penelitian pada pengukuran regangan perkerasan porus skala semi lapangan yaitu regangan dan tegangan yang diukur hanya pada bagian bawah aspal porus. Pertama, perkerasan porus diberikan beban dinamis lalu nilai regangan dibaca setiap 50 kali lintasan hingga 1000 lintasan. Selanjutnya, regangan juga diukur menggunakan beban statis. Sedangkan untuk Finite Element Method dilakukan pengukuran tegangan dan regangan dengan beban statis. Regangan dari pengukuran dengan skala semi lapangan menggunakan beban dinamis, pengukuran dengan skala semi lapangan menggunakan beban statis, dan regangan dari ANSYS dibandingkan satu sama lain. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa regangan yang terjadi pada bagian bawah aspal adalah regangan tarik. Namun, pemberian beban dinamis dan beban statis menyebabkan nilai regangan yang berbeda. Pada analisis ANSYS, tegangan berupa tarik dimana nilai maksimum berada tepat dibawah roda dan akan semakin berkurang seiring dengan jaraknya terhadap beban roda. Regangan dari analisis ANSYS dengan beban statis mendapat nilai yang berbeda dengan hasil regangan dari pengukuran skala semi lapangan yang diberi beban statis dan beban dinamis karena pengaruh perlakuan beban dan karakteristik material.. Kata kunci : Regangan, Tegangan, Perkerasan Porus, Skala Semi Lapangan, ANSYS 1. Latar Belakang Perkerasan porus merupakan perkerasan yang tidak kedap air karena memiliki porositas dan permeabilitas yang tinggi sehingga air diizinkan untuk masuk ke dalam lapisan perkerasan jalan untuk kemudian diresapkan ke tanah. Namun, sifat porositas yang terdapat pada porous pavement membuat ikatan yang terjadi antar agregat berkurang sehingga kekuatan dalam menahan beban menjadi lebih kecil apabila dibandingkan dengan perkerasan konvensional. Akibatnya, perkerasan porus biasanya hanya digunakan pada jalan dengan beban lalu lintas yang kecil. Dalam perencanaan struktur perkerasan porus, terdapat aspek lain yang perlu untuk diperhatikan selain kekuatan bahan-bahan penyusunnya. Aspek tersebut diantaranya adalah perilaku perkerasan dalam menerima beban yang ditunjukkan dengan tegangan dan regangannya. Mengingat pentingnya mengetahui tegangan dan regangan yang terjadi pada perkerasan porus, maka peneliti ingin melakukan pengujian perkerasan porus, lebih tepatnya pada aspal porus dengan dua metode, yaitu 1

skala semi lapangan dan analisis elemen hingga menggunakan software ANSYS. Skala semi lapangan dipilih agar dapat lebih mewakili kenyataan di lapangan dan analisis elemen hingga digunakan sebagai pembanding hasil penelitian skala semi lapangan. Dengan dasar tersebut, maka penyusun akan mengangkat topik dalam tugas akhir ini dengan judul Analisa Tegangan dan Regangan pada Perkerasan Porus dengan Skala Semi Lapangan dan Software ANSYS. 2. Rumusan Masalah 1) Bagaimana pengukuran regangan pada struktur perkerasan porus skala semi lapangan yang diberi beban dinamis dan beban statis? 2) Bagaimana pengukuran tegangan dan regangan struktur perkerasan porus dalam Finite Element Method menggunakan software ANSYS? 3) Bagaimana perbandingan hasil regangan antara pengukuran skala semi lapangan dengan pengukuran menggunakan software ANSYS? 