BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMA N 1 GEYER KABUPATEN GROBOGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan permasalahan sosial yang komplek. Keberadaan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari. Setiap tahun sekitar 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencangkup perubahan fisik dan psikologis. Perubahan psikologis yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kehamilan diluar nikah pada remaja di pedesaan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang rendah akan cenderung untuk mengandung pada usia lebih muda (Pinem, 2009). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, yaitu wanita yang menyetujui hubungan seksual pranikah di pedesaan lebih besar yaitu 1,4% dari pada di perkotaan yaitu 1,1%. Data lainnya dari SDKI 2012 terkait dengan pengetahuan dimana wanita yang tinggal di pedesaan memiliki pengetahuan lebih rendah tentang berhubungan seksual dan risiko penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yaitu sebanyak 38,9% dibandingkan dengan wanita yang tinggal di perkotaan sebanyak 50,5%. Selain itu pengetahuan wanita pada usia 15 sampai 19 tahun tentang penularan HIV/AIDS lebih rendah yaitu sebanyak 41,2% dibandingkan pengetahuan pria tentang HIV/AIDS yaitu sebanyak 55,3%. Kasus infeksi HIV/AIDS saat ini masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan baik dari segi penatalaksanaan maupun jumlah kasusnya yang masih tinggi. Di Indonesia, kasus infeksi HIV/AIDS masih banyak yang belum terungkap layaknya fenomena gunung es. Berdasarkan data Depkes RI 2014, jumlah pengidap HIV dan AIDS di Indonesia dari bulan Januari sampai September 2014 yaitu sebanyak 22,869 kasus HIV dan AIDS sebanyak 1,876 kasus. Sedangkan jumlah pengidap HIV di Provinsi Bali telah mencapai 9,637 kasus dan AIDS 4,261 kasus. Dari jumlah tersebut 1

2 sebesar 1,717 kasus diantaranya menimpa usia produktif antara 15 sampai 29 tahun (Depkes RI, 2014). Kasus kesehatan reproduksi yang menimpa usia produktif ini dapat berpengaruh buruk bagi pembangunan nasional, karena remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa (Marmi, 2013). Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), kejadian aborsi yang tidak aman, infeksi organ reproduksi dan Penyakit Menular Seksual (PMS) yang terjadi dikalangan remaja merupakan salah satu akibat yang disebabkan oleh perilaku seksual dikalangan remaja (Marmi, 2013). Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis (Kusmiran, 2012). Adapun bentuk-bentuk dari perilaku ini yaitu mulai dari perasaan tertarik satu sama lain, berkencan, bercumbu, hingga berhubungan seksual (Sarwono, 2013). Adanya berbagai perilaku seksual remaja tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut teori Social Learning dari Bandura perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor yang saling berhubungan yaitu faktor personal atau internal dan faktor lingkungan atau eksternal. Dimana faktor personal menurut Bandura salah satunya adalah efikasi diri yang merupakan keyakinan seseorang untuk berperilaku (Priyoto, 2014). Menurut hasil penelitian Musthofa dan Winarti tentang faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah mahasiswa di Pekalongan tahun 2009-2010, responden dengan efikasi diri yang rendah (23,3%) mempunyai persentase lebih besar dalam melakukan perilaku seks pranikah intercourse dibandingkan responden yang mempunyai efikasi diri tinggi (1,6%). Sedangkan menurut teori Lawrence Green bahwa perilaku manusia juga dibedakan oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, pendukung dan pendorong. Dimana salah satu faktor predisposisi yaitu mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan atau faktor yang mempermudah terjadinya suatu

