II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara pedologi, tanah didefinisikan sebagai bahan mineral ataupun organik di

dokumen-dokumen yang mirip
SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENUNTUN PRAKTIKUM SIFAT SIFAT FISIK TANAH KELAS A PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI. OLEH I Wayan Narka

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

DASAR-DASAR ILMU TANAH

IV. SIFAT FISIKA TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

BAB I. PENDAHULUAN A.

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting, tanah sangat

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

e 0 Tidak Lekat (non sticky)

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

I. PENDAHULUAN. Perkebunan karet rakyat di Desa Penumanganbaru, Kabupaten Tulangbawang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 02: MORFOLOGI TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

II. TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Latosol 2.2. Asam Humat Definisi Asam Humat

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring

II. TINJAUAN PUSTAKA. Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

PENDAHULUAN. proses sintesis senyawa baru. Pembentukan tubuh tanah berlangsung dengan dua

Transkripsi:

8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Faktor yang Mempengaruhinya. Secara pedologi, tanah didefinisikan sebagai bahan mineral ataupun organik di permukaan bumi yang telah dan akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan pada suatu periode tertentu. Pedologi memandang tanah sebagai tubuh pembentuk alam terkait dengan asal-usul, pembentukan, penyusunan, perkembangan, dan dinamikanya. Contoh hasil dari ilmu pedologi tanah adalah berupa sifat kimia dan morfologi tanah yang digunakan untuk mengenali jenis tanah dan mengetahui kualitasnya (Poerwowidodo, 1991). Menurut Brady (1974), tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar tanaman, tempat penopang tegak tanaman dan penyimpanan air juga udara yang dibutuhkan oleh tanaman; secara kimia tanah berperan sebagai tempat tersedia dan suplai unsur hara atau nutrisi bagi tanaman, baik dalam bentuk organik maupun anorganik; secara biologi tanah merupakan habitat bagi biota tanah yang berperan dalam penyediaan hara, zat pemacu tumbuh dan proteksi bagi tanaman. Ketiga hal

9 tersebut merupakan indikator penting produktifitas tanah yang akan menunjang produksi tanaman. Setiap tanah memiliki karakteristik tertentu sebagai akibat dari kerja faktor iklim, jasad hidup, bahan induk, relief dan waktu yang terus berevolusi (dinamis) (Buol dkk., 1973). Perbedaan kombinasi dari faktor genetik dan lingkungan tersebut yang mengakibatkan setiap tanah memiliki karakteristik yang berbeda-beda (Poerwowidodo, 1991). Salah satu jenis aktivitas manusia pada suatu tanah adalah pola penggunaan lahan yang di dalamnya terdapat vegetasi dan aktivitas manusia. Pola penggunaan suatu lahan dapat menciptakan suatu karakteristik tanah yang berpengaruh terhadap kualitas dan produktivitas tanah. Menurut Mahi (2013), dari karakteristik tanah yang diketahui dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan tanah yang sesuai dengan potensinya untuk penggunaan lahan secara berkelanjutan. Dalam penggunaan lahan sebagai lahan pertanaman ubi kayu, pengolahan tanah dilakukan secara intensif. Menurut Purwono dan Purnamawati (2007), tanah yang baik untuk pertanaman ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat juga tidak terlalu poros, kaya bahan organik, dan ph berkisar antara 4,5 hingga 8,0 dengan ph ideal 5,8. Akar tanaman ubi kayu terdiri dari 2 jenis, yaitu akar serabut dan akar yang menjadi umbi. Akar serabut digunakan untuk mengabsorbsi air dan unsur hara, sedangkan akar umbi digunakan untuk menyimpan karbohidrat dan pati (Islami, 2014). Agar tanaman ubi kayu berproduksi mendekati potensinya, maka diperlukan kondisi yang optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ubi kayu.