3. Tujuan Penelitian 1) Mengukur regangan pada struktur perkerasan porus skala semi lapangan yang diberi beban dinamis dan beban statis 2) Mengukur tegangan dan regangan struktur perkerasan porus dengan Finite Element Method menggunakan software ANSYS 3) Membandingkan hasil regangan antara pengukuran skala semi lapangan dengan pengukuran menggunakan software ANSYS 4. Tinjauan Pustaka 4.1 Perkerasan Berpori (Porous Pavement) Porous pavement adalah perkerasan yang direncanakan dengan menggunakan bahan material yang mampu merembeskan aliran air ke dalam lapisan tanah di bawahnya. 4.2 Tegangan dan Regangan pada Perkerasan Konsep penyaluran beban pada perkerasan yaitu beban menyebar ke bawah sejauh ketebalan perkerasan dimana pengaruh beban akan semakin kecil seiring dengan bertambahnya kedalaman. Tegangan dan regangan yang diterima oleh perkerasan akibat beban mengalami pengurangan dan pada akhirnya nilai tegangan dan regangan yang terjadi dapat diabaikan. Tegangan dan regangan pada lapisan perkerasan diperoleh dengan penempatan alat uji pada lapisan perkerasan. Dalam perencanaan atau evaluasi, lokasi pengujian yang ditinjau berada pada permukaan aspal, bawah aspal, lapisan pondasi, dan permukaan tanah dasar. Lokasi tersebut akan dijadikan dasar dalam perencanaan atau evaluasi kinerja perkerasan. Perilaku perkerasan saat menerima beban yaitu pada bagian bawah lapisan permukaan terjadi regangan tarik, bagian bawah lapisan pondasi terjadi tegangan tarik, dan pada tanah dasar terjadi tegangan dan regangan tekan. 4.3 Pemodelan Perkerasan Skala Semi Lapangan Pemodelan perkerasan porus skala semi lapangan menggunakan konsep metode analitis. Metode analitis menggunakan beberapa langkah yaitu: 1) Mengasumsi bentuk perkerasan 2) Menetapkan beban 3) Memperkirakan material yang akan digunakan 4) Menganalisa tegangan, regangan, dan lendutan pada titik kritis 5) Membandingkan hasil yang diperoleh dengan tegangan ijin 6) Apabila belum memenuhi, maka diulangi kembali langkah 3, 4, dan 5 hingga didapatkan desain yang sesuai 7) Mempertimbangkan aspek ekonomi 2

4.4 ANSYS ANSYS merupakan program yang bekerja dengan prinsip metode elemen hingga, dimana model yang dibuat akan dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian kecil ini disatukan dengan titik simpul (node). Ketelitiannya sangat bergantung pada cara memecah model tersebut dan menggabungkannya. Parameter-parameter yang digunakan yaitu modulus elastisitas, poisson ratio, kepadatan, tebal lapisan perkerasan, dan beban. 5. Metodologi Penelitian 5.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 hingga selesai di tempat parkir jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. 5.2 Pengujian Material Pengujian terhadap material meliputi pengujian analisa saringan, pemadatan standar, dan CBR. 5.3 Pengembangan Alat a. Mesin Penguji c. Strain Meter dan Cable Switch Gambar 3 Strain Meter (Kiri) dan Cable Switch (Kanan) 5.4 Pengukuran Regangan pada Perkerasan Porus dengan Skala Semi Lapangan Struktur perkerasan porus memiliki dimensi seperti Gambar 4 dan Gambar 5. Aspal Porus Base Subbase Tanah Dasar 200 cm 10 cm 20 cm Gambar 4 Struktur Perkerasan Porus Skala Semi Lapangan Potongan Memanjang ~ Aspal Porus Base 151 150 cm cm 61 cm 0,43 cm 3 cm 10 cm Gambar 1 Mesin Penguji b. Strain Gauge Subbase Tanah Dasar 20 cm ~ Gambar 5 Struktur Perkerasan Porus Skala Semi Lapangan Potongan Melintang Gambar 2 Strain Gauge 3

