BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perlakuan dalam penelitian ini diulang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan Chlorella sp. dan waktu kontak) dan empat kali ulangan untuk masingmasing

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan akumulasi emisi karbondioksida (CO 2 ). Kelangkaan bahan bakar fosil

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB III METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

BAB III METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis percobaan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN

`UJI KEMAMPUAN Chlorella sp SEBAGAI BIOREMIDIATOR LIMBAH CAIR TAHU

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan data dianalisis secara kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

BAB III METODELOGI PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap perlakuan. Data dianalisa menggunakan metode statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL) One Way ANOVA dengan 5 perlakuan pemberian intensitas cahaya yang berbeda yaitu 1.000 luks, 2.000 luks, 3.000 luks, 4.000 luks, dan 5.000 luks yang masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2012 bertempat di Laboratorium Ekologi dan Sumber Daya Alam Hayati, Laboratorium Optik dan Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 3.3 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlenmeyer 1.000 ml, gelas beker 250 ml, cawan petri, tabung reaksi 100 ml, gelas ukur 100 ml, pengaduk kaca, timbangan elektrik, mikroskop kamera, ph-meter, termometer, hemasitometer, luks 45

46 meter, timer, lampu TL (Tube Lamp) berkekuatan 36 watt, spatula, enkas, autoklaf, bunsen, jarum ose, pipet tetes, aerator dan oven. Bahan yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah mikroalga Scenedesmus sp. Medium Limbah Cair Tapioka (MLCT) sebagai medium alternatif, Medium Ekstrak Tauge (MET) medium alternatif yang umum digunakan untuk kultur mikroalga, kertas tissue, kapas steril, alumunium foil, kertas label, akuades dan alkohol 96%. 3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1 Sterilisasi Alat Sterilisasi alat dilakukan dengan cara alat dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air tawar sampai bersih, kemudian disemprot dengan alkohol 96%, dan dibiarkan kering di udara. Wadah kultur (erlenmeyer) setelah kering ditutup dan disumbat dengan kapas steril atau ditutup rapat dengan plastik tahan panas yang diikat dengan karet. Skema kerja penelitian dapat dilihat pada lampiran 3. 3.4.2 Sterilisasi Bahan Sterilisasi bahan (media kultur) dilakukan secara sterilisasi bertahap (tyndalisasi). Pada hari pertama cairan di oven pada suhu 60 o C selama 30 menit kemudian didinginkan pada suhu 10 o C dan dibiarkan pada suhu tersebut hingga hari berikutnya. Pada hari kedua dilakukan pemanasan seperti halnya pada hari pertama. Pada hari ketiga siklus tersbut diulang kembali.

47 3.4.3 Pembuatan Medium Limbah Cair Tapioka (MLCT) Air limbah yang digunakan sebagai medium Scenedesmus sp. dalam penelitian ini adalah berasal dari pengendapan tepung tapioka PT. Tiga Mutiara Rukun Sentosa yang beralamat di Jalan. Madyorenggo 16 Kabupaten Malang. Medium yang digunakan untuk kultivasi Scenedesmus sp. terbuat dari limbah cair tapioka dengan konsentrasi 50% berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dari konsentrasi 25%, 50% dan 75%. Limbah cair tapioka yang memiliki konsentrasi 50% dapat memacu pertumbuhan lebih baik dari pada konsentrasi 25% dan 75%. Proses pembuatan medium limbah cair tapioka diawali dari pengambilan limbah pengendapan tepung tapioka sebanyak 1.500 ml, disaring dengan menggunakan kapas yang dibungkus dengan kain kasa, kemudian dituangkan kedalam Beaker gelas ukuran 3.000 ml, dicampur dengan aquades sebanyak 1.500 ml, kemudian kedua larutan tersebut dihomogenkan dengan cara mengaduk perlahan hingga kedua larutan tersebut dapat tercampur. Selanjutnya medium limbah cair tapioka 3.000 ml, dituangkan kedalam 15 erlenmeyer yang masing-masing erlemeyer berisi 200 ml medium limbah cair tapioka. Skema kerja pembuatan medium limbah cair tapioka selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.1. 3.4.4 Kultur Scenedesmus sp. Isolat murni Scenedesmus sp. yang akan dikulturkan diperoleh dari Laboratorium Planktonologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong- Bogor. Wadah kultur yang digunakan adalah erlenmeyer ukuran 1.000 ml sebanyak

