EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA DI SMK ISLAM WIJAYA KUSUMA JAKARTA SELATAN.

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN EFEKTIVITAS METODE PEER EDUCATION DAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERSEPSI REMAJA MENGENAI SEKS PRANIKAH

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

Pengaruh Peer Group Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN AUDIOVISUAL TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA KELAS X SMK N 1 BANTUL NASKAH PUBLIKASI

PENDIDIKAN SEKS MELALUI PEER COUNSELOR TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta HAYATUN NISMA

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X TENTANG KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI SMA NEGERI 1 LUMBUNG KABUPATEN CIAMIS

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN HIV/AIDS TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA KELAS II DI SMA NEGERI 1 SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SEX EDUCATION

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

EFEKTIFITAS SEX EDUCATION PADA REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN KESEHATAN SEKSUAL. hp Abstract

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP DAMPAK SEKS BEBAS SISWA KELAS X USIA TAHUN DI SEKOLAH MAN GANDEKAN BANTUL 2013

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

ANALISIS PERILAKU SEKSUAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

Rina Indah Agustina ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Asti Listyani PROGRAM

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

Transkripsi:

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA DI SMK ISLAM WIJAYA KUSUMA JAKARTA SELATAN Dwi Setiowati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju dwisetiowati83@yahoo.com ABSTRACT Health education is one of the efforts in solving the health reproduction problems. This research aims to know the effectiveness of health education about free sex in increasing health knowledge among teenagers. The research method used One Group Pre test Post test. Samples were taken using total sampling, which amounted of 160 students. This research use the props as the substitution of the real object to the respondent in order to better understanding. The data was collected by using the questionnaire. The paired sample T-tests to Test (paired t-test) was used to analyze the data. The result shows that there is an effectiveness of the provision of health reproduction education about free sex in increasing the knowledge of adolescent health reproduction class 2 in SMK Islam Wijaya Kusuma, South Jakarta. Keywords: health education, health reproduction, knowledge, teens ABSTRAK Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan tentang seks bebas terhadap peningkatan pengetahua remaja. Metode penelitian yang digunakan dalah One Group Pre test-post test. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampel, yang berjumlah 160 siswa. Penelitian ini menggunakan alat peraga sebagai pengganti objek nyata guna agar responden lebih mengerti dan memahami dari pesan yang di sampaikan peneliti. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah uji paired sample T-Test (uji t berpasangan). Hasil analisis pengetahuan kesehatan reproduksi remaja menunjukan ada keefektifan pemberian seks bebas terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja kelas 2 di SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta Selatan. Pemberian pendidikan kesehatan tentang seks bebas memiliki keefektifan dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan remaja kelas 2 di SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta Selatan. Pendidikan kesehatan perlu diberikan kepada remaja untuk menghindari masalah kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang seks bebas. Kata kunci: pendidikan kesehatan, kesehatan reproduksi, pengetahuan, remaja 86

