BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kehamilan diluar nikah pada remaja di pedesaan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang rendah akan cenderung untuk mengandung pada usia lebih muda (Pinem, 2009). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, yaitu wanita yang menyetujui hubungan seksual pranikah di pedesaan lebih besar yaitu 1,4% dari pada di perkotaan yaitu 1,1%. Data lainnya dari SDKI 2012 terkait dengan pengetahuan dimana wanita yang tinggal di pedesaan memiliki pengetahuan lebih rendah tentang berhubungan seksual dan risiko penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yaitu sebanyak 38,9% dibandingkan dengan wanita yang tinggal di perkotaan sebanyak 50,5%. Selain itu pengetahuan wanita pada usia 15 sampai 19 tahun tentang penularan HIV/AIDS lebih rendah yaitu sebanyak 41,2% dibandingkan pengetahuan pria tentang HIV/AIDS yaitu sebanyak 55,3%. Kasus infeksi HIV/AIDS saat ini masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan baik dari segi penatalaksanaan maupun jumlah kasusnya yang masih tinggi. Di Indonesia, kasus infeksi HIV/AIDS masih banyak yang belum terungkap layaknya fenomena gunung es. Berdasarkan data Depkes RI 2014, jumlah pengidap HIV dan AIDS di Indonesia dari bulan Januari sampai September 2014 yaitu sebanyak 22,869 kasus HIV dan AIDS sebanyak 1,876 kasus. Sedangkan jumlah pengidap HIV di Provinsi Bali telah mencapai 9,637 kasus dan AIDS 4,261 kasus. Dari jumlah tersebut 1
2 sebesar 1,717 kasus diantaranya menimpa usia produktif antara 15 sampai 29 tahun (Depkes RI, 2014). Kasus kesehatan reproduksi yang menimpa usia produktif ini dapat berpengaruh buruk bagi pembangunan nasional, karena remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa (Marmi, 2013). Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), kejadian aborsi yang tidak aman, infeksi organ reproduksi dan Penyakit Menular Seksual (PMS) yang terjadi dikalangan remaja merupakan salah satu akibat yang disebabkan oleh perilaku seksual dikalangan remaja (Marmi, 2013). Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis (Kusmiran, 2012). Adapun bentuk-bentuk dari perilaku ini yaitu mulai dari perasaan tertarik satu sama lain, berkencan, bercumbu, hingga berhubungan seksual (Sarwono, 2013). Adanya berbagai perilaku seksual remaja tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut teori Social Learning dari Bandura perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor yang saling berhubungan yaitu faktor personal atau internal dan faktor lingkungan atau eksternal. Dimana faktor personal menurut Bandura salah satunya adalah efikasi diri yang merupakan keyakinan seseorang untuk berperilaku (Priyoto, 2014). Menurut hasil penelitian Musthofa dan Winarti tentang faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah mahasiswa di Pekalongan tahun 2009-2010, responden dengan efikasi diri yang rendah (23,3%) mempunyai persentase lebih besar dalam melakukan perilaku seks pranikah intercourse dibandingkan responden yang mempunyai efikasi diri tinggi (1,6%). Sedangkan menurut teori Lawrence Green bahwa perilaku manusia juga dibedakan oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, pendukung dan pendorong. Dimana salah satu faktor predisposisi yaitu mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan atau faktor yang mempermudah terjadinya suatu
3 perilaku (Priyoto, 2014). Penelitian terkait yang dilakukan oleh Ningsih dan Jumiatun yaitu hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku seks pranikah remaja pada siswa kelas XI SMK Bhakti Persada Kendal pada tahun 2012, bahwa responden dengan pengetahuan baik tentang seks pranikah sebanyak 54 pelajar (88,5%). Sedangkan responden dengan sikap mendukung terhadap seks pranikah sebanyak 49 pelajar (80,3%). Penelitian yang telah dilakukan oleh Suandi (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja pada siswa SMA dan SMK di Kota Denpasar, dimana penelitian ini telah dilakukan di daerah perkotaan dengan jumlah HIV/AIDS terbanyak di Provinsi Bali yaitu 1,679 kasus. Klungkung dipilih karena merupakan Kabupaten terkecil dari semua Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Bali. Kasus HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Kabupaten