48 15 buah, yang ditempatkan pada suhu ruang 25 o C, dan ditempatkan pada rak yang dilengkapi dengan lampu TL berkekuatan 36 watt sebanyak 4 buah, yang telah diatur sedemikian rupa agar setiap perlakuan mendapatkan intensitas cahaya sesuai dengan tingkat perlakuan. Prosedur kerja yang selanjutnya dilakukan kultur Scenedesmus. Sebanyak 8 ml biakan Scenedesmus dari kultur koleksi dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi 192 ml MET (Medium Ekstrak Tauge) dengan konsentrasi 4%, kemudian dicampur hingga homogen. Skema kerja pembuatan MET selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.2. Kultur selanjutnya diletakkan di rak kultur dan diinkubasi selama kurang lebih 10 hari dengan fotoperiodisitas 14 jam terang dan 10 jam gelap. Kultur Scenedesmus yang tumbuh dengan baik dan murni (tanpa kontaminan) diperbanyak lagi secara bertahap. Sebelum digunakan sebagai inokulum, biakan kultur persediaan diremajakan lagi pada media perlakuan. Selanjutnya biakan kultur diletakkan di rak kultur dan diinkubasi dengan fotoperiodisitas 14 jam terang dan 10 jam gelap. Sel yang telah berada dalam tahap pertumbuhan yang seragam digunakan sebagai inokulum (Prihantini, 2005). Skema kerja peremajaan mikroalga Scenedesmus sp. dapat dilihat pada lampiran 3.3. 3.4.5 Penginokulasian Sel Scenedesmus sp. Penginokulasian sel Scenedesmus dilakukan dengan cara sebagai berikut: isolat murni Scenedesmus sp. yang diinokulasikan sebesar 10 ml per perlakuan yang disentrifius dengan kecepatan 5.000 rpm selama 15 menit, endapan sel dari hasil

49 sentrifius kemudian diinokulasikan kedalam medium. Skema kerja penginokulasian Scenedesmus sp. selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.4. Erlenmeyer yang berisi Scenedesmus sp. untuk kultur perlakuan diletakkan di rak kultur dan diberi pencahayaan dari 4 buah lampu TL masing-masing berkekuatan 36 watt. Lampu diletakkan dibawah rak kaca dengan jarak masing-masing perlakuan telah ditentukan dari erlenmeyer kultur. Fotoperiodisitas yang digunakan 14 jam terang dan 10 jam gelap. Penghitungan jumlah sel untuk mendapatkan data kepadatan sel dilakukan setiap 24 jam sekali mulai t 0 (hari ke-0) hingga t 10 (hari ke-10). 3.4.6 Perlakuan Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan dan setiap kali perlakuan terdiri dari tiga kali ulangan, perlakuan berupa pemberian intensitas cahaya yang berbeda, yaitu 1.000 luks, 2.000 luks, 3.000 luks, 4.000 luks dan 5.000 luks, untuk mengetahui kepadatan populasi sel dari setiap perlakuan dilakukan pengamatan setiap hari, dari hasil yang diperoleh diharapkan dapat diketahui kepadatan sel Scenedesmus sp. tertinggi. Skema kerja perlakuan penelitian dapat dilihat pada lampiran 3.5. Pengamatan penelitian dilakukan dengan bantuan mikroskop dan hemasitometer. Sebanyak 1 ml kultur diambil dari erlenmeyer dengan mikropipet dan dilakukan pengenceran 10 1 dengan cara dimasukkan kultur kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml aquades kemudian dihomogenkan dan diambil sebanyak 0.5 ml setelah itu diletakkan kedalam kamar hitung hemasitometer. Sel yang dihitung adalah seluruh sel yang hidup, berwarna hijau, baik dalam bentuk uniseluler atau koloni.

