BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

dibawah usia 5 tahun (Anonim, Kompas, Mei 2005). Hal ini juga golongan masyarakat rentan gizi (Sediaoetama,1999).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

World Hunger Organization (WHO), terdapat empat jenis masalah kekurangan. Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

Sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi dalam pemenuhan gizi balita di wilayah binaan puskesmas I Gatak kecamatan Gatak kabupaten Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IX PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas dalam pembangunan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

1 Universitas Indonesia

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Sumut,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

STUDI TENTANG MANAJEMEN SISTEM PELAKSANAAN PENAPISAN GIZI BURUK DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. utama, pertama asupan makanan dan utilisasi biologik zat gizi (Savitri, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

RETNO DEWI NOVIYANTI J

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK. A. Gambaran Status Gizi Baik Balita di Desa Pecuk

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

Transkripsi:

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab masalah gizi adalah multi faktor, oleh karena itu pendekatan penaggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Masalah gizi meskipun sering berkaitan dengan masalah kurang pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana, kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya (Nyoman, 2001). Gizi merupakan salah satu dari masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia, dan diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita terancam gizi buruk yang keberadaannya terbesar di pelosok tanah air. Ada 3 faktor utama yang saling terkait mempengaruhi besarnya masalah gizi dan kesehatan masyarakat, pertama kesediaan pangan di tingkat rumah tangga yaitu kemampuan keluarga untuk menyediakan makanan yang berkaitan dengan daya beli keluarga. Kedua pola asuh gizi keluarga yaitu kemampuan untuk memberikan makanan kepada bayi dan anak, khususnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dan pemberian

makanan pendamping ASI dan ketiga akses terhadap pelayanan berkualitas (Supari, 2007). Beberapa literatur mengungkapkan, bahwa penyebab yang mengakibatkan terjadinya kurang gizi pada balita adalah kurangnya pengetahuan orang tua akan bahan makanan yang bergizi serta tidak mengerti bagaimana cara memberikan makanan yang benar sehingga asupan gizi kurang. Misalnya dalam pemberian makanan pada anak antara lain meliputi kualitas makanan, kuantitas makanan, saat dan jadwal pemberian makanan serta cara memberikan makanan, termasuk di dalamnya membujuk anak untuk makan (Solihin, 2003). Pada balita dengan asupan gizi kurang selama ini lebih banyak ditekankan pada pemberian makanan tambahan dan penyuluhan lewat Puskesmas atau Posyandu. Sementara bagaimana keluarga merawat dan mengasuh balita belum terlalu ditonjolkan sehingga sebagian kasus gizi kurang penanganannya lebih lama atau yang sebelumnya sudah membaik menjadi buruk lagi status gizinya karena pola asuh keluarga yang belum memadai (Mandu, 1997). Fungsi keluarga di dalam kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga di dalam masyarakat, keluarga merupakan sistem dasar dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan dan diamankan. Keluarga memberikan perawatan kesehatan secara bersama-sama untuk merawat anggota keluarga yang sakit (Friedman, 1998). Fungsi utama keluarga dalam perawatan kesehatan yaitu untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi, fungsi tersebut dikembangkan menjadi tugas

4 di bidang kesehatan dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan meliputi, mengenal kesehatan keluarga, memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan (Suparjitno, 2004). Kesehatan keluarga digambarkan sebagai bebas dari penyakit dan tingkah laku kesehatan meliputi adat kebiasaan yang berhubungan dengan pencegahan dan pengobatan penyakit. Kesehatan keluarga dapat berarti kemampuan terus menerus dalam menentukan arti fungsi dalam interaksi dengan kelompok sosial, politik, ekonomi, dan sistem kesehatan keluarga juga dapat ditentukan untuk memiliki kemampuan dan kemauan menggerakkan dan menggunakan sumber-sumber untuk mencapai tugas pengembangan keluarga (Marcia, 1997). Menurut (Poppy, 2003), masa balita merupakan awal pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat gizi, untuk itu perlu penyiapan makanan yang mencukupi kebutuhan gizi. Peran orang tua dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak adalah membentuk kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang sehat, hal ini menyangkut dengan keadaan bersih, rapi dan teratur (Agoes & Poppy, 2003). Masalah gizi adalah gangguan pada berbagai segi kesejahteraan perorangan yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Balita adalah salah satu golongan atau kelompok penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi, masalah gizi

masih didominasi oleh keadaan kurang gizi seperti anemia besi, gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A dan kurang energi protein (KEP) (Supariasa, 2002). Fungsi keluarga dalam mengatasi masalah gizi sangatlah penting, karena dapat mempengaruhi kemampuan keluarga untuk meningkatkan kesehatan bagi status gizi anaknya, terutama pada anak balita yang rentan terjadi kurangnya gizi (Marcia, 1997). Penyebab terjadinya masalah gizi adalah pola asuh gizi, jarak kelahiran yang terlalu rapat, sanitasi lingkungan, pelayanan kesehatan dan stabilitas rumah tangga, masalah ekonomi, pendidikan dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2003). Menurut Menteri Kesehatan di Indonesia tentang gizi buruk dari tahun ketahuan mengalami penurunan, pada tahun 2004 sebanyak 5,1 juta telah turun menjadi 4,4 juta pada tahun 2005 kembali turun menjadi 4,2 juta pada tahun 2006. Tahun 2007 angkanya juga turun lagi menjadi 4,1 juta. Menurut laporan kasus gizi buruk Dinas Kesehatan Provinsi yang disampaikan ke Departemen Kesehatan pada 2005, jumlah kasus gizi buruk pada balita yang ditemukan dan ditangani sebanyak 76.178 kemudian turun menjadi 50.106 pada 2006 dan turun lagi menjadi 39.080 pada 2007 (Supari, 2008). Kasus gizi buruk di Jawa Tengah dalam tiga tahun terakir ini mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 kasus tercatat 1,03% dari jumlah penduduk mengidap gizi buruk naik menjadi 2,10% pada tahun 2006, dan kembali melonjak menjadi 3,48% pada tahun 2007. Selama tahun 2006 terjadi kasus gizi buruk sebanyak 9.163 balita, mengalami peningkatan menjadi 15.980 balita pada tahun 2007 sehingga terjadi kenaikan sebanyak

