4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

Analisis Vegetasi Hutan Alam

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. dalam kawasan wisata alam Trinsing yang secara administratif termasuk ke dalam

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

BAB III. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

III. METODE PENELTTIAN Tempat dan Waktu. Penelitian dilaksanakan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

PERSEBARAN TUMBUHAN OBAT PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) DI JALUR UTAMA PATROLI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU


III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan 28 Juni selesai di Taman Hutan. Raya Raden Soerjo Cangar yang terletak di Malang

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

METODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELlTlAN

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian

ANALISIS VEGETASI MANGROVE DAN PEMANFAATANNYA OLEH MASYARAKAT KAMPUNG ISENEBUAI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA SKRIPSI YAN FRET AGUS AURI

BAB III METODE PENELITIAN

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODOLOGI PE ELITIA

PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Blok Perlindungan Tahura Wan Abdul

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

STRUKTUR VEGETASI. Boy Andreas Marpaung / DKK-002

Struktur Dan Komposisi Tegakan Sebelum Dan Sesudah Pemanenan Kayu Di Hutan Alam. Muhdi

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia. 1

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

III. METODE PENELITIAN

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODOLOGI. Kerapatan jenis (K)

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Transkripsi:

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan Desa Aur Kuning, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Provinsi Riau. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2012. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian terdiri atas kompas, pita ukur, clinometer, meteran, tali tambang/plastik, tally sheet, panduan pertanyaan, alat tulis, gunting, kamera. Alat untuk membuat herbarium antara lain kantong plastik, kertas koran, hekter, label gantung, alkohol 70%, sprayer, dan teropong sebagai alat bantu.

Data yang dikumpulkan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu : 1. Populasi kulim meliputi jumlah populasi, struktur tegakan, dominansi tumbuhan, pola sebaran dan asosiasi kulim 2. Pemanfaatan kulim oleh masyarakat meliputi bentuk pemanfaatan dan faktorfaktor yang mempengaruhi kelestarian kulim 3. Nilai-nilai dan upaya yang dilakukan masyarakat untuk melakukan konservasi kulim. Metode Pengumpulan Data Analisis vegetasi Potensi sumberdaya tumbuhan yang menjadi tujuan utama penelitian adalah kulim namun dilakukan juga inventarisasi tumbuhan yang berada disekitar tegakan kulim. Metode yang digunakan dalam melakukan analisis vegetasi adalah metode garis berpetak. Banyaknya petak pengamatan yang dibuat adalah 150 petak dengan tiga jalur transek dengan masing-masing transek dibuat sebanyak 50 petak pengamatan. Peletakan petak pertama ditentukan dari hasil survey awal yang dilakukan. Kegiatan yang dilakukan dalam analisis vegetasi adalah : a) Menentukan lokasi peletakan petak pengamatan pertama, kemudian membuat garis/transek mengikuti garis kontur hutan. Peletakan petak pengamatan berikutnya dilakukan secara sistematik mengikuti garis/transek. b) Selanjutnya petak pengamatan tersebut dibagi menjadi sub petak pengamatan berdasarkan tingkat pertumbuhan yaitu 20m x 20m untuk pohon, 10m x 10m untuk tiang, 5m x 5m untuk pancang, dan 2m x 2m untuk semai. c) Menghitung jumlah pohon, tiang, pancang dan semai pada setiap petak ukur. Parameter yang diukur pada setiap petak contoh meliputi : a. Spesies dan jumlah tingkat semai (anakan pohon mulai dari tingkat kecambah sampai yang memiliki tinggi < 1,5 m) b. Spesies dan jumlah tingkat pancang (anakan pohon dengan tinggi > 1,5 m atau pohon muda dengan diameter setinggi dada < 10 cm) c. Spesies, jumlah, tinggi total, tinggi bebas cabang dan diameter tingkat tiang (pohon-pohon dengan diameter setinggi dada 10 cm 19 cm) d. Spesies, jumlah, tinggi total, tinggi bebas cabang dan diameter tingkat pohon (pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada > 20 cm)

