B A B I PENDAHULUAN. bank menurut konsep Freire, pihak pendidik secara searah memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

PELATIHAN PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MATA PELAJARAN IPS TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA GURU IPS SMP DI MGMP SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

RITA PATRIASIH, S.Pd., M.Si Prodi Pend Tata Boga PKK FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM PEMBELAJARAN IPS

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ghea Anggraini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

KULIAH I PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER, 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Negaranegara maju membawa pengaruh dan manfaat

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup. Nasional (UU No. 20/2003) Bab II Pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu Bangsa dan Negara. Sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk

Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki fungsi sangat penting dalam membentuk karakter dan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

Transkripsi:

B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep pendidikan yang sekarang ini cenderung berbentuk institusi bank menurut konsep Freire, pihak pendidik secara searah memberikan pengetahuannya kepada peserta didik sehingga bisa terkumpul ilmu. Bercermin dari kenyataan itu, tentu ada yang salah dengan pendidikan kita sekarang ini. Pendidikan formal yang diberikan di bangku sekolah maupun perguruan tinggi hanya terpaku pada penguasaan hard skills. Bahkan sangatlah kurang dengan mengaitkan kenyataan yang terjadi di dunia realitas. Penelitian menunjukkan, keberhasilan seseorang bukan ditentukan oleh kepandaian yang dipunyai, tetapi oleh faktor lainnya yang sangat penting (Bob Sadino,2009) Tingkat kecerdasan hanya menyumbang sekitar 20-30 persen keberhasilan, selebihnya ditentukan soft skills. Penelitian National Association of Colleges and Employers (NACE) pada tahun 2005 menunjukkan hal itu, pengguna tenaga kerja membutuhkan keahlian kerja berupa 82 persen soft skills dan 18 persen hard skills. Soft skills, menurut Berthall (dalam Diknas, 2008), adalah tingkah laku personal dan interpersonal yang dapat mengembangkan dan memaksimalkan kinerja seseorang manusia (misal pelatihan, pengembangan kerja sama tim, inisiatif, pengambilan keputusan, dan lain-lain). Dengan demikian, kemampuan soft skills tercermin dalam perilaku seseorang yang memiliki kepribadian, sikap, dan perilaku yang dapat diterima dalam kehidupan bermasyarakat. 1

Selaras dengan kemampuan soft skills, maka para peserta didik perlu dibekali dengan pendidikan kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship) yang andal. Dengan dibekali pengetahuan kewirausahaan yang memadai, disertai segisegi praktisnya, para lulusan mempunyai kemauan dan kemampuan yang memadai, sehingga tidak merasa kebingungan ketika harus memasuki pasaran kerja. Joseph Schumpeter (dalam Capitalism, Socialism and Democracy, 1976) berpendapat bahwa kewirausahaan sangat penting dalam menentukan kemajuan perekonomian suatu negara. Pemikirannya bertumpu pada ekonomi jangka panjang yang terlihat dalam analisisnya, baik mengenai terjadinya invensi dan inovasi penemuan-penemuan baru yang dapat menentukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Freire menekankan, dalam pendidikan perlu dipakai prinsip konsientisasi yang merujuk pada penguasaan problem diri sendiri dan situasi di mana peserta didik hidup serta tumbuh kesadaran dalam menentukan kedudukan, nilai-nilai dan harapan hidup peserta didik terhadap relasinya dengan dan bersama dunia. Tujuan penerapan prinsip konsientisasi adalah agar peserta didik tidak menjadi manusia yang terasing dan terkucilkan dari diri sekaligus lingkungan hidupnya. Berdasarkan pemikiran Freire tersebut, agar pendidikan bisa lekat dengan masyarakat dan lingkungannya, dapat mempersiapkan seseorang menuju dunia kerja yang makin sulit, keras, serta membutuhkan berbagai keahlian yang mendukung, perlu diberikan pendidikan kewirausahaan. Mata pelajaran atau mata kuliah kewirausahaan perlu diberikan kepada semua peserta didik dari TK sampai 2