6 6.817 penderita gizi buruk dari sebelumnya (Replubika, 2008). Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan program gizi di masyarakat. Data di Kabupaten Semarang tahun 2006, menunjukkan balita yang ditimbang di Posyandu di Kabupaten Semarang sebesar 79 64 % sedangkan dari balita yang ditimbang 75,74 % nya berat badannya naik, dari posyandu tersebut dapat terpantau balita yang berat badannya berada di bawah garis merah (BGM) yaitu sebesar 2,65 % dari balita yang ditimbang (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2006). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti, di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang pada tanggal 20 Januari 2008 bahwa di Desa Kebondowo terdapat 6868 jiwa penduduk dari 2018 kepala keluarga yang terdiri dari 48 RT dan 13 RW dan terdapat 409 anak usia balita. Sebagian besar dari masyarakat tersebut berpendapatan rendah dan untuk tingkat pendidikan, ibu rata-rata mendapatkan pendidikan formal, dan sebagian besar dari pekerjaan mereka petani, buruh, pedagang sehingga pendapatan bervariasi, ibu ratarata sebagai ibu rumah tangga, mereka kurang mengetahui tentang fungsi pemeliharaan kesehatan pada keluarga, seperti halnya fungsi keluarga dalam pemeliharaan kesehatan terutama masalah status gizi pada anak. Pengetahuan tentang pelaksanaan fungsi keluarga dalam kesehatan pada keluarga di Desa Kebondowo masih kurang, seperti halnya tugas dari pada keluarga untuk menjaga dari masalah kesehatan. Di Desa Kebondowo dalam pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan pada keluarga tersebut belum sangat diperhatikan bagi keluarganya, seperti dalam

kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, kebiasaan makan, tidak tahu makan makanan yang bergizi dan cara memodifikasikan sajian makanan. Dalam pengobatan keluarga yang sakit, masih banyak keluarga yang tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia, karena pengetahuan di dalam keluarganya masih kurang. Dan sebagian juga dari keluarga ada yang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang paling mudah di jangkau yaitu Puskesmas, sebagian ada yang memanfaatkan Posyandu dengan membawa anaknya untuk menimbang dan diperiksa bila anak sakit. Kebersihan lingkungan di masyarakat tersebut sebagian kecil ada yang kurang diperhatikan untuk kesehatan, seperti contohnya masih ada masyarakat yang buang air besar di sungai, menggunakan air sungai untuk mandi, dan mencuci, membuang limbah rumah tangga di sembarang tempat, dan juga masih minimnya pengetahuan akan bahaya penyakit yang ditimbulkan terhadap lingkungannya tersebut. Berdasarkan hasil cacatan yang diperoleh dari Puskesmas Banyubiru Kabupaten Semarang, khususnya di Desa Kebondowo pada bulan April tahun 2008 dengan jumlah balita 409 anak (89.24%), dan yang hadir dalam penimbangan sebanyak 365 anak (10.75%), dari hasil penimbangan diketahui status gizi balita kurang sebanyak 42 anak, dan balita yang berat badannya di bawah garis merah sebanyak 6 anak. Mencermati kondisi tersebut perlu dicari upaya pemecahan untuk mengatasi asupan gizi kurang pada balita dengan melihat peran keluarga dalam perawatan yaitu dengan mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan

8 keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitar bagi keluarga. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan antara pelaksanaan fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan status gizi pada balita di wilayah Puskesmas di Desa Kebondowo Kabupaten Semarang, sebagai bahan skripsi dengan judul Hubungan Antara Pelaksanaan Fungsi Keluarga Dalam Perawatan Kesehatan Dengan Status Gizi Pada Balita Di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. B. Rumusan Masalah Data di atas menggambarkan masih ditemukan kasus balita dengan status gizi kurang pada tahun 2008 di Puskesmas Banyubiru Kabupaten Semarang sebanyak 42 anak untuk gizi kurang dan sebanyak 6 untuk anak yang berat badannya di bawah garis merah dari 409 anak. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diajukan pertanyaan sebagai berikut : Adakah hubungan antara pelaksanaan fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan status gizi pada balita di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pelaksanaan fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan status gizi pada balita di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.

2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pelaksanaan fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. b. Mendeskripsikan status gizi balita di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. c. Menganalisa hubungan antara pelaksanaan fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan status gizi balita di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan : 1. Peneliti Manfaat yang dicapai oleh peneliti dapat mengetahui hubungan antara pelaksanaan fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan status gizi pada balita di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. 2. Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya untuk mengetahui tumbuh kembang balita serta memberikan informasi dan program penyuluhan gizi dalam keluarga dan dampak yang diakibatkan karena masalah gizi pada anak balita. 3. Puskesmas Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan dalam pengelolahan program gizi di Desa Kebondowo Kecamatan

10 Banyubiru Kabupaten Semarang. E. Bidang Ilmu Peneliti ini diharapkan dapat mengembangkan dan menambah pengetahuan khususnya di bidang ilmu keperawatan keluarga dan ilmu gizi pada anak.