10 Menurut Islami (2014), agar umbi tanaman ubi kayu dapat berkembang dengan baik, maka tanah harus diolah hingga kedalaman kurang lebih 25 m agar bersruktur gembur dan memiliki aerasi yang baik. Maka dari itu, dilakukan pengolahan tanah di setiap musim tanam dengan melakukan pembajakan minimal 2 kali. Pembajakan yang pertama dilakukan untuk membongkar agregat tanah dan pembajakan yang kedua dilakukan untuk menggemburkan tanah (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008). Menurut hasil penelitian Qurrahman dkk. (2014), lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman ubi kayu mengalami perubahan keadaan infiltrasi tanah sehingga tergolong ke dalam kategori rusak berat. Keadaan tersebut mengakibatkan cepatnya resapan air dari lapisan atas ke lapisan di bawahnya. Menurut Hakim dkk. (1986), resapan air hujan dapat membawa partikel liat bergerak dari horizon A ke horizon B, sehingga menyebabkan partikel liat terakumulasi di lapisan bawah. Berbeda kondisi dengan pola penggunaan sebagai lahan kebun campuran yang merupakan sistem polikultur, yaitu menanami suatu lahan dengan berbagai macam tanaman. Keragaman vegetasi tanaman tahunan pada lahan kebun campuran akan menciptakan konfigurasi tajuk yang berlapis. Menurut Banuwa (2013), tajuk yang berlapis akan memberikan perlindungan yang efektif terhadap proses erosi yang disebabkan oleh pukulan langsung butir-butir air hujan. Arsyad (2010) juga menambahkan, keragaman vegetasi yang tinggi mampu berperan dalam usaha konservasi tanah dan air melalui intersepsi air hujan dan mengurangi

daya pukul air hujan. Semakin beragam tingkatan tajuk dan tutupan kanopi yang rapat, maka usaha konservasi tanah dan air semakin efektif. 11 Penanaman vegetasi tanaman tahunan di kebun campuran hanya dilakukan dengan penggalian lubang tanam untuk penanaman bibit, tanpa dilakukannya pengolahan tanah. Perkembangan kebun campuran dan penyebaran tanamana tahunan di lahan tersebut terjadi secara alami dengan penyebaran biji oleh bantuan angin dan air hujan. Menurut Brewer (1988), hal tersebut akan mengakibatkan ekosistem kebun campuran lebih stabil dan keragaman vegetasi tanaman tahunan akan mengontrol iklim mikro di sekitar permukaan tanah 2.2 Morfologi Tanah 2.2.1 Warna Tanah Warna tanah merupakan komposisi dari warna semua komponen-komponen penyusunnya yang terdiri dari warna matrik dan warna lain yang disebabkan oleh proses reduksi-oksidasi yaitu kongkresi, karat, dan gley. Warna tanah dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu, kuning, hitam, kebiruan dan kehijauan. Warna pada tanah tua merupakan indikator iklim makro ataupun mikro tempat berkembangnya tanah, sedangkan pada tanah muda mencerminkan bahan induk dari tanah tersebut. Pada kondisi tertentu warna tanah juga dijadikan indikator kesuburan atau produktivitas lahan (Hanafiah, 2004). Warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kandungan bahan organik tanah. Tanah yang mengandung bahan organik tinggi akan berwarna gelap, sebaliknya semakin rendah kandungan bahan organik maka tanah

12 akan berwarna semakin terang. Menurut Susanto (2005), akumulasi dari bahan organik akan menciptakan warna kehitaman pada suatu tanah. Menurut Utomo (2012), olah tanah intesif contohnya dalam budidaya tanaman ubi kayu akan mengakibatkan tanah lebih sering terbuka dan meningkatnya aerasi pada tanah tersebut, sehingga proses perombakan bahan organik tanah akan berjalan lebih cepat dan akan mengakibatkan pengurasan bahan organik tanah. Penetapan warna tanah di lapang dilakukan dengan menggunakan pedoman buku Munsel Soil Color Chart yang nilainya dinyatakan dalam tiga satuan yaitu hue, value dan chroma. Hue menujukkan warna spektrum yang dominan dan sesuai dengan panjang gelombang; value menunjukan gelap atau terangnya warna; dan chroma menujukkan kekuatan dan kemurnian warna spektrum (Biswas dan Mukhejee, 1995). Menurut Balai Penelitian Tanah (2004), pengamatan warna tanah di lapang dilakukan dalam kondisi tanah yang lembab dan terlindung dari sinar matahari langsung. 2.2.2 Tekstur Tanah Tanah terbentuk dari pelapukan batuan yang berukuran besar dan mengalami proses penghancuran fisik sehingga menjadi partikel-partikel yang berukuran kecil (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2010). Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara 3 partikel tanah yaitu pasir, debu dan liat di dalam satu satuan massa tanah. Partikel tanah yang paling halus adalah fraksi liat dengan ukuran menurut USDA adalah < 0,002 mm, selanjutnya fraksi debu dengan ukuran 0,002 0,05 mm dan fraksi pasir dengan ukuran 0,05 2 mm (Foth, 1984).