gandar sumbu tunggal kendaraan sebesar 8160 kg dengan bidang kontak roda 11 cm x 11 cm yang menimbulkan tegangan 17 kg/cm 2. Bidang kontak roda yang digunakan pada pengukuran skala semi lapangan sebesar 1cm x 1cm sehingga diperoleh nilai beban yang akan digunakan yaitu 17 kg dan strain gauge dipasang pada tiga lokasi di bawah aspal porus seperti pada Gambar 6. Aspal Porus Base Subbase Tanah Dasar 150 cm 61 cm 0,43 cm 3 cm 10 cm 20 cm ~ Gambar 7 Dimensi Struktur Perkerasan Porus Model 1 151 150 cm 61 cm x 0,43 cm cm Gambar 6 Lokasi Strain Gauge Aspal Porus Base 3 cm 10 cm 5.5 Pengukuran Tegangan dan Regangan pada Perkerasan Porus dengan Software ANSYS Struktur perkerasan porus dimodelkan menjadi dua, yaitu model pertama menggunakan tebal aspal 3 cm dan model kedua menggunakan tebal aspal 3 cm dikurangi dengan nilai perubahan ketebalan aspal pada jalur atau lintasan beban saat pengukuran dengan skala semi lapangan yang diakibatkan oleh pembebanan. Perbedaan dimensi ketebalan kedua model ditunjukkan dalam Gambar 7 dan Gambar 8. Dimensi x pada Gambar 8 menunjukkan nilai lendutan aspal pada pengukuran regangan skala semi lapangan. Subbase Tanah Dasar Gambar 8 Dimensi Struktur Perkerasan Porus Model 2 6. Hasil dan Pembahasan 6.1 Pengujian Karakteristik Aspal Porus Pengujian karakteristik marshall aspal porus ditunjukkan dalam Tabel berikut ini: Tabel 1 Hasil Karakteristik Marshall Karakteristik Gilsonite Kadar Marshall 0% Kadar Gilsonite 8% VIM 18,863 % 8,141 % Stabilitas 515,081 kg 805,196 kg Flow 2,332 mm 3,7783mm 20 cm MQ 223,064 kg/mm 219,216 kg/mm Sumber: Burhanuddin dan Ramadhan (2014) ~ 4

Tabel 2 Hasil Pengujian Permeabilitas Aspal Porus Aspal Porus + 0% gilsonite Aspal Porus + 8% gilsonite Kadar Debit Debit Aspal (cm 3 KAO /det) (cm 3 /detik) 4% 906,263 5% 987,453 6% 698,212 5,75% 880,905 7% 605,717 Sumber: Ramadhan dan Burhanuddin (2014) 6.2 Pengujian Karakteristik Batu Pecah sebagai Lapis Pondasi 1) Kepadatan Hasil pengujian kepadatan di laboratorium untuk lapisan pondasi atas sebesar 1,7867 gr/cm 3 dan pondasi bawah sebesar 1,8052 gr/cm 3, sedangkan dari pngujian sand cone di lapangan, diperoleh kepadatan lapisan pondasi atas sebesar 1,6874 gr/cm 3 dan lapisan pondasi bawah sebesar 1,8352 gr/cm 3. 2) Pengujian CBR Dari hasil pengujian, diperoleh nilai CBR agregat untuk lapisan pondasi atas sebesar 81,925% sedangkan nilai CBR agregat untuk lapisan pondasi bawah sebesar 74,511%. 3.3 Pengujian Karakteristik Tanah Dasar 1) Analisa Saringan Dari analisa saringan, diperoleh bahwa tanah dasar merupakan tanah golongan A-2-6 yaitu tanah pasir berlempung. 2) Berat Isi Dari hasil pengujian, diperoleh nilai berat isi tanah sebesar 1,57 gram/cm 3. 3) CBR Dari pengujian di laboratorium, didapatkan nilai CBR tanah dasar sebesar 14,67% sedangkan dari hasil DCP, diperoleh CBR tanah dasar (subgrade) sebesar 15,88%. 