perguruan tinggi. Pelajaran kewirausahaan harus disajikan secara sistematis dan terstruktur, serta disesuaikan dengan tingkatan pendidikan dan usia peserta didik. Pengembangan pendidikan Kewirausahaan merupakan salah satu program Kementrian Pendidikan Nasional yang pada intinya adalah pengembangan metodologi pendidikan yang bertujuan untuk membangun manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif dan wirausaha. Program ini ditindaklanjuti dengan upaya mengintegrasikan metodologi pembelajaran, pendidikan karakter dan pendidikan kewirausahaan ke dalam kurikulum sekolah. Semua itu dalam rangka pembangunan insan cerdas komprehensif dan seutuhnya seperti yang ditegaskan dalam Rencana Strategis Kementrian Pendidikan Nasional 2010-2014 bahwa yang dimaksud insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas social, cerdas intelektual dan cerdas kinestetis. Bahkan, salah satu arah kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional tahun 2010-2014, adalah pengembangan metodologi pendidikan yang membangun manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif dan wirausaha. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sistem pembelajaran saat ini belum sepenuhnya secara efektif untuk membangun peserta didik memiliki akhlak mulia dan karakter bangsa termasuk karakter wirausaha. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan jumlah pengangguran yang relative tinggi. Jumlah wirusahawan masih relatif sedikit serta masih terjadinya degradasi moral. Kebijakan untuk menanggulangi masalah ini terutama masalah yang terkait dengan kewirausahaan antara lain dapat dilakukan dengan cara ; 1) memasukkan pendidikan kewirausahaan ke dalam semua mata pelajaran, bahan ajar, kegiatan 3

ekstrakurikuler dan kegiatan pengembangan diri; 2) mengembangkan kurikulum pendidikan yang memberikan muatan pendidikan kewirausahaan yang mampu meningkatkan pemahaman tentang kewirausahaan, menumbuhkan karakter dan keterampilan wirausaha; dan 3) menumbuhkan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah.( Moko P.Astamoen, 2008) Undang-Undang No 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan di atas menunjukkan bahwa pendidikan disetiap satuan pendidikan harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Permasalahannya adalah apakah pendidikan di masing-masing satuan pendidikan telah diselenggarakan dengan baik, dan mencapai hasil seperti yang diharapkan. Untuk melihat mutu penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator. Beberapa indikator mutu hasil pendidikan yang selama ini digunakan di antaranya adalah nilai Ujiain Nasional (UN), persentase kelulusan, angka drop out (DO) angka mengulang kelas, persentase lulusan yang melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya. Indikator-indikator tersebut cenderung bernuansa kuantitatif, mudah pengukurannya, dan bersifat universal. Di samping indikator kuantitatif, indikator mutu hasil pendidikan lainnya yang sangat penting untuk dicapai adalah indikator kualitatif yang meliputi: beriman 4

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Indikator kualitatif tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik dan berkaitan dengan pembentukan sikap serta ketrampilan/skill berwirausaha peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun, memiliki sikap dan ketrampilan/skill berwirausaha. (J.Winardi, 2008) Berkaitan dengan ketercapaian tujuan pendidikan nasional terutama yang mengarah pada pembentukan karakter yang terkait dengan pembentukan sikap dan perilaku wirausaha peserta didik, selama ini belum dapat diketahui secara pasti. Hal ini mengingat pengukurannya cenderung bersifat kualitatif dan belum ada standar nasional untuk menilainya. Berdasarkan realita, menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIP), proyeksi angka pengangguran pada 2010 ini naik menjadi 9% dari angka pengangguran 2009 sebesar 8,5%. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penganggur pada Februari 2010 telah tercatat sebesar 8,32 juta orang. Sementara jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2010 mencapai 113,57 juta orang. Untuk mengurangi angka pengangguran, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah perlu dikembangkan karakter kewirausahaan sedini mungkin, karena suatu bangsa akan maju apabila jumlah wirausahanya paling sedikit 2% dari jumlah penduduk. Pada tahun 2010, jumah wirausaha di Singapura ada sebesar 7,7%, Amerika Serikat 2,8%, Indonesia yang mempunyai jumlah penduduknya kurang lebih sebesar 237.556.363, jumlah wirausahanya sebanyak 427.601 orang (0,18%), yang seharusnya sebesar 44.751.000 orang. 5