3 perilaku (Priyoto, 2014). Penelitian terkait yang dilakukan oleh Ningsih dan Jumiatun yaitu hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku seks pranikah remaja pada siswa kelas XI SMK Bhakti Persada Kendal pada tahun 2012, bahwa responden dengan pengetahuan baik tentang seks pranikah sebanyak 54 pelajar (88,5%). Sedangkan responden dengan sikap mendukung terhadap seks pranikah sebanyak 49 pelajar (80,3%). Penelitian yang telah dilakukan oleh Suandi (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja pada siswa SMA dan SMK di Kota Denpasar, dimana penelitian ini telah dilakukan di daerah perkotaan dengan jumlah HIV/AIDS terbanyak di Provinsi Bali yaitu 1,679 kasus. Klungkung dipilih karena merupakan Kabupaten terkecil dari semua Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Bali. Kasus HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Kabupaten Klungkung sebanyak 80 kasus, walaupun jumlahnya tidak banyak tetapi kasus PMS ini didominasi dengan perilaku seksual atau seks bebas dan selebihnya adalah pengguna narkoba jenis suntik (Dinkes Klungkung, 2014). Di Kabupaten ini masih terdapat Rumah Tangga Miskin (RTM), dimana faktor ekonomi merupakan salah satu faktor pendukung untuk melakukan perilaku seks bebas (Bali Caring Community, 2012). Salah satu Kecamatan yang ada di Klungkung adalah Kecamatan Dawan, dimana RTM yang ada di Klungkung salah satunya berada di Kecamatan ini (Bali Caring Community, 2012). Kecamatan Dawan memiliki dua wilayah kerja Puskesmas, yakni Puskesmas Dawan I dan II. Dari kedua Puskesmas tersebut Puskesmas Dawan II memiliki kasus HIV/AIDS dan IMS yang lebih banyak. Dari total 9 kasus yang ada di Dawan sebanyak 8 kasus HIV/AIDS dan IMS berada di wilayah kerja Puskesmas Dawan II, dan terdapat 2 kasus HIV/AIDS dan IMS yang menimpa remaja putri (Dinkes Klungkung, 2014). Wilayah kerja Puskesmas Dawan II berada pada daerah

4 perbukitan dan memiliki daerah lokalisasi disalah satu desanya yang bisa berpengaruh negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Dawan II tahun 2014 terdapat 6,6% kasus ibu hamil dengan risiko umur muda dan sudah tercatat 6 kasus ibu hamil dengan risiko umur muda pada bulan Januari 2015. Setiap tahunnya masih saja terdapat remaja yang mengandung pada usia muda yang dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan, putus sekolah, masalah psikologis hingga kejadian aborsi. Faktor biologis, sosial, budaya, ekonomi dan perilaku memainkan peran penting dalam penentuan kesehatan reproduksi (Kotwal, et al, 2014). Dan pengambilan keputusan yang kurang tegas dari orang tua dengan tingkat ekonomi yang rendah, dapat meningkatkan risiko remaja dalam kehidupan seksual yang tidak aman dan kesehatan reproduksi yang kurang baik (Negussie dalam Shiferaw, et al, 2014). Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang gambaran perilaku seksual pada remaja putri serta faktor personal yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Dawan II. 1.2 Rumusan Masalah Remaja yang sedang mengalami peningkatan seksual mulai tertarik dengan lawan jenis, mereka mudah terpengaruh oleh faktor-faktor yang dapat menjerumuskannya kedalam perilaku seksual bebas. Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja yaitu faktor internal, karena perilaku individu dipengaruhi oleh diri sendiri.

5 Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalahnya adalah Apakah ada hubungan efikasi diri, pengetahuan kesehatan reproduksi dan sikap dengan perilaku seksual remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan efikasi diri, pengetahuan kesehatan reproduksi dan sikap dengan perilaku seksual remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Menganalisis hubungan efikasi diri dengan perilaku seksual remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. 2. Menganalisis hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. 3. Menganalisis hubungan sikap terhadap perilaku seksual dengan perilaku seksual remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan dan

6 dapat digunakan untuk pengembangan teori dan ilmu pengetahuan khususnya tentang perilaku seksual pada remaja. 2. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang terkait dengan kesehatan reproduksi dan perilaku seksual. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Tempat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai pertimbangan dan masukan kepada instansi kesehatan dan instansi terkait lainnya untuk melakukan kajian terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja, khususnya mengenai perilaku seksual pada remaja putri. 2. Bagi Responden Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada remaja khususnya remaja putri dengan meningkatkan efikasi diri, pengetahuan kesehatan reproduksi dan sikap terhadap perilaku seksual sehingga dapat menurunkan kasus perilaku seksual berisiko yang dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan, kejadian aborsi yang tidak aman dan infeksi HIV/AIDS. 1.4.3 Ruang Lingkup Penelitian Bidang ilmu yang diteliti adalah ilmu kesehatan masyarakat dengan kajian bidang kesehatan reproduksi remaja.