13 Hasil penelitian Intara dkk. (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah partikel liat pada suatu tanah akan menurunkan laju evaporasi tanah, sehingga mengakibatkan tingginya kadar air dan kapasitas air tersedia pada tanah. Menurut Hilel dan Daniel (1980), hal tersebut terjadi karena semakin kecil ukuran partikel tanah akan semakin luas permukaan dan semakin kuat partikel-partikel tersebut berikatan dan memegang air. Tekstur tanah merupakan sifat tanah yang tidak mudah berubah, sehingga tekstur tanah dapat dijadikan dasar bagi pengklasifikasian tanah (Darmawijaya, 1990). Perubahan tekstur tanah di lapisan atas biasanya terjadi akibat pergerakan partikel liat secara vertikal ke lapisan bawah. Seperti halnya pada pertanaman ubi kayu yang pada umumnya memerlukan pengolahan tanah yang intensif. Pengolahan tanah tersebut akan mengakibatkan pecahnya agregat tanah menjadi butir-butir yang lebih halus. Ketika hujan, laju infiltrasi dapat mengakibatkan partikel liat di lapisan olah bergerak secara vertikal terakumulasi di lapisan bawah dan memperlihatkan adanya selaput liat (Hakim dkk., 1986). Hal tersebut akan mengakibatkan lapisan atas tanah didominasi partikel pasir, sehingga menciptakan besarnya ruang pori tanah, meningkatnya daya resapan air ke lapisan di bawahnya dan meningkatnya laju evaporasi karena daya ikat air partikel pasir yang lemah (Hilel dan Daniel, 1980). 2.2.3 Struktur Tanah Struktur tanah adalah susunan partikel pasir, debu, dan liat pada tanah yang tersusun sehingga membentuk agregat-agregat dan memiliki batas bidang belah

14 alami yang lemah. Satu unit struktur tanah ini disebut dengan ped. Tiga komponen penting yang berperan di dalam pembentukan struktur tanah adalah mineral liat, koloid organik, dan oksidasi besi (Hakim dkk., 1986). Menurut hasil penelitian Pratiwi (2013), mengenai pengaruh pola penggunaan lahan terhadap kemantapan agregat tanah pada berbagai pola penggunaan lahan (lahan pertanaman kakao, kelapa sawit dan ubi kayu) menunjukkan bahwa tanah yang terbuka seperti lahan pertanaman tanaman ubi kayu memiliki kemantapan agregat yang lebih lemah dibandingkan dengan lahan yang tertutup kanopi oleh tajuk tanaman tahunan seperti kakao dan kelapa sawit. Keadaan tersebut berbanding lurus dengan tingginya kandungan bahan organik pada lahan yang tertutup kanopi rapat dan tidak dilakukannya pengolahan tanah secara intensif. Penentuan struktur tanah di lapang dilakukan dengan mengidentifikasi komponen pengamatan tekstur tanah yang meliputi kelas struktur, ukuran struktur, dan tingkat perkembangan. Kelas struktur berkaitan dengan bentuk dan susunan agregat. Bentuk struktur tanah dibedakan menjadi lempeng, prismatik, tiang, gumpal bersudut, gumpal membulat, granuler, dan remah. Setiap bentuk stuktur memiliki ukuran yang dibedakan menjadi lima kelas yaitu sangat halus, halus, sedang, kasar, dan sangat kasar, sedangkan tingkat perkembangan struktur dibagi menjadi 3 kategori yaitu lemah, sedang, dan kuat (Balai Penelitian Tanah, 2004). Tingkat perkembangan struktur dikatakan lemah bila agregat tanah mudah pecah jika diberi sedikit tekanan, derajat struktur dikategorikan sedang apabila bentuknya mulai terlihat jelas namun masih dapat dipecahkan dan derajat struktur