6.3 Pengukuran Regangan Aspal Porus Skala Semi Lapangan yang diberi Dinamis Tabel 3 menunjukkan hasil pengukuran regangan aspal porus dengan skala semi lapangan. Tabel 3 Regangan Aspal Porus Skala Semi Lapangan dengan Dinamis Lin- Regangan (m/m) ta- san 50 2,80 x10-5 2,80 x10-5 2,80 x10-5 100 8,00 x10-6 2,00 x10-6 8,00 x10-6 150 1,50 x10-5 1,50 x10-5 1,50 x10-5 200 1,00 x10-6 1,00 x10-6 1,00 x10-6 250 2,10 x10-5 2,10 x10-5 2,90 x10-5 300 5,00 x10-6 4,00 x10-6 4,00 x10-6 350 4,50 x10-5 4,80 x10-5 2,80 x10-5 400 1,80 x10-5 1,40 x10-5 6,00 x10-6 450 1,80 x10-5 1,80 x10-5 6,00 x10-6 500 1,00 x10-6 1,00 x10-6 3,10 x10-5 550 1,70 x10-5 1,90 x10-5 7,00 x10-6 600 4,00 x10-5 2,70 x10-5 6,00 x10-6 650 1,00 x10-6 5,00 x10-6 1,40 x10-5 700 3,00 x10-6 4,00 x10-6 3,10 x10-5 750 2,00 x10-6 2,00 x10-6 2,00 x10-6 800 1,10 x10-5 5,00 x10-6 1,40 x10-5 850 1,00 x10-6 1,80 x10-5 1,50 x10-5 900 5,00 x10-6 5,00 x10-6 3,00 x10-6 950 1,00 x10-6 2,00 x10-6 1,00 x10-6 1000 1,00 x10-6 2,00 x10-6 1,00 x10-6 5

Regangan (x10^-6) Regangan (x10^-6) 50 40 30 20 10 0 Gambar 9 Hubungan Regangan-Lintasan Lokasi 1 50 40 30 20 10 0 0 500 1000 Lintasan (kali) 0 500 1000 Lintasan (kali) Gambar 10 Hubungan Regangan-Lintasan Lokasi 2 Gambar 11 Hubungan Regangan-Lintasan Lokasi 3 Dari ketiga gambar di atas, diketahui hubungan antara lintasan dengan regangan dengan lintasan pada ketiga lokasi memiliki model serupa walaupun nilainya berbeda. Pada mula-mula, regangan mengalami kenaikan hingga mencapai suatu titik pada lintasan tertentu kemudian turun hingga pada lintasan terakhir. Nilai regangan yang naik turun ini disebabkan material perkerasan belum kembali ke bentuk semula dengan sempurna, namun telah terkena beban lagi. 6.4 Hasil Pengukuran Regangan Perkerasan Porus dengan Skala Semi Lapangan Statis Tabel 4 Regangan Aspal Porus Skala Semi Lapangan dengan Statis Lokasi Regangan (m/m) 1 1,48 x 10-03 2 1,356 x 10-03 3 8,36 x 10-04 Regangan skala semi lapangan dengan beban statis ini lebih besar daripada nilai regangan skala semi lapangan dengan beban dinamis karena dipengaruhi oleh lamanya waktu beban yang berhenti diatas perkerasan. Semakin lama suatu material diberi beban maka material akan mengalami kelelahan yang menyebabkan nilai regangan tinggi pada beban statis. 6.5 Analisa Tegangan dari Pengukuran Skala Semi Lapangan dengan Dinamis Hubungan tegangan dengan regangan ditunjukkan pada Persamaan di bawah ini: σ = ε x E dimana σ = Tegangan (MPa) ε = Regangan (m/m) E = Modulus Elastisitas (MPa) Tabel 5 Tegangan Aspal Porus Skala Semi Lapangan dengan Dinamis Lin- Tegangan (MPa) ta- san 50 7,53 x 10-2 7,53 x 10-2 7,53 x 10-2 100 2,15 x 10-2 5,38 x 10-3 2,15 x 10-2 150 4,03 x 10-2 4,03 x 10-2 4,03 x 10-2 200 2,69 x 10-3 2,69 x 10-3 2,69 x 10-3 250 5,65 x 10-2 5,65 x 10-2 7,80 x 10-2 6