Berarti jumlah wirausaha di Indonesia kekurangan sebesar lebih kurang 40 juta orang. (Soeharto P.K, 2010) Berdasarkan kenyataan yang ada, pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat (J.Winardi, 2008 ) Banyak pendidik yang kurang memperhatikan penumbuhan karakter dan perilaku wirausaha peserta didik, baik di sekolah-sekolah kejuruan, maupun di pendidikan professional. Orientasi mereka, pada umumnya hanya pada menyiapkan tenaga kerja. Untuk itu, perlu dicari penyelesaianya, bagaimana pendidikan dapat berperan untuk mengubah manusia menjadi manusia yang memiliki karakter dan atau perilaku wirausaha. Untuk mencapai hal tersebut bekal apa yang perlu diberikan kepada peserta didik agar memiliki karakter dan atau perilaku wirausaha yang tangguh, sehingga nantinya akan dapat menjadi manusia yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan minimal bagi dirinya sendiri. Dalam konteks Indonesia, dengan kecilnya jumlah entrepreneur, kewirausahaan menjadi suatu keharusan. Masalah jumlah entrepreneur inilah kunci kemajuan, dunia membutuhkan solusi masalah yang bisa mewujudkan impian jadi kenyataan, dilandasi ambisi dan keberanian mengambil resiko secara cerdas. Kewirausahaan membuat orang yang berhasrat besar terhadap sesuatu menjadi mandiri secara financial dan berkontribusi untuk masyarakat. Dia melatih ketrampilan, know-how, dan tindakan yang menghasilkan ide-ide dan inovasi, meyakinkan orang lain untuk menolong dan bekerja dalam sebuah tim, menterjemahkan ide menjadi kenyataan dan mendirikan perusahaan. 6

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), pendidikan kewirausahan juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari hari. Permasalahannya, pendidikan kewirausahaan di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari (Sudrajat,2005). Di samping itu, berlakunya sistem desentralisasi berpengaruh pada berbagai tatanan kehidupan, termasuk pada manajemen pendidikan yaitu manajemen yang memberi kebebasan kepada pengelolaan pendidikan. Adanya hak otonomi dalam pengelolaan pendidikan diharapkan mampu menemukan strategi pengelolaan pendidikan yang lebih baik sehingga mampu menghasilkan output pendidikan yang berkualitas baik dilihat dari kualitas akademik maupun non akademik. Kualitas akademik yang dimaksud adalah kualitas peserta didik yang terkait dengan bidang ilmu, sedangkan kualitas non akademik berkaitan dengan kemandirian untuk mampu bekerja di kantor dan membuka usaha/lapangan kerja sendiri. Dengan kata lain, lulusan pendidikan diharapkan memiliki karakter dan perilaku wirausaha yang tinggi. Saatnya pendidikan di Indonesia dapat berperan sebagai problem solver dengan dibarengi mental wirausaha yang terpatri dalam diri siswa. Oleh sebab itu, SMK sebagai salah satu jenis lembaga pendidikan perlu melakukan upaya yang mampu menumbuhkan mental siswa dalam menciptakan peluang dan memanfaatkan situasi yang ada secara kreatif. Cara ini dapat dilakukan dengan mendorong para siswa untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang 7

dimilikinya. Selain itu, para siswa diharapkan mampu mengembangkan usahanya agar dapat bekerja secara mandiri dalam bentuk usaha kecil, yang nantinya bisa berkembang menjadi usaha besar. Secara nyata antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan wiraswasta sangat kental kaitannya, ada kekuatan maha dahsyat antara wiraswasta dan SMK jika terkombinasikan. Bukanlah tidak mungkin bibit wirausaha itu sudah ada pada siswa di sekolah kejuruan (Bob Sadino,2009) SMK Negeri 3 Malang telah mencoba mengembangkan pendidikan wirausaha dan diimplementasikan dalam bentuk Kelas Wirausaha, yang disediakan bagi siswa yang memang berminat untuk mengembangkan jiwa wirausaha Kelas ini memilki karakteristik tersendiri, baik dari pelaksanaan tes seleksi, pengembangan kurikulumnya maupun pelaksanaan kelas wirausaha. Setiap kelas terdiri dari 24 orang siswa yang telah dinyatakan lulus seleksi, yang terdiri dari tes tulis, nilai rapor, dan wawancara. Tes ini dilaksanakan pada semester 2. Program keahlian yang membuka kelas wirausaha adalah Tata Busana dan Jasa Boga, namun yang akan diteliti ini adalah khusus program keahlian Jasa Boga. Mereka diberi modal pada awal tahun pelajaran untuk dikembangkan dengan cara membuat dan menjual produk atau jasa, dan akan menempuh ujian untuk mempresentasikan hasil akhir perkembangan modalnya pada akhir pendidikannya di kelas wirausaha. Setelah menyelesaikan pendidikan mereka akan memperoleh Danun, Ijazah, Sertifikat Uji Kompetensi serta EntepreneurCertificate dengan predikat Diamond, Gold, Silver atau Bronze, tergantung dari jumlah omzet dan laba yang 8