dikatakan kuat apabila agregatnya mantap dan bentuknya jelas (Hilel dan Daniel, 1980). 15 2.2.4 Konsistensi Tanah Konsisensi tanah adalah indikator dari derajat kohesi dan adhesi pada tanah yang selaras dengan kandungan air di antara partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh gaya-gaya dari luar. Konsistensi tanah dapat dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah lain yaitu tekstur, kandungan air tanah dan jumlah koloid organik (Hakim dkk., 1986). Liat yang berukuran koloid dan koloid humus dari hasil perombakan bahan organik memiliki kemampuan saling mengikat antar partikel yang kuat. Banyaknya pori-pori mikro antara partikel liat juga berperan sebagai tempat tersimpannya air, sedangkan partikel pasir memiliki daya ikat antar partikel yang lemah dan pori-pori berukuran makro, sehingga tanah yang didominasi partikel pasir akan memiliki konsistensi yang lebih lepas dibandingkan tanah yang banyak mengandung liat (Hillel dan Daniel, 1980). Salah satu cara pengamatan konsistensi tanah dapat dilihat pada keadaan tanah yang lembab. Konsistensi lembab merupakan pengamatan konsistensi tanah pada keadaan tanah berada di antara titik layu permanen dan kapasitas lapang. Pengamatan dilakukan dengan meremas massa tanah menggunakan ibu jari dan telunjuk, serta melihat ketahanan tanah tersebut tehadap remasan. Penilaian konsistensi lembab dikategorikan menjadi enam kelas, yaitu lepas, sangat gembur,

gembur, teguh, sangat teguh, dan ekstrim teguh. Selain itu, konsistensi tanah juga dapat dilihat dalam keadaan kering dan basah (Balai Penelitian Tanah, 2004). 16 Pengolahan tanah yang intensif pada lahan pertanaman ubi kayu menyebabkan lahan terbuka dan juga mengakibatkan proses dekomposisi bahan organik berjalan lebih cepat. Hal ini akan berpengaruh terhadap konsistensi tanah. Hakim, dkk. (1986) dan Hilel dan Daniel (1980) menjelaskan bahwa konsistensi tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah dan jumlah koloid organik tanah. Semakin tinggi kandungan liat dan koloid organik dalam tanah maka semakin tinggi pula tingkat konsistensi tanah, sehingga pengolahan tanah yang intensif dapat menyebabkan menurunnya tingkat konsistensi tanah. 2.3 Sifat-Sifat Kimia Tanah 2.3.1 Bahan Organik Tanah yang ideal tersusun atas komponen-komponen yaitu 45% mineral, 5% bahan organik, dan 20-10% udara dan air (Yulipriyanto, 2010). Menurut Hanafiah (2004), bahan organik adalah kumpulan senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah terdekomposisi baik berupa humus maupun senyawa anorganik hasil mineralisasi, termasuk faktor biotiknya yaitu mikroba yang terlibat. Bahan organik terdiri dari sisa tanaman di atas permukaan tanah yang masih dapat dikenali bentuknya; sisa tanaman yang melapuk yang wujudnya tidak dapat dikenali lagi; mikroorganisme berupa flora dan fauna yang berperan dalam proses dekomposisi beserta produknya; serta humus yang merupakan hasil akhir