300 1,34 x 10-2 1,08 x 10-2 1,08 x 10-2 350 1,21 x 10-1 1,29 x 10-1 7,53 x 10-2 400 4,84 x 10-2 3,76 x 10-2 1,61 x 10-2 450 4,84 x 10-2 4,84 x 10-2 1,61 x 10-2 500 2,69 x 10-3 2,69 x 10-3 8,34 x 10-2 550 4,57 x 10-2 5,11 x 10-2 1,88 x 10-2 600 1,08 x 10-1 7,26 x 10-2 1,61 x 10-2 650 2,69 x 10-3 1,34 x 10-2 3,76 x 10-2 700 8,07 x 10-3 1,08 x 10-2 8,34 x 10-2 750 5,38 x 10-3 5,38 x 10-3 5,38 x 10-3 800 2,96 x 10-2 1,34 x 10-2 3,76 x 10-2 850 2,69 x 10-3 4,84 x 10-2 4,03 x 10-2 900 1,34 x 10-2 1,34 x 10-2 8,07 x 10-3 950 2,69 x 10-3 5,38 x 10-3 2,69 x 10-3 1000 2,69 x 10-3 5,38 x 10-3 2,69 x 10-3 Gambar 14 Hubungan Lintasan dan Tegangan pada Lokasi 3 Hubungan tegangan dengan lintasan pada ketiga lokasi memiliki model serupa walaupun nilainya berbeda. Tegangan mengalami kenaikan hingga mencapai suatu titik pada lintasan tertentu kemudian turun hingga pada lintasan terakhir. Nilai tegangan yang naik turun ini disebabkan material perkerasan belum kembali ke bentuk semula dengan sempurna, namun telah terkena beban lagi. 6.6 Analisa Tegangan dari Pengukuran Skala Semi Lapangan dengan Statis Gambar 12 Hubungan Lintasan dan Tegangan pada Lokasi 1 Gambar 13 Hubungan Lintasan dan Tegangan pada Lokasi 2 Tabel 6 Tegangan Skala Semi Lapangan dengan Statis Lokasi Tegangan (MPa) 1 3,97972 2 3,646284 3 2,248004 Tegangan pada ketiga lokasi seharusnya bernilai sama, perbedaan nilai ini dikarenakan pada saat pembuatan material perkerasan pemadatan antara ketiga lokasi berbeda. Sehingga nilai tegangan memiliki perbedaan. Hal ini sama dengan nilai regangan yang pada tiap lokasi juga memiliki nilai berbeda, karena tegangan dan regangan berbanding lurus. 7

6.7 Parameter Pemodelan Perkerasan Porus dengan Software ANSYS 1) Modulus Elastisitas (E) a. Aspal Porus Modulus elastisitas didapatkan dari hubungan antara stabilitas Marshall dengan modulus elastisitas sehingga diperoleh nilai modulus sebesar 2689 MPa. b. Lapisan Base Modulus elastisitas lapisan base diperoleh dari hubungan modulus resilien dengan CBR. Mr = 2555 x CBR 0,64 = 2555 x 81,925 0,64 = 42852,6252 Psi = 295,4585 MPa c. Lapisan Subbase Modulus elastisitas subbase diperoleh dari hubungan modulus resilien dengan CBR sehingga diperoleh CBR sebesar 278,0551 MPa d. Tanah Dasar Modulus elastisitas tanah dasar diperoleh dari hubungan dengan CBR dimana E = 10 x CBR sehingga diperoleh nilai modulus elastisitas tanah dasar sebesar 158,8 MPa 2) Poisson Ratio (ν) Tabel 7 Nilai Poisson ratio Material Poisson Ratio Aspal Porus 0,35 Lapisan 0,40 Pondasi Tanah Dasar 0,45 Sumber: Neville (1975) 3) Kepadatan setiap lapisan Tabel 8 Nilai Kepadatan (Density) setiap Lapisan Perkerasan Material/ Lapisan Density Aspal Porus 2,083 gram/cm 3 Base 1,6874 gram/cm 3 Subbase 1,8352 gram/cm 3 Subgrade 1,7231 gram/cm 3 4) Tebal setiap Lapisan Perkerasan 5) yang diberikan berupa beban statis sebesar 17 kg/cm 2. 6.8 Hasil Analisis Tegangan dan Regangan Aspal Porus dengan Software ANSYS Tabel 9 Tegangan pada Aspal Porus Model 1 Kedalaman Tegangan (x 10 3 Pa) No (cm) 1 0,3 277,17 285,45 276,05 2 0,6 218,61 224,45 217,74 3 0,9 160,05 163,45 159,44 4 1,1 101,50 102,45 101,13 5 1,4 75,22 76,11 74,91 6 1,7 48,95 49,78 48,69 7 2 22,69 23,45 22,48 8 2,3 16,58 19,03 16,30 9 2,6 10,47 14,62 10,13 10 3 4,38 10,23 4,02 Tabel 10 Tegangan pada Aspal Porus Model 2 Kedalaman Tegangan (x 10 3 Pa) No (cm) 1 0,3 736,58 704,98 722,81 2 0,6 584,24 555,80 572,23 3 0,9 431,94 406,66 421,67 4 1,1 279,76 257,62 271,13 5 1,4 221,73 213,22 217,86 6 1,7 163,71 168,87 164,72 7 2 105,74 124,64 141,27 8 2,3 120,23 136,47 126,52 9 2,6 134,78 148,38 111,88 10 3 13,43 14,29 14,18 Dari Tabel 9 dan Tabel 10, tegangan pada bawah aspal memiliki nilai yang berbeda. Tegangan pada model pertama lebih kecil daripada tegangan pada model kedua. Hal ini disebabkan dimensi berupa 8