LATAR BELAKANG Moeliono (2004) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan kesehatan reproduksi remaja adalah faktor internal antara lain pengetahuan, sikap, kepribadian remaja itu sendiri dan faktor eksternal yaitu lingkungan dimana remaja berada mempengaruhi kegiatan seksual remaja yang beresiko terhadap masalah kesehatan reproduksi. Sumber informasi eksternal yang mudah mereka jangkau adalah teman-teman sebaya, bacaanbacaan popular, VCD porno, akses internet, dan lain-lain. Sumber informasi eksternal ini tidak selalu benar, terbaik dan bermutu. Banyak remaja tidak mengindahkan bahkan tidak tahu dampak dari prilaku seksual mereka terhadap kesehatan reproduksi baik dalam waktu yang cepat maupun dalam waktu yang lebih panjang (Notoadmodjo, 2007). Hal itu disebabkan kurangnya informasi kesehatan reproduksi, baik dari sekolah, maupun lingkungan keluarganya. Minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi ini, tidak sedikit remaja yang menjadi korban kejahatan seksual, seperti pemerkosaan, hubungan luar nikah, dan kehamilan di usia dini. Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2008 yang diterima lembaga tersebut, 63 % remaja di Indonesia pada usia antara SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Ironisnya, 21 % di antaranya dilaporkan melakukan aborsi. Masri (2008) menyebutkan persentase remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Berdasar data penelitian pada 2005-2006 di kota-kota besar seperti Jabodetabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar, angka itu sempat berada pada kisaran 47,54 %. Namun, hasil survei terakhir 2008 meningkat menjadi 63 %. Data dari Komnas Perlindungan Anak (2010) bahwa mengalami peningkatan berkisar 62.7 % remaja SMP di Indonesia sudah tidak perawan. Dengan demikian bisa diperkirakan bahwa persentase remaja di indonesia meningkat lebih dari 63 % yang melakukan hubungan seksual pranikah. Dan 93.7 % siswa SMP dan SMA pernah melakukan ciuman, 21.2 % remaja SMP mengaku pernah aborsi, dan 97 % remaja SMP dan SMA pernah melihat film porno. Dengan perilaku pada data di atas, remaja sangat rentan terhadap risiko kesehatan, seperti penularan penyakit HIV/AIDS, penggunaan narkoba, terutama untuk kesehatan reprodusi. Sebab, data kementrian Kesehatan hingga September 2008, dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS di Indonesia, 54 % adalah remaja. Kemudian meningkat lagi pada periode 2010 dengan hasil data 21.770 kasus AIDS dan 45.157 kasus HIV. 48.1% pengidap HIV adalah kaum muda dan 49.3% penularannya lewat hubungan seks. Setiap tahun di Indonesia terjadi 2 juta kasus aborsi. Studi pendahuluan yang di lakukan di SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta Selatan, pada bulan juni 2010 melalui wawancara kepada siswa kelas 1 sebanyak 10 orang, kemudian dari 6 orang mengatakan belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan, dan 4 orang mengatakan sudah pernah mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi di luar sekolah, namun pengetahuan yang mereka dapat masih terbatas. Dan di dapatkan pernyataan dari beberapa guru, bahwa di sekolah tersebut belum pernah memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektifitas pendidikan kesehatan reproduksi remaja yang 87

berkaitan dengan seks bebas, kemudian menilai pengetahuan siswa-siswi terhadap kesehatan reproduksi di SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta Selatan Tahun 2010. METODE Desain penelitian ini adalah desain Pra-Eksperimen (pre- experiment designs) dengan rancangan One Group Pretest-Postest. Rancangan ini tidak memiliki kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (program). Populasi yang di pakai dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta Selatan yang berjumlah 160 siswa. Teknik yang dipakai dalam pengumpulan sampel adalah total sampling, jadi sampel dari penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas 2 SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta Selatan yang berjumlah 160 siswa. Penelitian telah dilaksanakan di SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta Selatan. Waktu penelitian pada bulan Agustus Desember 2010. Seluruh pernyataan dari kuesioner dinyatakan valid, karena nilai hitung lebih besar dari nilai r tabel (0.632). Sedangkan uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach realibilitas dengan nilai alpha cronbach = 0.9134. Analisis yang digunakan yaitu analisis bivariat. Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk menguji hubungan atau perbedaan antara dua variabel. Uji statistik yang digunakan adalah Paired Sampel t-test (uji-t berpasangan). Uji statistik ini digunakan untuk membandingkan selisih dua mean dari 2 sampel yang berpasangan dengan asumsi data terdistribusi normal. HASIL A. Karakteristik responden Gambar 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman Memperoleh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Tentang Seks Bebas di SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta tahun 2010. 58.8% Pernah 85.6% 41.3% : 66 responden Tidak Pernah : 94 responden Gambar 1 dapat dilihat bahwa responden sebagian besar tidak pernah memperoleh penyuluhan tentang pendidikan kesehatan reproduksi yaitu sebanyak 94 orang responden (58.8%). Gambar 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan sumber informasi memperoleh pendidikan kesehatan reproduksi tentang seks bebas di SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta 14.4% Baik : 9 responden Cukup : 132 responden Gambar 2 dapat dilihat bahwa reponden yang memperoleh informasi seks bebas melalui elektronik yaitu sebesar 137 responden (85.6%), 88

