SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 21 Jakarta, 5 Januari 211 Kinerja ekspor nonmigas Indonesia memecahkan rekor dan mencatat sejarah baru. Ekspor nonmigas bulan November 21 mencapai US$ 12,6 miliar, meningkat 49,2 persen dari periode yang sama tahun 29, dan lebih tinggi 8,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai ekspor tersebut merupakan kinerja ekspor nonmigas bulanan tertinggi sepanjang sejarah yang lebih tinggi dari rekor bulanan sebelumnya di bulan Agustus 21 sebesar US$ 11,8 miliar, dan jauh di atas rata-rata nilai ekspor nonmigas bulanan sepanjang tahun 21 sebesar US$ 1,5 miliar. Kinerja ekspor nonmigas bulan November 21 yang amat baik itu memperkuat optimisme pencapaian target ekspor 21. Optimisme itu tidak mengada-ada. Dengan capaian kinerja ekspor nonmigas bulan November yang baik, secara kumulatif ekspor nonmigas selama Januari-November 21 mencapai US$ 115,9 miliar atau naik 33,8 persen dari periode yang sama tahun 29 (grafik 1). Apabila ekspor bulan Desember nilainya sama dengan rata-rata ekspor bulanan 21 sebesar US$ 1,5 miliar, maka ekspor tahun 21 diperkirakan akan mencapai US$ 126,4 miliar atau meningkat 29,6 persen dari tahun lalu, jelas Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu pada konperensi pers di kantor Kementerian Perdagangan hari ini. US$ Miliar 15, Grafik 1. Kinerja Ekspor Non Migas November 21 Persen 2 12,5 Rata rata nilai ekspor non migas bulanan 28 sebesar US$ 9, miliar Rata rata nilai ekspor non migas bulanan 21 sebesar US$ 1,5 miliar 15 1, Moving p.a growth rate 1 7,5 Growth rate m to m 5 5, 2,5 Growth rate (yoy), Jan'9Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov DesJan'1Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov -5
Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Neraca perdagangan untuk bulan November 21 surplus US$ 2,3 miliar, terdiri dari nonmigas surplus US$ 2,5 miliar, sementara migas defisit US$,2 miliar. Surplus nonmigas bulan November adalah tertinggi selama tahun 21. Sedangkan kumulatif Januari- November 21 neraca nonmigas surplus US$ 18,1 miliar. Diversifikasi Produk Ekspor Nonmigas Dominasi 1 produk utama dalam ekspor nonmigas kembali mengalami kenaikan menjadi sebesar 48% dari periode yang sama sebelumnya sebesar 47%. Diantara 1 produk tersebut yang mengalami kenaikan tinggi adalah produk karet meningkat sebesar 94,6%, otomotif naik 46, dan alas kaki tumbuh 42, (Grafik 2). Grafik 2. Diversifikasi Produk Ekspor Nonmigas Jan Okt 29 Jan Okt 21 Produk Lainnya 5 1 Produk Utama 47% Produk Lainnya 5 1 Produk Utama 48% TPT Nilai Ekspor (US$ Juta) 7,621. 9,179.4 Pertumbuhan (%) 6.6 13. 2.4 ELEKTRONIK 7,142.2 8,672.5 2.6 18.3 21.4 SAWIT 7,654.4 1,33.6 1.6 29.1 31.1 PRODUK KARET PRODUK HASIL HUTAN ALAS KAKI OTOMOTIF KAKAO UDANG 1,999.2 1,45.2 2,22.3 1,382.8 1,318.4 1,19. 762. 72.5 3,868.4 5,412.8 7,528.3 7,167.9 Januari Oktober '1 Januari Oktober '9 3.2 15.3 17.8 12.4 6.6 8.8 14.1 13.3 12.1 8.5 32.4 33.5 42.3 34.4 46.2 29.4 68.8 94.6 Nilai Satuan Volume Nilai KOPI 644.6 722.9 22.4 1.8 14.9 Sumber : BPS (diolah) Penguatan Ekspor Nonmigas Didorong oleh Peningkatan Ekspor Seluruh Sektor Yang menggemberikan, peningkatan ekspor nonmigas periode Januari-November 21 didukung oleh seluruh sektor. Ekspor produk manufaktur mengalami peningkatan yang signifikan: sebesar 34,4 persen. Padahal, pada tahun 29 mengalami kontraksi sebesar 21, persen. Sampai dengan November 21 nilai ekspor manufaktur Indonesia naik menjadi US$ 87,7 miliar. Pulihnya perekonomian dunia dari krisis global mulai terlihat dari adanya peningkatan permintaan produk ekspor manufaktur Indonesia, begitu juga permintaan terhadap produk sektor pertambangan dan pertanian, tegas Menteri Perdagangan (Grafik 3). 2