ketebalan aspal yang telah terkurangi oleh lendutan memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam menerima beban sehingga tegangan yang dihasilkan pun meningkat. Namun, kesamaan antara keduanya adalah pola tegangan yang dihasilkan dimana semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman dan bernilai tarik. 6.9 Perbandingan Regangan antara Pengukuran dengan Skala Semi Lapangan dengan Pengukuran menggunakan Software ANSYS Tabel 13 Perbandingan Regangan Aspal Porus pada Skala Semi Lapangan dengan software ANSYS Regangan Skala Semi Lapangan (m/m) Dinamis (x10-6 ) Statis (x10-03 ) 1 1,00 1,48 5,71 2 2,00 1,356 5,92 3 1,00 0,836 5,75 Regangan Software Ansys (10-4 m/m) Tabel 14 Perbandingan Tegangan Aspal Porus pada Skala Semi Lapangan dengan software ANSYS Tabel 11 Hasil Regangan pada Aspal Porus Model 1 Kedalaman Regangan (x 10-4 m/m) No (cm) 1 0,3 3,59 3,80 3,57 2 0,6 4,58 4,90 4,53 3 0,9 5,57 6,01 5,49 4 1,1 6,56 7,12 6,46 5 1,4 10,64 11,05 10,56 6 1,7 14,71 14,97 14,66 7 2 18,79 18,89 18,76 8 2,3 42,00 41,91 41,96 9 2,6 65,22 64,94 65,17 10 3 88,43 87,96 88,37 Tabel 12 Hasil Regangan pada Aspal Porus Model 2 Kedalaman Regangan (x 10-4 m/m) No (cm) 1 0,3 0,57 0,59 0,58 2 0,6 0,70 0,79 0,73 3 0,9 0,75 0,85 0,79 4 1,1 0,81 0,90 0,84 5 1,4 1,29 1,31 1,30 6 1,7 1,77 1,72 1,76 7 2 2,25 2,14 2,22 8 2,3 3,40 3,40 3,40 9 2,6 4,56 4,66 4,57 10 3 5,71 5,92 5,75 Lokasi Lokasi Tegangan Skala Semi Lapangan (MPa) Dinamis Statis Tegangan Software Ansys (x 10-3 kg/cm2) 1 0,002689 3,980 1,343 2 0,005378 3,646 1,429 3 0,002689 2,248 1,418 Perbandingan antara ketiga hasil tegangan dan regangan juga dapat dilakukan dengan mencari nilai kesalahan relatifnya. Dengan asumsi regangan dari ANSYS sebagai base atau acuan, maka kesalahan relatif hasil regangan dapat dicari. 9

Tabel 15 Kesalahan Relatif Hasil Regangan dari Skala Semi Lapangan terhadap Regangan dari Analisis ANSYS Dinamis (x10-6 m/m) KR (%) Statis (x 10-03 m/m) KR (%) 1 1,00 99,8 1,48 61,42 2 2,00 99,7 1,356 56,34 3 1,00 99,8 8,36 31,22 Tabel 16 Kesalahan Relatif Hasil Tegangan dari Skala Semi Lapangan terhadap Regangan dari Analisis ANSYS Lokasi Lokasi Dinamis (x 10-3 kg/cm 2 ) KR (%) Statis (kg/cm 2 ) KR (%) 1 2,689 50,1 3,980 99,97 2 5,378 73,4 3,646 99,96 3 2,689 47,3 2,248 99,94 Perbedaan cara pengukuran regangan menyebabkan perbedaan hasil. Perbedaan regangan dengan beban statis ini dimungkinkan karena faktor-faktor seperti efek beban dinamis roda pada pengukuran skala semi lapangan dan karakteristik material. 7. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Regangan yang terjadi pada aspal porus adalah regangan tarik sehingga pengukuran regangan dengan skala semi lapangan menggunakan mesin penguji dan strain gauge telah reliable, namun regangan dengan skala semi lapangan akibat beban dinamis lebih kecil daripada regangan akibat beban statis. 