BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

commit to user BAB V PEMBAHASAN

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, yang menyebakan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

Tidur dan Ritme Sirkadian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi pada jutaan orang di

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

PENGARUH TERAPI YOGA TERHADAP TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PANTI WREDHA BUDHI DHARMA PONGGALAN UMBULHARJO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu

FAKTOR YANG MENYEBABKAN GANGGUAN TIDUR (INSOMNIA) PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin. Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tentunya akan mengalami yang namanya penuaan. Secara. kronologi, manusia dapat dikatakan lanjut usia apabila umurnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 yang termuat

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap (Hurlock, 1999). Proses menua adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik dengan terlihatnya ada penurunan fungsi organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis, sosial, kognitif, dan juga kondisi biologis yang kesemuanya saling berinteraksi satu sama lain sehingga dapat memunculkan berbagai macam gangguan seperti gangguan fungsi tidur. Lansia rentan terhadap gangguan fungsi tidur karena adanya tekanan pola tidur. Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang dibutuhkan seseorang. Semakin tua usia maka semakin sedikit pula lama tidur yang dibutuhkan (Asmadi, 2008). Menurut Prasadja (2009), gangguan fungsi tidur yang sering dialami lansia salah satunya adalah insomnia, yaitu sering terjaga pada malam hari, sering kali terbangun dini hari, sulit untuk memulai tidur. Insomnia pada lansia bisa diakibatkan karena kekurangan kegiatan fisik sepanjang hari, gangguan psikologis, tempat tidur dan suasana kamar yang tidak nyaman, sering berkemih pada malam hari, mengkonsumsi kafein dan alkohol (Maryam, 2008). 1

2 Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun keatas sekitar 7,18%. Diperkirakan mulai tahun 2010 terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan bahwa prosentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77% dari total penduduk pada tahun 2020 (BPS-SUSENAS, 2007). Menurut data dari WHO (World Health Organization) pada tahun 2003, kurang lebih 18% penduduk dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur, dengan keluhan yang sedemikian hebatnya sehingga menyebabkan tekanan jiwa bagi penderitanya. Menurut data International Of Sleep Disorder dalam Japardi (2005), rasio gangguan tidur pada lansia yaitu, sleep apnea 1-2%, narkolepsi 0,03%-0,16%, sleep walking 16%, sindroma kaki gelisah (Retless Legs Syndrome) 16%, periodik limb movement disorders 29%. Dan kurang lebih 20%-50% lansia di Indonesia mengeluh mengalami insomnia atau sulit tidur (Rubin Dalam Budi, 2011). Menurut Kurniawan (2012) diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa dan lansia mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius. Di Jawa Timur kejadian insomnia lansia pada tahun 2009 mencapai sekitar 10% dari seluruh jumlah lansia di Jawa Timur 3% diantaranya mengalami gangguan yang serius (Yunita dalam Kurniawan, 2012).

3 Perubahan pola tidur pada lansia yang sangat menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang lambat, terutama stadium 4, gelombang alfa menurun dan meningkatnya frekuensi terbangun dimalam hari atau meningkatnya fragmentasi tidur karena seringnya terbangun. Pola tidur bangun berubah sepanjang kehidupan seseorang sesuai dengan bertambahnya usia. Gangguan juga terjadi pada dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif terhadap stimulus lingkungan. Kalau seseorang dewasa muda normal akan terbangun 2-4 kali, tidak begitu halnya dengan lansia, ia lebih sering terbangun (Richeimer Steven dalam Sugiarto, 2011). Kadar melatonin meningkat sekitar dua jam sebelum waktu tidur dan mencapai puncak saat suhu tubuh paling rendah, untuk menginduksi tidur. Demikian juga sekresi hormon melatonin pada lanjut usia berkurang, hormon ini memainkan peran yang sangat penting dalam memperbaiki tidur, mengatur jam biologis tubuh, serta menghilangkan pengaruh dari perbedaan jam tidur. Dengan berkurangnya sekresi melatonin inilah yang menyebabkan tubuh tidak bisa memasuki tidur tahap I, menyebabkan berkurangnya jam tidur pada lanjut usia, sehingga terjadilah insomnia. Adanya gangguan ritmik sirkadian tidur juga berpengaruh terhadap kadar hormon yaitu terjadi penurunan sekresi hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid dan kortisol pada lansia. Dampak dari gangguan tidur insomnia sering menjadi keluhan pada lansia yaitu seperti merasa kelelahan, pusing, gangguan emosi atau mudah tersinggung, gelisah, tegang, khawatir masalah kesehatan, kesulitan berkonsentrasi hal ini sering berakibat