Grafik 3. Perkembangan Ekspor Nonmigas Menurut Sektor Ekspor Non Migas Menurut Sektor (US$ Miliar) Pertumbuhan (%) Pertambangan 17,4 23,6 28,55 35,6 Industri 65,3 87,7 21, 34,43 Pertanian 4,5 3,9 Jan Nov '1 Jan Nov '9 6,75 15,54 Dari seluruh sektor, pertumbuhan ekspor nonmigas terbesar terjadi pada ekspor produk pertambangan (35,6 persen) dan industri (34,43 persen). Kenaikan ekspor hasil tambang terjadi akibat kenaikan harga internasional. Volume ekspor nonmigas hasil tambang bulan Oktober 21 mengalami kenaikan 4,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya (Grafik 4). Sementara itu, volume ekspor manufaktur bulan Oktober 21 mengalami kenaikan 18,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya, sedangkan paada bulan September 21 turun sebesar 2,1% terhadap Agustus 21 (Grafik 5). Grafik 4. Perkembangan Volume Ekspor Hasil Tambang Juta Ton 4 35 3 25 2 Growth rate (y o y) Persen 2 15 1 15 Moving p.a growth rate 5 1 5 Growth rate (m to m) Okt'9 Nov Des Jan'1 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt 5 3
Grafik 5. Perkembangan Volume Ekspor Manufaktur Juta Ton 8 Persen 5 7 6 Growth rate (m to m) 4 3 5 4 3 2 1 2 1 Moving p.a growth rate Growth rate (y o y) 1 Okt'9 Nov Des Jan'1 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt 2 Diversifikasi Pasar Tujuan Ekspor Nonmigas Pasar tujuan ekspor Indonesia periode Januari-November 21 masih terkonsentrasi pada lima pasar ekspor nonmigas utama (Jepang, RRT, AS, Malaysia dan Singapura) yang mencapai 47 persen dari pangsa ekspor. Jepang dan AS masih menjadi negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia. Pangsa ekspor nonmigas ke negeri Sakura ini mencapai 13 persen selama Januari-November 21 atau nilainya naik sebesar US$ 4, miliar dibandingkan periode yang sama tahun 29 (Grafik 6). Tingkat konsentrasi lima pasar utama tersebut diharapkan terus menurun hingga mencapai 43 persen sampai 47 persen selama periode 21-214, tegas Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu. Grafik 6. Diversifikasi Pasar Ekspor Nonmigas Jan Nov 29 Jan Nov 21 INGGRIS HONG KONG SPANYOL TAIWAN FILIPINA THAILAND JERMAN BELANDA LAINNYA 2 KORSEL 5% INDIA 7% 5 NEGARA TUJUAN UTAMA 46% AS 11% JEPANG 1 SING 8% RRT 9% MALAY 6% FILIPINA LAINNYA INGGRIS 2 1% HONG KONG SPANYOL TAIWAN JERMAN THAILAND BELANDAKORSEL 5% INDIA 8% 5 NEGARA TUJUAN UTAMA 47% AS 1% JEPANG 1 SING 8% RRT 11% MALAY 6% Sumber : BPS (diolah) Kinerja Impor Periode November 21 Total impor selama November 21 mencapai US$ 13, miliar, naik 7,9 persen dari bulan sebelumnya. Peningkatan impor periode tersebut didorong oleh meningkatnya impor barang konsumsi dan bahan baku/penolong, masing-masing meningkat sebesar 15,4 persen dan 1,3 persen. Secara kumulatif, impor selama Januari-November 21 mencapai US$ 86,5 miliar atau meningkat sebesar 41,7 persen dari periode yang sama tahun 29. Struktur impor Indonesia untuk periode Januari-November 21 didominasi oleh bahan baku/penolong 4
