BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

DAFTAR PUSTAKA. Azwar A Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. SDM di bidang kesehatan dan non-kesehatan sangat berpengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI. No.269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan. fasilitas kesehatan padat teknologi dan padat pakar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. memelihara rekam medis pasiennya. Menurut Hatta (2012), rekam medis

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap rumah sakit mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Adapun salah satu upaya dilakukan melalui suatu sistem jaminan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelihara kerena bermanfaaat bagi pasien, dokter dan rumah sakit. pengobatan dan perawatan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat. peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Hatta, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan usahanya tidak semata-mata mencari keuntungan. Rumah

TINJAUAN ANALISIS KUANTITATIF TERHADAP PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUANGAN BEDAH INSTALASI RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA TRIWULAN I TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan dalam. kemampuan manajemen menggunakan informasi tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dikembangkan melalui Sistem

KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap rumah sakit dalam memberikan. KARS Oleh karena itu, untuk menunjang tercapainya tujuan

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

URAIAN TUGAS INSTALASI REKAM MEDIK

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pada dasarnya kesehatan merupakan suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas dunia yang dimulai dengan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djojosoegito dalam Hatta (2008) rumah sakit merupakan

BAB V PEMBAHASAN. 19.2, dan MKI 19.3 dalam Akreditasi KARS di RSUD dr.soeselo Slawi dengan meninjau

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat. beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang tidak periodik. Ada yang harus diperbaharui (updated) yang perlu

BAB 1 : PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

BAB I PENDAHULUAN. infeksi virus selain oleh bakteri, parasit, toksin dan obat- obatan. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu fungsi dari Rumah Sakit

JENIS FORMULIR REKAM MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

BAB I PENDAHULUAN. aktif dalam mewujudkan derajat kesehatanyang optimal, dalam hal bidang

BAB I PENDAHULUAN. adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan tidak dapat dilepaskan dari sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, sarana pelayanan kesehatan adalah sarana pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Menurut Hatta (2008), salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan adalah rumah sakit, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat. Menurut Herlambang dan Murwani (2012), rumah sakit sebagai salah satu bagian sarana pelayanan kesehatan yang secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan kesehatan, mencakup pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, rehabilitasi medis dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan, dan unit rawat inap. Salah satu pelayanan kesehatan di rumah sakit, yaitu pelayanan gawat darurat adalah bentuk pelayanan medis sebuah rumah sakit yang berkaitan dengan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan cepat, tepat, dan akurat untuk penyelamatan penderita (Herlambang dan Murwani, 2012). Sebagai rumah sakit khusus pelayanan ortopedi, pengunjung Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta sebagian besar 1

merupakan kasus kecelakaan (cidera), baik kecelakaan kendaraan bermotor maupun kecelakaan yang disebabkan oleh faktor luar. Sesuai data laporan pengunjung IGD, pada bulan September-November tahun 2013 jumlah pengunjung IGD dengan kasus kecelakaan, yaitu berjumlah 1.850 pengunjung, baik kecelakaan kendaraan bermotor maupun kecelakaan yang disebabkan oleh faktor lainnya, seperti jatuh, tersengat listrik, dan keracunan. Berdasarkan Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/Per/2008 tentang Rekam Medis, rekam medis berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, perekam medis harus mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia, yaitu ICD-10 tentang penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan. Menurut WHO (2010), pengodean diagnosis untuk kasus kecelakaan harus diikuti pengodean penyebab luar (external causes) untuk menggambarkan sifat kondisi dan keadaan yang menimbulkannya. Pengodean external causes dilakukan secara terpisah pada Bab XX Penyebab Luar Morbiditas dan Mortalitas (V01-Y98). Informasi external causes pasien gawat darurat kasus kecelakaan di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta didapatkan dari pemeriksaan subjektif yang dilakukan oleh dokter. Menurut Kartikawati (2012), pengkajian medis di Unit Gawat Darurat dilakukan untuk memperoleh data subjektif dan data objektif untuk 2

memperkirakan lokasi dan tipe kerusakan jaringan tubuh yang dialami pasien. Menurut Natadidjaja (2012), anamnesis yang baik harus lengkap, rinci dan akurat. Menurut Gleadle (2007), dokter harus selalu mengingat masalah utama dan mengarahkan anamnesis sesuai dengan masalah tersebut, mencatat anamnesis dengan lengkap, menemukan bagian awal dari suatu gejala secara tepat, mengetahui dimana pasien pada saat itu, dan apa yang sedang pasien lakukan. Sesuai dengan pengertian pengkajian medis di atas, maka menurut WHO (2010), klasifikasi kode external causes harus lengkap sampai karakter kelima, meliputi kategori tiga karakter yang menunjukkan bagaimana kecelakaan terjadi, karakter keempat yang menunjukkan lokasi terjadinya kecelakaan, dan karakter kelima yang menunjukkan aktivitas pasien saat terjadinya kecelakaan. Berdasarkan Prosedur Tetap Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Tahun 2012, pemberian kode diagnosis dan external causes sudah dilakukan menggunakan ICD-10, namun prosedur tetap yang ada belum menjelaskan prosedur pengodean secara rinci. Informasi external causes harus dilaporkan dalam bentuk kode external causes pada Rekapitulasi Laporan (RL) 4b Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Penyebab Kecelakaan (Kemenkes RI, 2011). Informasi external causes juga digunakan untuk membuat surat keterangan medis klaim asuransi kecelakaan dan digunakan sebagai penyebab kematian pada surat sertifikat kematian jika pasien kasus kecelakaan meninggal. 3