17 dekomposisi bahan organik (Yulipriyanto, 2010). Bahan-bahan tanaman yang masih menampakkan wujud aslinya berperan dalam pelindungan permukaan tanah sebagai mulsa. Menurut Handayanto (1998), serasah tanaman yang mengalami proses dekomposisi di dalam tanah adalah sumber primer bahan organik tanah yang selanjutnya akan menghasilkan humus. Bahan organik yang berperan dalam proses kimia di dalam tanah adalah senyawasenyawa organik dari jaringan tanaman antara lain karbohidrat, asam amino, protein, lipid, asam nukleat, lignin dan humus (Tan, 1991). Walaupun proporsinya tidak lebih dari 5% di dalam tanah, namun bahan organik dapat memodifikasi sifat-sifat fisika, biologi dan kimia tanah. Manfaat bahan organik antara lain sebagai salah satu sumber unsur hara, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki aerasi, dan meningkatkan kemampuan tanah mengikat air. Oleh karena itu, menurunnya kandungan bahan organik pada suatu tanah maka menunjukkan tanda-tanda penurunan kesuburan tanah (Hanafiah, 2004). Menurut Utomo (2012), terbukanya lahan pertanaman ubi kayu akibat pengolahan tanah intensif akan mengakibatkan tanah terbuka dan tingginya aerasi, sehingga proses perombakan bahan organik tanah akan berjalan lebih cepat, hal ini akan menyebakan penurunan kandungan bahan organik dalam tanah. Selain itu Ardjasa dkk. (1981) juga menjelaskan bahwa suhu merupakan salah satu faktor penyebab penurunan bahan organik tanah yang mana suhu di Indonesia yang hangat juga akan menambah tingginya laju dekomposisi bahan organik sehingga bahan organik akan cepat terkuras.

18 Kandungan bahan organik di dalam tanah dapat diketahui dengan menganalisis kandungan C-organik pada contoh tanah. Salah satu metode yang mampu mengoksidasi rata-rata hingga 70 % bahan organik adalah metode Walkley and Black. Dari persentase kandungan C-organik dapat diketahui kandungan bahan organik tanah dengan mengalikan persentase C-organik dengan 100/58 yang merupakan faktor Van Bemmelen (Balai Penelitian Tanah, 2005). 2.3.2 Kapasitas Tukar Kation (KTK) Kapasitas tukar kation tanah adalah kemampuan koloid tanah dalam menjerap dan mempertukarkan kation. Kapasitas tukar kation total adalah jumlah muatan negatif tanah dari permukaan koloid tanah yang merupakan situs pertukaran kation-kation. Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam miliekuivalen per 100 gram tanah (Tan, 1991). Koloid tanah terdiri dari koloid anorganik dan kolid organik. Koloid anorganik adalah partikel liat yang berukuran 0,001 mm atau 1 µm, sedangkan koloid organik berasal dari dekomposisi bahan organik yang mulai stabil yaitu humus. Koloid liat bersifat mantap sedangkan koloid humus bersifat dinamis dapat berubah (Hakim dkk., 1986). Pertukaran kation terjadi pada koloid liat dan koloid humus yang memiliki muatan negatif tersebut, sehingga tekstur tanah (jumlah liat), jenis mineral liat, dan kandungan bahan organik akan mempengaruhi kapasitas tukar kation suatu tanah Menurut Utomo (2012) dan Purwanto (2012), pengolahan tanah intensif seperti pada lahan pertanaman ubi kayu, akan menyebabkan terbukanya lahan dan