yang mencapai US$ 62,4 miliar. Proporsi impor bahan baku/penolong mengalami peningkatan dari 72,1 persen menjadi 72,8 persen (Grafik 7). Grafik 7. Pertumbuhan dan Pangsa Impor Nonmigas Barang Konsumsi 7.% Barang Konsumsi 7. Barang Modal 2.9% Barang Modal 19.9% Bahan Baku/Penolong 72.1% Bahan Baku/Penolong 72.8% Jan Nov 29 Jan Nov 21 Menurut Menteri Perdagangan, meningkatnya permintaan impor bahan baku/penolong dan barang modal merupakan respons terhadap meningkatnya realisasi investasi selama Januari-September sebesar 33,4 persen, termasuk peningkatan realisasi investasi pada kwartal ketiga dibanding kwartal kedua sebesar 11,6 persen (sumber BKPM). Semula, kata Menteri Perdagangan, peningkatan investasi itu berpengaruh kepada kenaikan impor barang modal dan bahan baku. Tapi kemudian meningkatkan ekspor sektor industri. Perkembangan lain yang menggembirakan, jelas Menteri Perdagangan, kini semakin banyak produk ekspor Indonesia yang memanfaatkan keringanan bea masuk di negaranegara tujuan (Grafik 8). Dari tabulasi seluruh kantor yang menerbitkan Surat Keterangan Asal (SKA) ekspor Indonesia ke mancanegara diperoleh informasi semakin banyak ekspor Indonesia yang memanfaatkan fasilitas keringanan bea masuk. Fasilitas itu merupakan bagian dari fasilitasi FTA (Free Trade Agreement) atau EPA (Economic Partnership Agreement). Pemanfaatan keringanan bea masuk itu diharapkan akan semakin meningkatkan daya saing produk ekspor kita di negara-negara tujuan, kata Mari Pangestu. 5
Grafik 8. Peningkatan Realisasi Pemanfaatan SKA ke Mitra FTA/EPA Jumlah Form SKA Jumlah SKA Menurut Jenis Preferensi FTA 25, 2, 15, 1, 5, Jan Ags Jan Sept Jan Okt Jan Nov AKFTA 21,18 23,17 25,71 28,39 ACFTA 16,159 17,913 2,325 23,217 AFTA 76,3 84,33 93,725 13,193 IJEPA 35,377 39,119 43,643 48,529 Total 148,854 164,235 183,43 23,569 US$ JUTA Nilai SKA Menurut Jenis Preferensi FTA 2, 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Jan Ags Jan Sept Jan Okt Jan Nov AKFTA 1,712 1,96 2,141.3 2,47.11 ACFTA 3,52 3,896 4,365.5 5,24.72 AFTA 6,84 6,769 7,628.9 8,57.8 IJEPA 1,811 2,41 2,327.7 2,639.56 Total 13,128 14,612 16,463.4 18,642.19 Pangsa Nilai SKA trhdp Ekspor Non Migas 5. 46.91 45. 4. 35. 3. (%) 42.84 41.87 38.35 37.53 35.18 35.35 32.51 32.24 42.17 39.84 36.32 4.59 4.13 35.3 31.87 25. 2. 17.41 17.31 19.74 17.93 15. 1. 5. AKFTA ACFTA AFTA IJEPA Total Jan Ags Jan Sept Jan Okt Jan Nov Sumber: Kemendag, Desember 21 Propek Ekspor di Tahun 211 Optimisme pencapaian target ekspor 21 diharapkan terus berlanjut sampai tahun 211. Atas dasar itu, Kementerian Perdagangan memperkirakan ekspor nonmigas tahun 211 akan mencapai US$ 138 miliar sampai US$ 145 miliar. Menurut Menteri Perdagangan, perkiraan itu didasari oleh asumsi ekonomi dunia di tahun 211 tumbuh 4,2 persen dan kenaikan indikator lainnya, seperti kenaikan harga komoditas di pasar internasional, dan investasi tumbuh 1 persen hingga 11 persen. Ekspor nonmigas Indonesia di tahun 211 diperkirakan meningkat 12 persen hingga 15 persen, jelas Menteri Perdagangan. Prospek peningkatan ekspor nonmigas di tahun 211 didukung oleh peningkatan ekspor beberapa komoditas utama. Produk TPT (tekstil dan produk tekstil) ditargetkan meningkat 1.4 persen. Peningkatan ekspor TPT didukung oleh kondisi pasar utama ekspor yang masih prospektif, seperti AS, EU, Timur Tengah dan ASEAN. Ekspor produk alas kaki ditargetkan tumbuh lebih dari 2 persen, yang didorong oleh pulihnya ekonomi AS dan Eropa serta berkembangnya pasar non-tradisional, terutama di Eropa Timur (Rusia, Ukraina, Kazakhstan) dan Asia Tengah. Ekspor produk kertas juga ditargetkan meningkat sejalan dengan adanya langkah-langkah pengamanan akses pasar produk kertas Indonesia yang kerap mengahadapi hambatan, yang terus dilakukan oleh Pemerintah. Ekspor