Klungkung sebanyak 80 kasus, walaupun jumlahnya tidak banyak tetapi kasus PMS ini didominasi dengan perilaku seksual atau seks bebas dan selebihnya adalah pengguna narkoba jenis suntik (Dinkes Klungkung, 2014). Di Kabupaten ini masih terdapat Rumah Tangga Miskin (RTM), dimana faktor ekonomi merupakan salah satu faktor pendukung untuk melakukan perilaku seks bebas (Bali Caring Community, 2012). Salah satu Kecamatan yang ada di Klungkung adalah Kecamatan Dawan, dimana RTM yang ada di Klungkung salah satunya berada di Kecamatan ini (Bali Caring Community, 2012). Kecamatan Dawan memiliki dua wilayah kerja Puskesmas, yakni Puskesmas Dawan I dan II. Dari kedua Puskesmas tersebut Puskesmas Dawan II memiliki kasus HIV/AIDS dan IMS yang lebih banyak. Dari total 9 kasus yang ada di Dawan sebanyak 8 kasus HIV/AIDS dan IMS berada di wilayah kerja Puskesmas Dawan II, dan terdapat 2 kasus HIV/AIDS dan IMS yang menimpa remaja putri (Dinkes Klungkung, 2014). Wilayah kerja Puskesmas Dawan II berada pada daerah
4 perbukitan dan memiliki daerah lokalisasi disalah satu desanya yang bisa berpengaruh negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Dawan II tahun 2014 terdapat 6,6% kasus ibu hamil dengan risiko umur muda dan sudah tercatat 6 kasus ibu hamil dengan risiko umur muda pada bulan Januari 2015. Setiap tahunnya masih saja terdapat remaja yang mengandung pada usia muda yang dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan, putus sekolah, masalah psikologis hingga kejadian aborsi. Faktor biologis, sosial, budaya, ekonomi dan perilaku memainkan peran penting dalam penentuan kesehatan reproduksi (Kotwal, et al, 2014). Dan pengambilan keputusan yang kurang tegas dari orang tua dengan tingkat ekonomi yang rendah, dapat meningkatkan risiko remaja dalam kehidupan seksual yang tidak aman dan kesehatan reproduksi yang kurang baik (Negussie dalam Shiferaw, et al, 2014). Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang gambaran perilaku seksual pada remaja putri serta faktor personal yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Dawan II. 1.2 Rumusan Masalah Remaja yang sedang mengalami peningkatan seksual mulai tertarik dengan lawan jenis, mereka mudah terpengaruh oleh faktor-faktor yang dapat menjerumuskannya kedalam perilaku seksual bebas. Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja yaitu faktor internal, karena perilaku individu dipengaruhi oleh diri sendiri.
5 Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalahnya adalah Apakah ada hubungan efikasi diri, pengetahuan kesehatan reproduksi dan sikap dengan perilaku seksual remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan efikasi diri, pengetahuan kesehatan reproduksi dan sikap dengan perilaku seksual remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Menganalisis hubungan efikasi diri dengan perilaku seksual remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. 2. Menganalisis hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. 3. Menganalisis hubungan sikap terhadap perilaku seksual dengan perilaku seksual remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan dan
6 dapat digunakan untuk pengembangan teori dan ilmu pengetahuan khususnya tentang perilaku seksual pada remaja. 2. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang terkait dengan kesehatan reproduksi dan perilaku seksual. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Tempat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai pertimbangan dan masukan kepada instansi kesehatan dan instansi terkait lainnya untuk melakukan kajian terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja, khususnya mengenai perilaku seksual pada remaja putri. 2. Bagi Responden Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada remaja khususnya remaja putri dengan meningkatkan efikasi diri, pengetahuan kesehatan reproduksi dan sikap terhadap perilaku seksual sehingga dapat menurunkan kasus perilaku seksual berisiko yang dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan, kejadian aborsi yang tidak aman dan infeksi HIV/AIDS. 1.4.3 Ruang Lingkup Penelitian Bidang ilmu yang diteliti adalah ilmu kesehatan masyarakat dengan kajian bidang kesehatan reproduksi remaja.