mereka peroleh, sertifikat yang terakhir inilah yang membedakan dengan kelas regular. Bagaimanakah sebenarnya pembelajaran pendidikan kewirausahaan yang dilakukan di SMK Negeri 3 Malang dalam bentuk pendirian kelas khusus yang disebut Kelas Wirausaha, dan satu-satunya SMK di kota Malang yang menyelenggarakan pendidikan model seperti Kelas Wirausaha ini.topik inilah yang menarik untuk diketahui dan diteliti secara mendalam. B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dibuat rumusan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan seleksi siswa kelas wirausaha? 2. Bagaimana struktur kurikulum yang digunakan kelas wirausaha? 3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran produktif kelas wirausaha? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah disebut di atas, tujuannya adalah : 1. Mendeskripsikan pelaksanaan seleksi siswa kelas wirausaha 2..Mendeskripsikan struktur kurikulum yang digunakan kelas wirausaha 3. Menganalisa pelaksanaan pembelajaran produktif kelas wirausaha D. Batasan Masalah Dari identifikasi masalah yang telah ditentukan sebelumnya, ada tiga masalah yang menjadi obyek penelitian, yakni pelaksanaan seleksi untuk bisa menjadi siswa kelas wirausaha, struktur kurikulum yang digunakan Kelas Wirausaha serta pelaksanaan pembelajaran produktif yang dilakukan pada kelas 9

wirausaha. SMK Negeri 3 mempunyai 2 program keahlian kelas wirausaha,yaitu program keahlian tata busana dan jasa boga, namun demikian penelitian difokuskan hanya pada Program Keahlian Jasa Boga. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi sekolah menengah kejuruan yang mempunyai peranan strategis untuk mengembangkan pendidikan kewirausahaan, tidak hanya secara teoritis tapi yang paling penting bagaimana penerapan nilai-nilai kewirausahaan dalam kegiatan pembelajaran. 1. Manfaat Teoritis a. Dapat digunakan sebagai masukan, bahan pertimbangan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan, khususnya di SMK Negeri 3 Malang b. Dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam memperbaiki pelaksanaan pendidikan kewirausahaan, khususnya pada kelas wirausaha di SMK Negeri 3 Malang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai pengembangan pembelajaran pendidikan kewirausahaan,sehingga dapat menghasilkan siswa yang tangguh, kreatif, inovatif dan mandiri, sebagai modal menjadi seorang wirausaha. b. Bagi guru, dapat mengembangkan wawasan pengetahuan dan ketrampilan pembelajaran pendidikan kejuruan khususnya pendidikan kewirausahaan, bukan hanya secara teoritis saja tapi yang lebih penting lagi bagaimana cara mengimplementasikannya. 10

c. Bagi siswa, dapat menambah pengetahuan, pemahaman dan bagaimana caranya agar mempunyai jiwa serta ketrampilan menjadi wirausaha yang sukses. d. Bagi orang tua, diharapkan bisa membantu sekolah untuk ikut memberikan motivasi kepada putranya agar menjadi pribadi yang handal, ulet, kreatif dan inovatif sebagai bekal menjadi wirausahawan yang sukses. F. Definisi Istilah Agar tidak terjadi perbedaan pengertian dan kekurangjelasan makna, berikut ini dijelaskan istilah yang digunakan dalam judul dan rumusan masalah ini: 1. Implementasi Kebijakan adalah proses dimana kebijakan diterapkan atau aplikasi dalam praktek 2. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara 3. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. 4. Jasa Boga adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan 11