D D B A C 10 m 10 m A B C D B A C Arah transek Gambar 7 Skema penempatan transek dan petak pengamatan pada analisis vegetasi dengan metode garis berpetak. Keterangan : A = Petak pengamatan untuk vegetasi tingkat semai (2 m x 2 m) B = Petak pengamatan untuk vegetasi tingkat pancang (5 m x 5 m) C = Petak pengamatan untuk vegetasi tingkat tiang (10 m x 10 m) D = Petak pengamatan untuk vegetasi tingkat pohon (20 m x 20 m) Untuk melihat asosiasi kulim dengan spesies lainnya dilakukan dengan membuat petak pengamatan di lokasi yang terdapat kayu kulim yang akan dijadikan titik pusat, kemudian disekitarnya akan diletakkan petak pengamatan berikutnya. Ukuran masing-masing petak pengamatan yaitu 20 m x 20 m yang kemudian akan dilakukan analisis vegetasi. Pembuatan petak pengamatan ini dilakukan pada empat lokasi titik kulim. Asosiasi ini dibutuhkan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kulim dengan spesies lain yang berada di sekitar kulim sehingga akan bermanfaat untuk melakukan pengelolaan terhadap habitat kulim dan mengetahui karakteristik tempat tumbuh kulim jika dilihat kaitannya dengan spesies lain disekitarnya. Identifikasi jenis tumbuhan dilakukan dengan cara membuat herbarium basah yang kemudian akan dilakukan identifikasi oleh ahli identifikasi tumbuhan yaitu bapak Sunaryo (staf ahli identifikasi tumbuhan balai diklat kehutanan Riau) dan berdasarkan buku panduan identifikasi tumbuhan. Pembuatan herbarium basah dipilih karena cara pembuatannya yang lebih efektif dan efisien dengan mempertimbangkan kondisi lokasi penelitian dan kondisi cuaca yang dikhawatirkan dapat menghambat proses penjemuran herbarium. Adapun cara membuat herbarium basah adalah sebagai berikut : material herbarium dikumpulkan dari dalam hutan. Bahan material herbarium untuk pohon yang berukuran tinggi dilakukan dengan melihat daun kering yang jatuh ke tanah dengan memperhatikan struktur-struktur daun lainnya pada daun yang masih menempel di pohon. Kemudian material herbarium diberi label yang berisi

identitas herbarium. Setelah material herbarium diberi label dan dirapikan kemudian dimasukkan kedalam kertas koran. Satu lipatan koran hanya digunakan untuk satu spesimen (contoh). Kemudian lipatan kertas koran yang berisi material herbarium ditumpuk dan dimasukkan kedalam kantong plastik. Lalu disiram dengan alkohol 70% hingga semua bagian tersiram secara merata. Kemudian kantong plastik ditutup rapat dan direkatkan agar alkohol tidak menguap dan tidak menimbulkan jamur. Bentuk pemanfaatan kulim oleh masyarakat Data mengenai pemanfaatan kulim oleh masyarakat diperoleh dengan melakukan wawancara dengan panduan pertanyaan terhadap masyarakat adat Desa Aur Kuning serta dari literatur atau sumber pustaka yang menunjang. Responden yang diwawancarai ditentukan dengan metode snowball sampling yaitu responden berikutnya didasarkan atas informasi dari responden sebelumnya. Responden kunci (key person) yang menjadi sumber informasi terdiri dari para pencari kayu kulim, ahli pengobatan (dukun), dan pelaku industri. Banyaknya responden yang diwawancarai adalah 30 orang. Parameter yang digunakan dalam wawancara adalah bagian yang dimanfaatkan dan kegunaan bagi masyarakat. Upaya pelestarian kulim Data mengenai upaya konservasi yang dilakukan oleh masyarakat diperoleh dengan melakukan wawancara secara mendalam (in depth interview) terhadap masyarakat dan melihat langsung ada atau tidak kegiatan konservasi yang dilakukan oleh masyarakat. Wawancara dilakukan untuk mengetahui bentuk pemanfaatan kulim bagi masyarakat dan apakah terdapat suatu aturan dalam masyarakat untuk mengkonservasi kulim. Hal ini penting sebagai acuan dalam melakukan konservasi terhadap kulim karena terdapat aturan yang tidak tertulis dalam masyarakat tersebut. Analisis ini juga untuk melihat upaya apa saja yang telah dilakukan oleh masyarakat dan kendala apa saja yang dihadapi oleh masyarakat dalam upaya menjaga kelestarian kulim di hutan mereka sehingga akan diperoleh data mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya konservasi kulim dan upaya konservasi yang dilakukan.

