BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini terjadi transisi epidemiologi yakni di satu sisi masih tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain mulai meningkatnya penyakit degenerative misalnya jantung, kanker, kencing manis dan lain-lain telah menduduki peringkat pertama di Indonesia sebagai penyebab kematian. Penyakit-penyakit tersebut diatas dapat disebabkan karena beberapa hal salah satunya yaitu karena perubahan pola makan dan adanya senyawa radikal bebas didalam tubuh. Selain itu semakin meningkatnya umur seseorang maka penyakit degenerative muncul dan penyakit kronis mewarnai profil kesehatan penduduk (Handajani, dkk, 2010). Pada keadaan normal tanpa disadari dalam tubuh kita terbentuk radikal bebas secara terus-menerus, baik melalui proses metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi, dan akibat respon terhadap pengaruh dari luar tubuh, seperti polusi lingkungan, ultraviolet (UV), asap rokok dan lain-lain (Winarsi, 2007). Radikal bebas (free radical), oksidan (oxidant) atau sering disebut juga senyawa oksigen reaktif (reactive oxygen species) adalah molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbital terluarnya (Kartikawati, 1999 dalam Irvan, 2007). Radikal bebas dalam upaya memenuhi keganjilan elektronnya, elektron dari radiakal bebas yang tidak berpasangan secara cepat akan menarik elektron makromolekul biologis
2 yang berada disekitarnya seperti protein, asam deoksiribonukleat (DNA), dan asam nukleat, apabila makromulekul tersebut merupakan bagian dari sel akan mengakibatkan kerusakan pada sel tersebut (Halliwell dan Gutteridge, 1990 dalam Irvan, 2007). Keseimbangan oksidan atau radikal bebas dan antioksidan sangat penting karena berkaitan dengan berfungsinya sistem imunitas tubuh. Selama ini masyarakat secara umum sebenarnya sudah menggunakan tumbuhan dan beberapa bahan pangan dari alam sekitar untuk pengobatan. Pengetahuan masyarakat saat ini masih bersifat empiris yaitu informasi ini menyebar dari mulut ke mulut dan secara generasi ke generasi diturunkan secara berkelanjutan. Antioksidan adalah suatu substansi yang mencegah atau menurunkan reaksi-reaksi oksidasi dan berfungsi untuk mencegah dan menghentikan kerusakan akibat adanya radikal bebas (Asikin 2001, dalam Irvan, 2007). Oleh karena itu keseimbangan antara oksidan dan antioksidan harus dipertahankan. Antioksidan dikelompokkan menjadi dua, yaitu antioksidan enzimatis dan antioksidan non- enzimatis. Antioksidan enzimatis seperti Superokside dismutase, katalase, glutation peroksidase. Antioksidan non enzimatis dapat diperoleh dari asupan bahan makanan, seperti vitamin C,E,A, dan β-karoten (Winarsi, 2007). Kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki potensi sebagai penghasil antioksidan alami. Salah satu komponen penting dari kedelai adalah isoflavon. Struktur kimia isoflavon memperlihatkan kemampuan isoflavon untuk berperan sebagai donor ion hidrogen sehingga isoflavon memiliki potensi sebagai penghasil antioksidan. Isoflavon mampu merangsang ekspresi cu-znsod yang dapat melindungi sel dari serangan stress oksidatif, sehingga tidak terbentuk
3 produk peroksidasi lipid yang berkepanjangan (Toda and Shirataki 1999, dalam Harjanto, 2006). Aktivitas antioksidan enzim dapat ditingkatkan melalui nutrisi kedelai dan juga latihan fisik teratur. Menurut Leeuwenburgh (2001) dalam Nurul (2012) menyatakan bahwa latihan fisik teratur (Olahrga) dapat meningkatkan aktivitas antioksidan enzim dan menurunkan produksi oksidan. Beberapa peneiiti juga melaporkan bahwa keadaan kurang gerak dapat menurunkan kapasitas antioksidan jaringan (Kamskova et ai, 2003 dalam Harjanto, 2006) dan meningkatkan kerentanan jaringan terhadap stres oksidatif (Sen 1995 dalam harjanto, 2006). Pemanfaatan nutrisi kedelai dan latihan fisik terutama sebagai antioksidan belum banyak digali dan diteliti. Penelitian ini menggunakan nutrisi kedelai yang dikombinasikan dengan olahraga. Pada penelitian terdahulu menggunakan isoflavon kedelai yang dikombinasikan dengan vitamin E dan Zn sudah cukup efektif menunjukkan profil antioksidan Cu,Zn-SOD terbaik pada jaringan hati tikus. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu melakukan penelitian mengenai Pengaruh Nutrisi Kedelai Dengan Olahraga Teratur Intensitas Sedang Terhadap Peningkatan Superoksida Dismutase di Jaringan Hati Tikus (Rattus novergicus). 1.2 Rumusan Masalah 1. Adakah pengaruh pemberian nutrisi kedelai terhadap peningkatan kadar superoksida dismutase di jaringan hati tikus (Rattus novergicus)
4 2. Apakah ada pengaruh pemberian nutrisi kedelai dengan olahraga teratur intensitas sedang terhadap kadar peningkatan superoksida dismutase di jaringan hati tikus (Rattus novergicus) 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian nutrisi kedelai terhadap kadar peningkatan superoksida dismutase di jaringan hati tikus (Rattus novergicus) 2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian nutrisi kedelai dengan olahraga teratur intensitas sedang terhadap kadar peningkatan superoksida dismutase di jaringan hati tikus (Rattus novergicus) 1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan memberikan wawasan kepada masyarakat tentang pemanfaatan bahan pangan kedelai sebagai antioksidan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk menjaga status kesehatan dan mencegah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kerusakan sel oleh karena radikal bebas. 1.5 Batasan Masalah 1. Kedelai yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk tepung dengan dosis 3,75 mg.
5 2. Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus novergicus) umur 2 setengah bulan. 3. Jenis olahraga yang digunakan yaitu renang dengan durasi 30-40 menit selama 4-5 kali dalam seminggu. 4. Pengamatan pengaruh pemberian nutrisi kedelai dengan olahraga teratur intensitas sedang terhadap peningkatan superoksida dismutase di jaringan hati tikus (Rattus novergicus) dilakukan dengan melihat aktivitas superoksida dismutase di jaringan hati tikus. 5. Penelitian pengaruh pemberian nutrisi kedelai dengan olahraga teratur intensitas sedang terhadap peningkatan superoksida dismutase di jaringan hati tikus (Rattus novergicus) dilakukan selama satu setengah bulan. 1.6 Definisi Istilah 1. Nutrisi kedelai adalah kandungan dari kedelai yang berupa senyawa isoflavon 2. Olahraga teratur intensitas sedang adalah latihan secara rutin 3-4 kali seminggu dalam bentuk renang dengan lama waktu 30-40 menit. 3. SOD (Superokside dismutase) adalah enzim antioksidan yang berfungsi sebagai katalisator reaksi dismutasi dari anion superokside menjadi hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) dan oksigen (O 2 ).