sedangkan yang memperoleh informasi seks bebas melalui media cetak sebesar 23 responden (14.4%). Gambar 3. Distribusi kategori nilai skala presentase pengetahuan kesehatan reproduksi sebelum memperoleh pendidikan kesehatan reproduksi tentang seks bebas di SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta Gambar 4 Distribusi kategori nilai skala presentase pengetahuan kesehatan reproduksi sesudah memperoleh seks bebas di SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta tahun 2010 56.3% 1.3% 42.5% 11.9% 5.6% 82.5% Baik : 68 responden cukup : 90 responden kurang : 2 responden Baik : 9 responden cukup : 132 responden Gambar 3 dapat dilihat bahwa reponden yang mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi dengan kategori baik sebelum di beri pendidikan kesehatan reproduksi tentang seks bebas adalah sebanyak 9 reponden (5.6%), kategori cukup sebelum diberi pendidikan sebanyak 132 responden (82.5%) dan kategori kurang sebelum diberi pendidikan sebanyak 19 responden (11.9%) seks bebas. Gambar 4 dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi dengan kategori baik sesudah di beri pendidikan kesehatan reproduksi tentang seks bebas adalah sebanyak 68 reponden (42.5%), kategori cukup sesudah diberi pendidikan sebanyak 90 responden (56.3%) dan kategori kurang sesudah diberi pendidikan sebanyak 2 responden (1.3%) seks bebas. Efektivitas pendidikan kesehatan reproduksi tentang seks bebas terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi tentang seks bebas data dilihat pada table 1. 89

Tabel 1 Statistik Deskriptif Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta 2010 (n=160) Variabel Tingkat pengetahuan Sebelum pendidikan kesehatan reproduksi Sesudah pendidikan kesehatan reproduksi Ratarata Standar deviasi Standar Eror 12.63 1.948 0.154 14.94 2.145 0.170 2.31 0.197 0.016 P value 0.000 Jumlah 160 Tabel 1 dapat dilihat bahwa ratarata pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan reproduksi adalah 12.63 dengan standard deviasi 1.948, dan dapat diketahui rata-rata pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan reproduksi adalah 14.94 dengan standard deviasi 2.145. Terlihat perbedaan mean antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan reproduksi adalah 2.31 dengan standard deviasi 0.197. berdasarkan uji statistic paired sampel t- test di dapatkan pvalue sebesar 0.000 lebih kecil dari nilai alpha 5% (0.05). Berdasarkan syarat p < 0.05, maka di simpulkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan reproduksi terhadap siswa ternyata cukup efektif untuk meningkatkan pengetahuan siswa. PEMBAHASAN Karakteristik responden Karakteristik responden berdasarkan pengalaman remaja memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi. Dimana penelitian ini ada dua pengalaman remaja memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi yaitu pernah dan tidak pernah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja tidak pernah memperoleh pendidikan kesehatan reproduksi. Karakteristik reponden berdasarkan sumber informasi remaja untuk memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi. Hasil dari penelitian ini terbukti bahwa sumber informasi didapatkan oleh responden dari berbagi media baik cetak maupun media elektronik. Sebagian besar reponden memperoleh informasi seks bebas sebagian besar melalui elektronik Pernyataan dari hasil penelitian di atas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Moeliono (2004), bahwa keadaan kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh sumber informasi eksternal yang mudah mereka jangkau yaitu teman-teman sebaya, bacaan-bacaan popular, VCD porno, akses internet, dan lain-lain. Dalam penelitiannya Tumkaya (2003), mengatakan bahwa meningkatnya minat remaja tentang akibat dari pengaruh pengetahuan tentang seksual dan kesehatan reproduksi yang disebabkan oleh maraknya informasi melalui media internet, audiovisual, buku atau koran, majalah, televisi dan VCD yang menyediakan film porno, teman sebaya dan pacar yang banyak diakses oleh remaja memancing remaja untuk mengadaptasi kebiasaan yang tidak sehat berupa penyalahgunaan seksual yang tidak sehat dan penggunaan obat- obatan. 90