4 menimbulkan risiko kecelakaan atau jatuh pada lansia (Mehmet dan Roizen, 2009). Tindakan yang dapat dilakukan lansia untuk mencegah dan meminimalisir bila mengalami gangguan tidur dengan cara mencari hal-hal yang dapat membantu merangsang terjadinya tidur, seperti rajin berolahraga, menghindari bahan makanan yang mengandung kafein, merokok dan alkohol, membatasi jam tidur terutama disiang hari. Lansia juga bisa memanfaatkan waktu bila tidak bisa tidur dengan hal yang positif, seperti berdoa, mendengarkan lagu favorit atau klasik, mandi dengan air hangat disore harinya untuk merelaksasi otot juga bisa merangsang proses tidur malam harinya serta merapikan tempat tidur dengan suasana yang nyaman juga bisa membantu lansia tidur nyenyak di malam hari. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dan memahami lebih jauh tentang kejadian gangguan tidur (insomnia) pada lansia. 1.2 Rumusan Masalah Seberapa banyak gangguan tidur (insomnia) pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan Kabupaten Ponorogo? 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui seberapa besar gangguan tidur (insomnia) pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan Kabupaten Ponorogo.

5 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Institusi (FIK) Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan dalam meningkatkan mutu pendidikan keperawatan, terutama berhubungan dengan mata ajar Gerontology dan Askep istirahat tidur. Dengan kejadian insomnia yang ditemukan pada lansia bisa menjadi acuan pencegahan serta diharapkan dapat meminimalisir angka kejadian insomnia pada lansia untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. 2. Bagi Peneliti Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan penulis. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah serta menambah pengalaman dalam penelitian mengenai Gerontology dan gangguan pola tidur. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Lansia / Responden Meningkatkan pengetahuan lansia tentang sikap yang tepat dalam menyikapi gangguan tidur khususnya insomnia. 2. Peneliti Selanjutnya Diharapkan karya tulis ini dapat digunakan bagi peneliti selanjutnya sebagai referensi penelitian gangguan pola tidur untuk perkembangan ilmu selanjutnya.

6 1.5 Keaslian Penelitian 1. Winda Ayu Bestari (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Penerimaan Masa Lalu Terhadap Insomnia Pada Lansia di Kecamatan Krayan Kabupaten Nunukan dengan desain penelitian menggunakan metode kuantitatif korelasional antara dua variabel dengan menggunakan metode penghitungan statistik dengan sejumlah 103 responden, dengan hasil penelitian terdapat 50 orang lansia memiliki tingkat penerimaan masa lalu yang rendah. 15 orang lansia (14,6%) diantaranya memiliki tingkat insomnia yang rendah. Sedangkan 35 orang lansia (34,0%) lainnya memiliki tingkat insomnia yang tinggi. Hal ini berarti semakin rendah penerimaan masa lalu pada lansia, maka insomnia pada lansia tersebut akan semakin tinggi. Berbeda dengan hal tersebut, terdapat 53 orang lansia yang memiliki tingkat penerimaan masa lalu yang tinggi. Dimana 27 orang lansia (26.2%) diantaranya memiliki tingkat insomnia yang rendah sedangkan sisanya yaitu sejumlah 26 orang lansia (25.2%) memiliki tingkat insomnia yang tinggi. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi penerimaan masa lalu pada lansia, maka tingkat kejadian insomnia pada lansia tersebut akan semakin rendah. Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah, judul, tujuan penelitian, tempat penelitian serta responden.

7 2. Fina Yuli Wijayanti (2012) dalam penelitian yang berjudul Perbedaan Tingkat Insomnia Pada Lansia Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Keroncong di seluruh Pelayanan Lanjut Usia di Tulungagung. Sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan 80 responden, dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Sebanyak 28 responden. Sehingga sampel Dari analisa data didapatkan hasil bahwa responden yang mengalami penurunan tingkat insomnia sesudah terapi musik keroncong ada 27 responden. Responden yang tidak mengalami penurunan tingkat insomnia setelah pemberian terapi musik keroncong ada 1 orang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat insomnia antara sebelum diberikan terapi musik keroncong dan setelah diberikan terapi musik. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah, lokasi penelitian, variabel, responden, serta teknik pengambilan sampling menggunakn total sampling. 3. Taat Sumedi dkk (2010) Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Skala Insomnia Pada Lansia Di Panti Wredha Dewanata Cilacap metode penelitian menggunakan desain quasi eksperimental. Dengan rancangan pretest-posttest without control group. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling sebanyak 16 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata skala insomnia sebelum diberi perlakuan senam sebesar 100,81 dan setelah

8 diberi perlakuan senam terjadi penurunan skala insomnia dengan nilai rata-rata menjadi 42,63 dengan nilai confidence Interval 43.01 untuk lower dan 73.37 untuk upper. Nilai signifikasi (p) value dari hasil uji statistik yaitu 0.00 lebih kecil dari nilai alpha dengan t hitung 8.1705 lebih kecil dari t table dengan demikian hipotesis diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna senam bugar lansia terhadap penurunan skala insomnia di Panti Wredha Dewanata Cilacap. Perbedaannya penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah, tempat penelitian, variabel, serta responden.