50 3.4.7 Parameter Pengamatan Parameter yang diamati selama penelitian meliputi: 1. Parameter yang pertama meliputi perhitungan kepadatan sel Scenedesmus sp. (sel/ml) pada berbagai intensitas cahaya yang berbeda 1.000 luks, 2.000 luks, 3.000 luks, 4.000 luks dan 5.000 luks yang diamati setiap hari mulai t 0 (hari ke-0) hingga t 10 (hari ke-10). 2. Parameter yang kedua meliputi pengaruh perbedaan intensitas cahaya 1.000 luks, 2.000 luks, 3.000 luks, 4.000 luks, dan 5.000 luks, terhadap kadar lipid yang dihasilkan oleh mikroalga Scenedesmus sp. 3.4.8 Perhitungan Kepadatan Sel Scenedesmus sp. Penghitungan kepadatan sel Scenedesmus sp. pada setiap tahap penelitian dilakukan dengan Haemacytometer (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Gambar 3.1. Haemocytometer (Kawaroe, 2010).

51 Hasil penghitungan kepadatan sel Scenedesmus sp. per hari kemudian diplotkan untuk membuat kurva pertumbuhan sel dengan sumbu X menunjukan hari kultivasi dan sumbu Y sebagai kepadatan sel Scenedesmus sp. Penghitungan haemocytometer menurut Kaworoe (2010), dihitung menggunakan rumus berikut: Keterangan: D N1 N2 n = Jumlah sel/ml = Jumlah mikroalga pada bidang atas Haemocytometer = Jumlah mikroalga pada bidang bawah Haemocytometer = Jumlah kotak yang diamati 25 x 10 4 = Konstanta Haemocytometer Neubauer DF = Fakktor pengenceran satu kali (10 1 ) Pada penelitian ini dilakukan pengenceran sebanyak 1 kali yaitu (10 1 ). Menurut Kawaroe (2010) pengenceran dapat dilakukan dengan cara mengambil biakan mikroalga sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml aquades. Campuran tersebut diperoleh pengenceran 1 kali (10 1 ), kemudian dihitung jumlah sel mikroalga dari hasil pengenceran I sebanyak 0.5 ml dengan menggunakan mikroskop.

52 3.4.9 Pemanenan Biomassa Mikroalga Pemanenan mikroalga dilakukan pada akhir fase eksponensial. Pemanenan dilakukan dengan metode penyaringan (filtrasi). Mikroalga dipanen dengan cara disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah diketahui beratnya. Berat basah panenan mikroalga didapat dari mengurangi berat basah kertas saring dan mikroalga dengan berat kering kertas saring. Pengeringan (drying) mikroalga dilakukan dengan cara dikeringkan kertas saring dan hasil panen ke dalam oven bersuhu 100 o C selama 24 jam kemudian ditimbang. Berat kering panenan mikroalga didapat dari mengurangi berat kering kertas saring dan mikroalga dengan berat kering kertas saring (Pangabean, 2010). Skema kerja pemanenan biomasa mikroalga selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.6. 3.4.10 Analisis Kadar Lemak dengan Metode Soxhlet Sampel mikroalga kurang lebih sebesar 200 mg (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring, pada kedua ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan selanjutnya dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian sampel yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) dan disambungkan dengan tabung Soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung Soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak (n-heksana p.a). Kemudian dilakukan refluks selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak dimasukan ke mesin rotari evaporator hingga semua pelarut lemak menguap. Pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjunya labu

53 lemak dialiri gas N 2, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan (W3). Skema kerja analisa kadar lemak dengan metode Soxhlet selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.7. Perhitungan kadar lemak adalah sebagai berikut : Keterangan : W1 : berat sampel (g) W2 : berat labu lemak kosong (g) W3 : berat labu lemak dengan lemak (g) 3.4.11 Analisa Data Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dilihat dalam bentuk tabel dan grafik, metode yang digunakan untuk menganalisis data dari hasil perhitungan kepadatan sel adalah secara deskriptif. Perhitungan jumlah populasi dilakukan setiap hari dari hari perhitungan awal sampai hari ke-10 (H 0 H 10 ). Hasil yang didapat digunakan untuk mengetahui jumlah populasi maksimum yang dapat dicapai. Hasil setiap perlakuan tersebut dibandingkan sehingga akan diketahui perlakuan yang terbaik yang dapat memberikan jumlah populasi yang maksimum. Data yang diperoleh dari perhitungan sel dan kadar lipid dianalisa dengan One Way ANOVA (satu jalur) dengan 5 perlakuan pemberian intensitas cahaya yang berbeda yaitu 1.000 luks, 2.000 luks, 3.000 luks, 4.000 luks dan 5.000 luks, yang masing-masing perlakuan mendapatkan 3 kali ulangan.