Gambaran Pengetahuan Kesehatan Reproduksi tentang Seks Bebas Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja disini adalah informasi yang menerangkan tentang dampak dan masalah yang sering terjadi pada remaja akibat dari minimnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan cara mencegah agar masalah kesehatan reproduksi remaja tidak terjadi serta banyaknya remaja yang memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi dari media cetak dan media elektronik, padahal belum tentu informasi yang didapat semuanya benar dan bermutu. Kartono (1997), menyatakan bahwa penyimpangan terhadap seksual pada remaja dikarenakan terlalu dominannya pengaruh lingkungan dan media massa dalam menyebarkan informasi seksual bebas, sementara petugas kesehatan dan sekolah kurang membekali pengetahuan tentang seksual yang sebanding dengan apa yang diperoleh melalui internet. Pengaruh informasi tidak benar mudah didapatkan remaja yang dapat memberikan pengaruh buruk bila tidak diimbangi dengan informasi yang benar dan tepat tentang kesehatan reproduksi, maka remaja dengan mudah mengeksploitasi dan menyalurkan gejolak jiwa dalam dirinya sehingga mudah terjerumus dalam permasalahan seksualitasnya. Hasil analisis mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi remaja, didapatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta Selatan tahun 2010 sebanyak 9 responden (5.6%) mempunyai pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi, dan 132 responden (82.5%) mempunyai pengetahuan cukup tentang kesehatan reproduksi, dan 19 responden (11.9%) yang mempunyai pengetahuan kurang baik. Hal ini didukung oleh Yesi Ceria Sembiring (2009) yang berjudul Gambaran Tingkat Pengetahuan Seks Bebas pada remaja di SMA Yadika 4 Jakarta Timur didapatkan kesimpulan bahwa persentase tingkat pengetahuan di pengaruhi dengan adanya sumber informasi yang di dapat melalui media cetak, media elektronik, maupun pendidikan kesehatan. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Reproduksi tentang Seks Bebas terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi tentang Seks Bebas Berdasarkan analisis data pengetahuan kesehatan reproduksi yang dinilai dari pemberian pendidikan didapatkan hasil, bahwa hubungan antara sebelum dan sesudah pemberian seks bebas adalah nyata dan sangat erat. Pendidikan kesehatan yang disampaikan kepada siswa ternyata cukup efektif untuk meningkatkan penngetahuan siswa kelas 2 di SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta Selatan. Hal tersebut sesuai dengan yang di katakan oleh Wied Hary A.(1996), bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuanya. Hasil penelitian ini memberikan informasi yang sangat penting tentang efektifitas pendidikan kesehatan reproduksi terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi, hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Hayatun (2008), bahwa pemberian pendidikan kesehatan reproduksi oleh kelompok sebaya sangat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 2 91