Pengolahan Data Kondisi Populasi Dominansi suatu diperlukan untuk mengetahui tingkat dominansi jenis tumbuhan di dalam komunitasnya. Dominansi suatu jenis akan ditunjukkan oleh besaran Indeks Nilai Penting (INP). Indek nilai penting untuk vegetasi tingkat pancang, tiang, dan pohon merupakan penjumlahan dari nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan dominansi relatif (DR) atau INP = KR+FR+DR. Indeks nilai penting untuk tingkat semai dapat dihitung dengan INP = KR+FR. Persamaan-persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai-nilai tersebut sebagai berikut (Soerianegara & Indrawan 2008). Kerapatan (K) = jumla individu suatu jenis luas petak conto Kerapatan relatif (KR) = kerapatan suatu jenis kerapatan seluru jenis x 100% Frekuensi (F) = petak conto ditemukannya suatu jenis seluru petak conto Frekuensi relatif (FR) = frekuensi suatu jenis frekuensi seluru jenis x 100% Dominansi (D) = luas bidang dasar suatu jenis luas petak conto Dominansi relatif (DR) = dominansi suatu jenis dominansi seluru jenis x 100% Ludwig & Reynolds (1988) menyatakan ada tiga tipe pola sebaran dalam suatu komunitas, yaitu acak (random), mengelompok (clumped) dan seragam (uniform). Terbentuknya pola sebaran tersebut dipengaruhi oleh berbagai mekanisme. Berbagai proses interaksi baik biotik dan abiotik saling berkontribusi untuk membentuk pola sebaran tersebut. Suatu pola sebaran acak dalam populasi organisme disebabkan oleh lingkungan yang homogen dan pola perilaku non selektif sedangkan pola sebaran non-acak (mengelompok dan seragam) menunjukkan adanya suatu pembatas pada populasi yang ada. Pola mengelompok disebabkan oleh adanya individu-individu yang akan berkelompok dalam suatu habitat yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Sebaran seragam merupakan hasil dari adanya interaksi negatif antar individu, misalkan adanya kompetisi atas makanan dan ruang tumbuh. Rumus yang digunakan untuk mengetahui pola sebaran kulim yaitu dengan menggunakan Indeks Morisita (Krebs 1989).

id= n(xi Xi 2 ) (Xi) 2 Xi Nilai indeks morisita yang diperoleh diinterpretasikan sebagai berikut: id < 1, pemencaran individu cenderung acak id = 1, pemencaran individu bersifat merata id > 1, pemencaran individu cenderung berkelompok. Data yang diperoleh dari analisis vegetasi merupakan data populasi kayu kulim mulai dari tingkat anakan, pancang, tiang, dan pohon. Dari data populasi dapat dilihat struktur tegakan kayu kulim dan berapa jumlah populasi kulim yang ada serta jenis yang mendominasi pada areal tersebut. Untuk mengetahui bahwa dua jenis berasosiasi maka digunakan metode tabel kontingensi 2x2, kemudian diuji dengan chi-square (x 2 ). Tabel 1. Tabel kontingensi Jenis A Ada Tidak ada Jumlah Jenis B Ada A B a + b Tidak ada C D c + d Jumlah a + c b + d a + b + c + d = n Keterangan: a = jumlah sampling dengan kedua jenis hadir. b = jenis A hadir dan B tidak hadir. c = jenis A tidak hadir dan B hadir. d = jenis A dan B tidak hadir. n = jumlah sampling keseluruhan. Bila nilai x 2 hitung lebih besar dari x 2 tabel (3,841) maka jenis tumbuhan tersebut dinyatakan berasosiasi dengan pasangan tumbuhan yang diuji, artinya kemungkinan untuk tumbuh hidup bersama-sama lebih besar daripada tidak dengan pasangan tumbuhan tersebut begitu juga sebaliknya. Sifat asosiasi ditentukan jika : (1) asosiasi positif, apabila nilai a > E (a) berarti pasangan jenis terjadi bersama lebih sering dari yang diharapkan (2) asosiasi negatif, apabila nilai a < E (a) berarti pasangan jenis terjadi bersama kurang sering dari yang diharapkan. Dimana E (a) = (a + b) (a + c) / n. Tingkat asosiasi diuji dengan menggunakan indeks Jaccard yang mempunyai arti bahwa semakin mendekati angka 1 maka tingkat asosiasi mendekati maksimum atau asosiasi penuh, begitu juga sebaliknya semakin menjauhi angka 1 semakin kecil tingkat asosiasinya, bahkan berasosiasi negatif dan tidak berasosiasi. Rumus yang digunakan untuk melihat asosiasi kulim dengan spesies lainnya yaitu Indeks Jaccard (JI) (Ludwig & Reynold 1988). : JI = a a + b + c