Menurut penelitian Hunt, et all (2007) di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Massachusetts, dari 1000 berkas rekam medis kasus kecelakaan kerja 65% kode external causes akurat, sedangkan dari 250 berkas rekam medis kasus kecelakaan non-kerja 57% kode external causes akurat. Sehingga, perlu dilakukan pelatihan bagi staf administrasi rumah sakit, pemberi pelayanan kesehatan dan coder. Menurut penelitian Sadiyah (2004) di Rumah Sakit Pertamina Cirebon, salah satu faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan kode diagnosis yaitu ketidaklengkapan data rekam medis pada lembar ringkasan masuk dan keluar. Menurut penelitian Yuliani (2008) di Rumah Sakit Islam Klaten, ketidakakuratan kode diagnosis utama penyakit Commotio Cerebri pasien rawat inap disebabkan oleh kode diagnosis utama yang kurang spesifik pada karakter keempat dan kelima, petugas rekam medis yang kurang teliti dalam membaca atau menganalisis dokumen rekam medis, dan kurangnya pengetahuan petugas rekam medis tentang karakter kelima. Menurut penelitian Astuti, et all (2008) mengenai tinjauan akurasi kode diagnosis utama pasien rawat inap di Bangsal Dahlia RSUD Sukoharjo Periode Triwulan II Tahun 2007, faktor-faktor yang berperan dalam akurasi kode yaitu tenaga medis (dokter, perawat, dan bidan), tenaga rekam medis (coder), dan faktor external (lingkungan kerja, beban kerja, dan SOP). Berdasarkan Buku Profil Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Tahun 2012, rumah sakit ini merupakan Rumah Sakit Pusat Rujukan Nasional Pelayanan Ortopedi tipe kelas A yang terakreditasi penuh tingkat lengkap 15 pelayanan, serta merupakan Rumah Sakit Pendidikan Kolegium 4

Ilmu Ortopedi dan Traumatologi Indonesia. Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Di Lingkungan Departemen Kesehatan, sebagai rumah sakit pendidikan yang menyelenggarakan dan atau digunakan untuk pelayanan, pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran berkelanjutan, maka data kesehatan yang ada di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta harus lengkap dan akurat. Namun, berdasarkan survei pendahuluan pada tanggal 23 November 2013, dari 30 kode external causes pada berkas rekam medis pasien gawat darurat kasus kecelakaan yang diambil secara acak sampai bulan November 2013 diperoleh kode tidak akurat sebanyak 93,3%, yaitu kode tidak akurat pada karakter keempat dan kelima sebanyak 83,3%; kode tidak akurat pada karakter keempat sebanyak 3,3%; kode tidak akurat pada karakter kelima sebanyak 6,7%, dan kode akurat sebanyak 6,7%. Berdasarkan observasi pada berkas rekam medis pasien gawat darurat, banyaknya kode external causes yang tidak akurat atau kode external causes dengan point 9 (unspecified) pada salah satu karakter keempat atau kelima atau keduanya disebabkan oleh informasi external causes yang diberikan oleh dokter kurang lengkap. Selain itu, berdasarkan hasil observasi terhadap dokter yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat, ada beberapa hal yang menyebabkan dokter kurang lengkap dalam menggali dan memberikan informasi external causes pasien kasus kecelakaan, yaitu pengetahuan, sikap, umur dan masa kerja dokter. 5

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Urusan Rekam Medis Rawat Jalan, bila informasi external causes tidak lengkap maka pengodean external causes menjadi tidak akurat sehingga laporan RL 4b dan pengodean surat keterangan kematian pasien kasus kecelakaan menjadi tidak akurat. Hal ini sesuai dengan pernyataan petugas rekam medis bagian Pengelolaan Medicolegal, informasi external causes pasien kasus kecelakaan yang tidak lengkap membuat petugas kesulitan dalam mengisikan informasi pada formulir klaim asuransi kecelakaan pasien. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan informasi external causes pasien Instalasi Gawat Darurat kasus kecelakaaan di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kelengkapan informasi external causes pasien Instalasi Gawat Darurat kasus kecelakaaan di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta? 6

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan informasi external causes pasien Instalasi Gawat Darurat kasus kecelakaaan di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pelaksanaan pengumpulan informasi external causes pasien Instalasi Gawat Darurat kasus kecelakaan di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. b. Menganalisis hubungan pengetahuan dokter dengan kelengkapan informasi external causes pasien Instalasi Gawat Darurat kasus kecelakaan di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. c. Menganalisis hubungan sikap dokter dengan kelengkapan informasi external causes pasien Instalasi Gawat Darurat kasus kecelakaan di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. d. Menganalisis hubungan umur dokter dengan kelengkapan informasi external causes pasien Instalasi Gawat Darurat kasus kecelakaan di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. e. Menganalisis hubungan masa kerja dokter dengan kelengkapan informasi external causes pasien Instalasi Gawat Darurat kasus kecelakaan di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. 7

D. Manfaat penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk meningkatkan kelengkapan informasi external causes guna menunjang pelayanan medis dan non-medis di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber pembelajaran dan bahan referensi untuk proses pembelajaran terkait ilmu manajemen informasi kesehatan. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan untuk melengkapi informasi external causes guna menunjang pelayanan medis dan non-medis. 4. Bagi Peneliti Lain Sebagai acuan dan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang sesuai terkait kelengkapan informasi external causes. 5. Bagi Masyarakat (Pasien dan keluarga pasien) Sebagai wacana agar pasien dan keluarga pasien memberikan informasi external causes dengan lengkap. 8