Kasihan Bantul Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan uji hipotesis menggunakan uji wilcoxon yang menunjukkan ada pengaruh yang signifikan yaitu adanya penigkatan pengetahuan kesehatan reproduksi setelah diberikan pendidikan kesehatan. Adanya efektivitas pemberian pendidkan kesehatan reproduksi terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja juga dipengaruhi oleh penggunaan metode dalam memberikan pendidikan kesehatan. Penelitian ini menggabungkan antara penyampaian pendidikan kesehatan. Penelitian ini menggabungkan antara penyampaian pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan menampilkan materi menggunakan power point, tanya jawab dengan peneliti, dan alat peraga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2007) bahwa dalam memilih metode pendidikan kelompok dalam pendidikan kesehatan, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Pada metode kelompok sasaran yang besar yang berjumlah lebih dari 15 orang, metode yang baik salah satunya adalah ceramah. Penyampaian pendidikan kesehatan dengan metode ceramah merupakan cara penyampaian pesan paling umum untuk berbagi pengetahuan dan fakta kesehatan. Namun metode ini mempunyai kelemahan, karena sering dilakukan secara sepihak tanpa memberikan kesempatan kepada peserta untuk aktif berperan serta. Oleh karena itu, metode ini akan menjadi efektif bila dilengkapi dengan tanya jawab dengan peserta, sehingga terjadi komunikasi dua arah (Green dalam Notoatmodjo, 2003). Penggunaan audio visual dengan cara menampilkan materi menggunakan power point saat pemberian pendidikan kesehatan dapat menarik minat responden untuk membaca dan mempermudah dalam memahami materi kesehatan yang di sampaikan. Sehingga dapat membantu meningkatkan pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi. Hal ini juga di sesuai pernyataan Notoatmodjo (2007). Alat peraga di gunakan karena di sekolah tempat penelitian ini, tidak memiliki mata pelajaran yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi seperti biologi, dimana dalam mata pelajaran tersebut menjelaskan organ reproduksi manusia. Untuk mengganti objek-objek yang nyata maka digunakan alat peraga berupa baju bergambar organ reproduksi manusia, sehingga dapat memberikan pengalaman yang tidak langsung bagi sasaran (Notoatmodjo, 2003). SIMPULAN Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta Selatan tahun 2010 sebelum diberikan pendidikan kesehatan reproduksi tentang seks bebas yang tergolong kategori baik sebesar 5.6%, kategori cukup sebesar 82.5%, dan kategori kurang sebesar 11.9%. Kemudian mengalami peningkatan pengetahuan sesudah diberikan seks bebas yaitu yang tergolong kategori baik sebesar 42.5%, kategori cukup sebesar 56.3%, dan kategori kurang sebesar 1.3%. Saran perlunya program tambahan mata pelajaran yang berisi materi kesehatan terutama tentang kesehatan reproduksi. Sehingga walaupun sekolah tersebut berada dalam kelompok bisnis dan managemen, setidaknya memiliki pengetahuan tambahan agar remaja di sekolah tersebut tidak terjerumus dalam pengetahuan kesehatan reproduksi yang salah dan kurang baik. 92

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keterampilan Medikal Bedah Edisi 8; (Agung Waluyo. (et.al) Trans). Jakarta: EGC. Cornelius. Sex Bebas Marak HIV/AIDS Melonjak. Media Indonesia. Edisi 29 November, tahun 2010. Hawari, D. 2006. Aborsi Dimensi Psikoreligi. Jakarta: Balai penerbit FKUI. KPA. Info HIV & AIDS. (diakses pada 15 november 2010) Diunduh dari http://www.aidsindonesia.or.id/?page_i d=19 Narendra, M. S. dkk. 2002. Buku Ajar I Tubuh Kembang Anak dan Remaja Edisi:Pertama IDAI. Jakarta: Sagung Seto. Nisma, H. 2008. Pengaruh Penyampaian Pendidikan Kesehatan Reproduksi Oleh Kelompok Sebaya (peer group) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta Tahun 2008. Karya Tulis Ilmiah. PSIK UMY. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta. Rineka Cipta. Sagung Seto. Sarwono, S. W. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sulihah, U. 2001. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Sulihah. U. dkk. 2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Warta warga: gunadarma.seks Bebas. (diakses pada 10 juli 2010 ). Di unduh dari http://wartawarga.gunadarma.ac.id/201 0/11/seks-bebas/ 93