Keterangan : a = banyaknya frekuensi spesies a dan spesies b yang ditemukan secara bersama-sama b = banyaknya frekuensi spesies a ditemukan, namun spesies b tidak ditemukan c = banyaknya frekuensi spesies b ditemukan, namun spesies a tidak ditemukan Bentuk pemanfaatan kulim oleh masyarakat Data yang diperoleh dari wawancara akan digunakan untuk mengetahui jenis pemanfaatan kulim, bagian yang dimanfaatkan, asal perolehan kayu kulim, jumlah pemanfaatan kayu kulim yang dilakukan. Data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif. Upaya pelestarian kulim Hal yang paling penting untuk dapat terwujudnya konservasi seperti apa yang diharapkan adalah adanya kerelaan berkorban untuk melakukan konservasi (Zuhud 2007). Tri-stimulus AMAR konservasi merupakan suatu alat untuk mengimplementasikan pengelolaan kawasan konservasi (Gambar 8). Nilai alamiah adalah nilai-nilai kebenaran di alam. Nilai manfaat berkaitan erat dengan pandangan praktis atau pragmatis, yang bahkan menjadi pegangan banyak orang terutama apabila dikaitkan dengan kenyataan dan tujuan yang ingin dicapai baik pada tingkat individu, kelompok maupun masyarakat (Zuhud 2007). Nilai rela, moral dan spiritual berkaitan dengan konservasi tumbuhan yaitu berupa nilai kearifan tradisional yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat. Menurut Zuhud (2007) stimulus rela-religius sangat berpengaruh dan efektif mendorong terwujudnya sikap dan perilaku untuk aksi konservasi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah konservasi kulim yang telah dan akan dilakukan, berapa besar manfaat kulim dalam kehidupan mereka, dan adakah kerelaan atau aturan dalam masyarakat untuk menanam kulim. Berdasarkan analisis ini dapat dilihat faktor yang mempengaruhi kelestarian kulim di lokasi, upaya pelestarian kulim dapat dilakukan serta siapa saja yang mampu berperan dalam upaya konservasi kulim. Faktor ini dapat dilihat dari segala aspek seperti ekologi, sosial, dan ekonomi. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dilakukan suatu upaya demi menjaga kelestarian kulim dan hutan masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tri-stimulus Amar Konservasi 1. Stimulus Alamiah Nilai-nilai kebenaran dari alam, kebutuhan berkelanjutan sumberdaya alam hayati sesuai dengan karakter bioekologinya. 2. Stimulus Manfaat Nilai-nilai kepentingan untuk manusia: manfaat ekonomi, manfaat obat, manfaat biologis/ekologis dan lainnya. 3. Stimulus Religius Nilai-nilai kebaikan, terutama ganjaran dari Sang Pencipta Alam, nilai spiritual, nilai agama yang universal, pahala, kebahagiaan, kearifan budaya/tradisional, kepuasan batin dan lainnya. Sikap konservasi Cognitive Persepsi, pengetahuan, pengalaman, pandangan, keyakinan Affective Emosi, senangbenci, dendam, sayang, cinta,dll Overt actions Kecenderungan bertindak Perilaku Prokonservasi Gambar 8 Diagram alir tri-stimulus amar pro-konservasi : stimulus, sikap dan perilaku aksi konservasi (Zuhud et al. 2007). Konservasi kulim