19 penurunan kandungan bahan organik tanah. Penurunan kandungan bahan organik tanah ini akan berdampak pada penurunan kandungan humus tanah yang pada akhirnya juga akan berdampak pada penurunan nilai KTK tanah. Koloid humus mempunyai KTK paling besar dibandingkan dengan koloid liat. Koloid humus selain berfungsi sebagai tempat jerapan kation-kation, juga berperan sebagai sumber pembebasan unsur hara yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Tan, 1991). 2.3.3 Reaksi Tanah (ph) Dalam sistem tanah, ph tanah cenderung dikaitkan dengan kumpulan dari berbagai kondisi tanah, salah satunya adalah ketersediaan hara bagi tanaman. Banyak proses-proses yang mempengaruhi ph suatu tanah, diantaranya adalah keberadaan salah satunya asam sulfur dan asam nitrit sebagai komponen alami dari air hujan (Foth, 1984). Terdapat dua jenis kemasaman tanah, yaitu kemasaman potensial dan kemasaman aktif. Kemasaman potensial adalah kemasaman yang berasal dari ion-ion H + yang terjerap oleh kompleks liat yang dapat dipertukarkan dan menyebabkan terbentuknya kemasaman potensial, sedangkan ion H + yang dapat dipertukarkan berdisosiasi menjadi ion H + bebas yang merupakan sumber kemasaman aktif. Kemasaman aktif inilah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Tan, 1991). Reaksi tanah (ph) dapat dijadikan indikator kesuburan tanah. Kondisi ph tanah optimum untuk ketersediaan unsur hara adalah sekitar 6,0 7,0. Pada ph kisaran 7 semua unsur hara makro dapat tersedia secara maksimum dan unsur hara mikro

20 tersedia tidak maksimum. Unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga pada ph kisaran 7,0 akan menghindari toksisitas. Pada reaksi tanah (ph) di bawah 6,5 akan terjadi defisiensi P, Ca, Mg dan toksisitas B, Mn, Cu dan Fe. Sementara itu pada ph 7,5 akan terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn, Cu, Zn, Ca, Mg dan toksisitas B juga Mo (Hanafiah, 2004). Koloid humus selain sebagai tempat terjerapnya kation-kation juga berperan sebagai situs pembebasan kation-kation basa (Tan, 1991). Hilangnya kandungan bahan organik akibat erosi dan proses oksidasi yang cepat pada lahan pertanaman ubi kayu akan berakibat pada reaksi-reaksi kimia yang ada di dalam tanah. Menurut Nyakpa dkk. (1988), bahan organik sebagai sumber koloid organik akan mempengaruhi kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, dan kemasaman tanah. Kejenuhan basa juga sangat erat kaitannya dengan ph tanah, semakin tinggi kejenuhan basa artinya tanah didominasi oleh kation basa dan semakin sedikit jumlah kation-kation masam. Koloid humus dari hasil dekomposisi bahan organik juga berperan sebagai situs pembebasan kation-kation basa yang akan meningkatkan ph tanah (Tan, 1991). Menurut penelitian Purwanto (2012), terbukanya lahan menyebabkan penurunan kandungan bahan organik tanah dan intensifnya pencucian hara oleh air hujan. Hal ini mengakibatkan leaching kation-kation basa, sehingga akan menurunkan kejenuhan basa yang menyebabkan ph tanah menurun.

21 2.3.4 Basa-Basa Dapat Dipertukarkan dan Kejenuhan Basa Basa-basa yang dapat dipertukarkan, kejenuhan basa, KTK dan ph tanah saling berhubungan. Basa-basa yang dapat dipertukarkan adalah total kation-kation basa dari ion Ca 2+, Mg 2+, K +, dan Na +, sedangkan kejenuhan basa adalah jumlah basabasa tersebut per kapasitas tukar kation tanah dan dinyatakan dalam satuan persen. Jika kejenuhan basa tinggi maka ph tanah tinggi, karena jika kejenuhan basa rendah berarti banyak terdapat kation-kation masam yang terjerap kuat di koloid tanah (Nyakpa dkk., 1988). Pada daerah yang memiliki curah hujan tinggi, koloid tanah akan lebih banyak didominasi oleh ion H +, sedangkan kation-kation basa terjerap lemah dan berada pada larutan bebas (Hakim dkk., 1986). Ardjasa dkk. (1981) menambahkan, tingginya curah hujan mengakibatkan kandungan basa-basa yang dapat dipertukarkan semakin rendah karena proses pencucian berjalan intesif. Pada lahan yang sering terbuka, seperti pada lahan pertanaman ubi kayu, juga akan menambah pemicu terjadinya leaching. Hal ini akan dapat menyebabkan penurunan kandungan kation basa di dalam tanah.