produk CPO (crude palm oil) dan turunannya ditargetkan tumbuh 16 persen adanya rencana investasi sebesar US$ 1,2 miliar pada tahun 211, tingginya potensi pasar di Timur Tengah dan Eropa Timur, dan adanya kebijakan pemerintah untuk mendorong pengembangan industri hilir CPO serta promosi sustainable palm oil. Ekspor kakao olahan ditargetkan meningkat 61 persen, sedangkan biji kakao dipatok tumbuh 22 persen. Pertumbuhan itu terjadi akibat meningkatnya kapasitas produksi menjadi 28 ribu ton pada tahun 211. Selain itu, konsistensi kebijakan pemerintah mendorong proses pengolahan kakao di dalam negeri dan adanya program Gerakan Nasional Kakao untuk Peningkatan Mutu dan Produksi Biji Kakao berpeluang meningkatkan ekspor kakao. Sedangkan ekspor kopi diperkirakan naik hanya 5 persen sebagai akibat dari membaiknya 6
harga internasional dan meningkatnya produksi serta penetrasi pasar ke RRT dan pasar baru. Perkembangan Ekspor ke RRT Mengkonfirmasi Manfaat ACFTA Perkembangan yang menggemberikan adalah ekspor ke RRT. Ekspor nonmigas ke RRT bulan November 21 mencapai US$ 1,7 miliar atau meningkat 34,6 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan ekspor ini merupakan yang tertinggi dibandingkan negara tujuan ekspor lainnya. Bahkan, kinerja ekspor ke RRT selama November 21 telah menggeser posisi Jepang dan Uni Eropa (UE) serta Amerika Serikat (AS) sebagai negara tujuan ekspor utama Indonesia (Tabel 1). Perkembangan ini tentu saja mengkonfirmasi manfaat AC-FTA (ASEAN-China Free Trade Area) bagi ekspor nonmigas kita, tegas Menteri Perdagangan. Selama ini ekspor produk industri ke RRT tetap mendominasi ekspor nonmigas Indonesia ke negara tersebut. Selama Januari-Oktober 21 kinerja ekspor produk industri mencapai US$ 6, miliar atau naik 24, dibandingkan periode yang sama 29. Tabel 1. Beberapa Pasar Tujuan Ekspor Nonmigas Indonesia NEGARA TUJUAN NILAI FOB (US$ 'JUTA) PERUBAHAN OKT 21 NOV 21 % ASEAN 2,515.5 2,621.6 4.22 UNI EROPA 1,393. 1,539.1 1.49 RRT 1,31.2 1,763.7 34.62 JEPANG 1,334.4 1,616. 21.1 USA 1,224.3 1,124.1-8.18 AUSTRALIA 227.8 271.5 19.19 KOREA SELATAN 48.1 6.1 25.1 TAIWAN 297.1 347.1 16.83 Sumber : BPS (diolah) Negara Tujuan Nilai Ekspor Non Migas Bulanan Tahun 21 Menurut Negara Tujuan (US$ Juta) Jan Feb Mar Aprl Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov ASEAN 1.915,5 1.819,9 2.348,5 2.177,6 2.11,4 2.388,7 2.149,5 2.411,1 1.865,7 2.515,5 2.621,6 UNI EROPA 1.17,9 1.413,2 1.49,8 1.78,1 1.322,8 1.243, 1.523,3 1.615,9 1.391,3 1.393, 1.539,1 RRT 1.1,9 982,2 1.95, 929,6 1.15,3 1.18,3 923,3 1.242, 1.89, 1.31,2 1.763,7 JEPANG 1.295,2 1.56,8 1.33,9 1.249,4 1.46,8 1.34,8 1.365,6 1.392,2 1.366,8 1.334,4 1.616, USA 991,1 91,3 1.94,8 1.57,2 1.54,8 1.137,4 1.278,1 1.142,9 1.11,6 1.224,3 1.124,1 Sementara itu, defisit neraca perdagangan nonmigas dengan RRT periode Januari-Oktober 21 (data BPS terakhir) mencapai US$ 5,3 miliar, mengalami peningkatan sebesar US$ 1,4 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 29. Sekalipun demikian, defisit tersebut turun dibandingkan periode yang sama tahun 28 yang mencapai US$ 6,1 miliar. Peningkatan defisit neraca perdagangan nonmigas Indonesia selama periode Januari- Oktober 21 dipicu oleh meningkatnya impor bahan baku sebesar US$ 3,2 miliar dan barang modal sebesar US$ 1,7 miliar. -- selesai -- Informasi lebih lanjut hubungi: Robert James Bintaryo Kepala Pusat Humas Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 21-386371/21-358711 Email: pusathumas@kemendag.go.id 7