2) Tegangan yang terjadi pada aspal porus dari analisis ANSYS merupakan tegangan tarik dimana nilai maksimum berada tepat dibawah roda dan akan semakin berkurang seiring dengan jaraknya terhadap beban roda, sedangkan evaluasi regangan menggunakan ANSYS dengan pemberian beban statis mendapat nilai regangan yang berbeda dengan hasil regangan dengan pengukuran skala semi lapangan yang juga diberi beban statis dan beban dinamis. 3) Regangan dari ANSYS yang diberi beban statis lebih kecil daripada regangan dari skala semi lapangan yang diberi beban statis karena perbedaan karakteristik material, namun lebih besar daripada regangan dari pengukuran skala semi lapangan yang diberi beban dinamis dikarenakan efek pemberian beban yang berbeda. Untuk lebih menyempurnakan penelitian selanjutnya, maka sebaiknya diperhatikan hal-hal di bawah ini: 1) Parameter seperti modulus elastisitas dan poisson ratio diuji dengan menggunakan alat standard yang sudah ada. 2) Pengukuran regangan dengan skala semi lapangan dilakukan hingga aspal retak sehingga diperoleh model atau trend regangan yang lebih detail. 3) Dapat dilakukan pengembangan alat terkait dengan pengukuran tegangan dan lendutan dengan skala semi lapangan. 4) Diperlukan evaluasi lebih lanjut pada ANSYS dengan menggunakan beban dinamis untuk memperoleh regangan dan tegangan pada perkerasan. 5) Dilakukan evaluasi regangan, tegangan, dan lendutan pada lapisan perkerasan yang lain seperti lapisan pondasi atas, lapisan pondasi bawah, dan tanah dasar. DAFTAR PUSTAKA Asphalt Institute. 1989. The Asphalt Handbook Manual Series no.4, seventh edition. The Asphalt Institute: Kentucky USA 10

Basuki, Rachmad dan Machsus. 2007. Penambahan Gilsonite Resin pada Aspal Prima 55 untuk meningkatkan Kualitas Perkerasan Hotmix. Jurnal Aplikasi. 3, (1), 16 27. Bina Marga. 2006. Spesifikasi Umum Perkerasan Berbutir Lapis Pondasi Agregat. Bruce K. Ferguson. 2005. Porous Pavement. Florida : Taylor and Francis. Co. Ltd, UKJokosisworo, Sarjito dan Jajang Sebastian. 2011. Analisa Fatigue Kekuatan Stern Ramp Door Akibat Dinamis Pada Km. Kirana I dengan Metode Elemen Hingga Diskrit Elemen Segitiga Plane Stress. Kapal. Vol. 8, No.3, 122. Kim, Minkwan. 2007. Three-Dimensional Finite Element Analysis Of Flexible Pavements Considering Nonlinear Pavement Foundation Behavior. Disertasi University of Illinois at Urbana-Champaign. Ramadhan, Nizar dan Burhanuddin, Rachmad Reza. 2014. Pengaruh Penambahan Additive Gilsonite Hma Modifier Grade terhadap Kinerja Aspal Porus. Skripsi Universitas Brawijaya Malang: tidak diterbitkan Shell Bitumen. 1990. The Shell Bitumen Handbook, Shell International Petroleum Sukirman, Silvia. 2003. Perkerasan Jalan Raya. Bandung: Penerbit NOVA Wang, Jia. 2001. Three-Dimensional Finite Element Analysis of Flexible Pavements. Tesis University of Maine at China. Wardoyo, Joko. 2003. Pengaruh Bahan Tambah Gilsonite pada Asphalt Concrete Wearing Course (ACWC1) Terhadap Nilai Properties Marshall dan Modulus Kekakuan. Tesis Magister Universitas Diponegoro Semarang: tidak diterbitkan. Yoder, Ej & Witczak, MW. 1975. Principles of Pavement Design, 2md Edition. John Wiley & Sons Inc. Canada. 11